×

Peringatan

JUser: :_load: Tidak dapat memuat pengguna denga ID: 12341

JUser: :_load: Tidak dapat memuat pengguna denga ID: 1113

Tanpa Ulama Akankah Indonesia Dapat Merebut Kemerdekaan ?

Film Sang Kiai Film Sang Kiai ( Foto : Jabar.tribunnews.com )

Muslimahdaily - “Tanpa Peran Ulama, Indonesia Tak Mungkin Merdeka” Demikian ucapan banyak orang, dari kalangan pejabat, sejarawan, bahkan Presiden pertama RI, Soekarno pun menyatakannya.

Para ulama mengambil andil besar dalam meraih kemerdekaan Indonesia. Mereka memaknai perjuangan kemerdekaan sebagai jihad di jalan Allah.

“Kemerdekaan Indonesia bukanlah sebuah hadiah, tapi direbut dengan perjuangan panjang mengorbankan harta dan jiwa para pejuang bangsa, dalam tiap teriakan merdeka bersanding dengan lantangnya teriakan takbir. Peran ulama sangatlah penting sebagai penggerak perjuangan,perumus kemerdekaan dan mempertahankan kemerdekaan, tanpa ulama sangat mustahil negeri ini merdeka.” ujar Ketua LTM NU Jakarta Barat, KH.Muhammad Najihun.

Ulama mengambil peran beragam untuk kemerdekaan tanah air. Dari terjun langsung ke medan perang, menyusun pergerakan nasional, mendirikan organisasi, hingga merumuskan dasar negara. Sejarah tak dapat melupakan pasukan hizbullah, resolusi jihad, hingga lahirnya pasal pertama ketuhanan yang maha esa.

Hizbullah, Pasukan yang Dipimpin Ulama

Dilecut semangat pahala jihad, mereka para ulama bertempur dan menjadi pemimpin pasukan para santri dan rakyat muslimin. Mansur Suryanegara bahkan menyebutkan, pasukan ini bergabung dengan PETA, pasukan khusus di era penjajahan Jepang. Para ulama lah yang memimpin kemiliteran kala itu.

“Ulama dan militer adalah satu kesatuan. Karena PETA, pasukan bentukan Jepang, sewaktu mengikuti Indonesia, yang terdiri atas 68 batalyonnya, semuanya ulama. Jadi pada masa Jepang, ulama diberi kesempatan untuk memimpin organisasi kesenjataan (kemiliteran). Maka umat Islam mempunyai kekuatan yang dahsyat. Saya katakan dahsyat, karena di kalangan NU diberi kewenangan untuk membina 50 batalyon Hizbullah,” ujarnya.

Laskar Hizbullah merupakan sebuah pasukan yang terdiri dari para santri dan dipimpin para ulama. Republika menyebutkan, tentara ini dipimpin oleh KH. Hasyim Asy’ari dan turut andil dalam perang 10 November yang kemudian ditetapkan sebagai hari pahlawan. Saat itu, pasukan Hizbullah terpicu semangat bertempur setelah muncul seruan jihad.

Resolusi Jihad oleh Ulama

Resolusi jihad sangat dikenang sebagai awal pertempuran besar-besaran dari ulama. Resolusi ini dikeluarkan oleh KH. Hasyim Asy’ari. Isinya yaitu “Mempertahankan dan menegakkan Negara Republik Indonesia menurut hukum Agama Islam, merupakan satu kewajiban bagi setiap orang Islam.”

Resolusi jihad memang muncul setelah proklamasi, demi mempertahankan kemerdekaan RI. Namun jauh sebelum resolusi jihad ini muncul, menurut cendekiawan muslim, Dr. Adian Husaini, telah ada kitab jihad yang menginspirasi para ulama pejuang. Kitab ini telah ada sejak abad ke-18 yang ditulis oleh Syekh Abdu-Somad Al Palimbani. Kitab jihad tersebut bertajuk, Nasihat al-Muslimin wa Tazkirawat al-Mukminin fi Fadhail al-Jihad fi Sabilillah. Jika diterjemahkan bebas, bermakna “Nasihat Muslimin dan Pengingat mukminin tentang Keutamaan Jihad di Jalan Allah.”

Sejak itulah muncul para ulama pejuang kemerdekaan dengan semangat jihad melawan penjajah. “Perjuangan nasionalisme menentang penjajah itu tokohnya adalah ulama dan santri. Thomas S. Raffles, dalam bukunya The History of Java, di situ menjelaskan ulama itu tidak melakukan kerja sama dengan sultan. Bahkan tidak mungkin kaki tangan penjajah aman di Indonesia, kendati jumlah ulama dan santri hanya sepersembilan belas dari populasi penduduk di Jawa pada waktu itu,” jelas Suryanegara.

Sayangnya, saat Indonesia merdeka, peran para ulama disepelekan. Padahal mereka tetap berjuang saat negara ini disusun, bahkan saat negara ini nyaris dijajah kembali setelah proklamasi didengungkan.

Merumuskan Dasar Negara

Mansur Suryanegara menjelaskan, pada tanggal 18 Agustus, sehari setelah proklamasi, berkumpul tiga orang untuk merumuskan Pancasila. Ketiganya merupakan ulama, yakni KH Wahid Hasyim dari NU, serta Ki Bagus Hadi Kusumo dan Kasman Singodimedjo dari Muhammadiyah. Ketiga ulama itulah yang menyimpulkan bahwasanya Pancasila merupakan ideologi negara dan UUD 1945 adalah konstitusi negara.

“Kalau tidak ada mereka, BPUPKI tidak akan mampu, walaupun diketuai oleh Bung Karno sendiri. Dari situ pula Bung Karno diangkat jadi presiden, dan Bung Hatta sebagai wakil presiden. Jadi negara ini yang memberi kesempatan proklamasi seperti itu adalah ulama,” kata profesor sejarah tersebut.

Membuat Negara Kesatuan

Pun setelah merdeka, para ulama masih mengambil peran penting dalam mempertahankan kemerdekaan. Ketika banyak daerah yang ingin menyatakan kemerdekaannya sendiri, para ulama lalu mencetuskan sebuah negara kesatuan, yakni Negara Kesatuan Republik Indonesia. Ialah M. Natsir, sang ulama tersebut. ia berjuang bersama Masyumi dan Persatuan Islam untuk membuat NKRI terwujud.

Jelaslah bahwasanya para ulama mengambil peran yang sangat krusial dalam perjuangan dan kemerdekaan Indonesia.Mengutip ucapan KH.Muhammad Najihun, Peran ulama sangatlah penting sebagai penggerak perjuangan, perumus kemerdekaan dan mempertahankan kemerdekaan tanpa ulama sangat mustahil negeri ini merdeka.

Last modified on Jumat, 17 Agustus 2018 10:41

Leave a Comment