Naudzubillah, Inilah Makanan Menjijikkan Para Penghuni Neraka

Buah Zaqqum Buah Zaqqum (Foto : serambiminang.com)

Muslimahdaily - Ketika di akhirat, manusia tetaplah merasa lapar lagi haus. Penduduk surga mendapatkan aneka panganan lezat yang diinginkan dan beragam jenisnya, sebut saja buah yang ranum lagi mudah dipetik, sungai susu dan madu yang nikmat, hingga telaga Al Kautsar milik Rasulullah yang membuat peminumnya tak lagi merasakan dahaga. Lalu bagaimana dengan penghuni neraka? tentu ada makanan dan minuman pula yang disediakan untuk mereka. Hanya saja, para pendosa mendapatkan yang sepadan dengan amalan buruknya ketika di dunia.

Bukannya menghilangkan lapar, makanan di neraka justru makin membuat penghuninya tersiksa. Bukannya menghilangkan dahaga, minuman di jahanam justru makin membuat penghuninya merana. Makanan dan minuman mengerikan itu harus disantap di tengah kobaran api yang bahan bakarnya manusia. Makanan dan minuman itu, sejatinya bukanlah sebuah kudapan, melainkan siksaan.

1. Buah Zaqqum

Inilah salah satu makanan penghuni neraka yang amat sangat mengerikan. Buah dari pohon zaqqum tidaklah mengenyangkan apalagi bergizi lagi lezat. Para penghuni neraka memakannya karena inilah satu-satunya pohon dan buah di dalam Al Jahim. Pohon itu tumbuh di dasar neraka, dahannya menjuntai dan buahnya berbentuk seperti kepala syaithan. Namun karena sangat lapar, para penghuni neraka pun mengambil buah dari pohon zaqqum meski penampakannya sangat buruk.

Ketika dimakan, buah dari pohon zaqqum mampu membakar perut-perut mereka seakan buah itu adalah minyak yang mendidih di dalam perut. Bahkan terkena cipratan minyak panas di dunia saja kulit manusia sudah melepuh. Bayangkan bagaimana jika minyak neraka yang mendidih ada di dalam perut? Nadzubillah.

Disebutkan dalam Al Qur’an, Allah berfirman, “Sesungguhnya pohon zaqqum itu, makanan orang yang banyak berdosa (orang kafir). Makanan ini seperti kotoran minyak yang mendidih di dalam perut. Seperti mendidihnya air yang amat panas. (QS. Ad-Dukhan: 43-46).

Dalam ayat lain, Rabb Al Hasiib berfirman, “(Makanan surga) itukah hidangan yang lebih baik ataukah pohon zaqqum. Sesungguhnya Kami menjadikan pohon zaqqum itu sebagai siksaan bagi orang-orang yang zalim. Sesungguhnya Dia adalah sebatang pohon yang ke luar dan dasar neraka yang menyala, mayangnya seperti kepala setan.

Maka Sesungguhnya mereka benar-benar memakan sebagian dari buah pohon itu. Mereka memenuhi perut dengan buah zaqqum itu. Kemudian sesudah Makan buah pohon zaqqum itu pasti mereka mendapat minuman yang bercampur dengan air yang sangat panas. kemudian Sesungguhnya tempat kembali mereka benar-benar ke neraka Jahim.” (QS. As-Shaffat: 62-68).

2. Hammim

Setelah memakan buah dari pohon zaqqum yang sangat panas dan menyakitkan itu, penghuni neraka pun mencari air untuk diminum. Namun tak ada apapun di sana kecuali hammim, yakni air mendidih yang amat sangat panas. Karena sangat haus, mereka para penghuni neraka pun meminumnya. Hal mengerikan pun terjadi. Saat diminum, air itu memutus usus-usus mereka.

Hal menakutkan itu disebut dalam Al Qur’an, Allah Ta’ala berfirman, “Mereka diberi minuman dengan air yang mendidih sehingga memotong ususnya.” (QS. Muhammad: 15).

3. Dhari’

Inilah makanan yang dihidangkan untuk para penghuni neraka, makanan yang paling mengerikan dan paling membahayakan. Dhari’ sejatinya bagian dari siksaan dan bukan panganan. Sebagai mana firman Rabb Al Muhshiy, “Mereka tidak memiliki makanan kecuali dari dhari’, yang tidak menggemukkan dan tidak pula menghilangkan lapar.” (QS. Al-Ghasyiyah: 6-7).

Dijelaskan oleh Ibnu Abbas bahwa dhari’ merupakan pohon Asy Syibriq yang telah kering. Pohon tersebut dikenal penduduk Makkah sebagai pohon berduri tajam. “Syibriq (merupakan) pohon berduri yang tumbuh tanpa cabang. Jika telah mengering dinamakan dhari’,” ucap sang shahabat Rasul. Wal iyyadzu billah, bagaimana mungkin makanan berduri itu dapat disantap tanpa merobek mulut, lidah, kerongkongan, lambung dan usus.

4. Ghislin dan Ghassaq

Minuman selain Hammim yang diminum para penghuni neraka yakni ghislin dan ghassaq. Rabb Al ‘Adl berfirman, “Maka tidak ada seorang teman pun baginya pada hari ini di sini. Dan tidak ada pula makanan sedikit pun kecuali dari ghislin. Tidak ada yang memakannya kecuali orang-orang yang rajin berbuat dosa (orang kafir).” (QS. Al-Haqqah: 35-37).

Allah Al Muntaqim juga berfirman, “Mereka tidak merasakan kesejukan di dalamnya dan tidak (pula mendapat) minuman, kecuali air yang mendidih dan ghassaq, sebagai pambalasan yang setimpal. (QS. An-Naba: 24-26).

Ghislin dan ghassaq dimaknai dengan darah dan nanah yang pastilah baunya anyir lagi menyengat, seta menjijikkan saat dilihat. Bahkan minuman neraka itu pula bukanlah darah dan nanah biasa, melainkan darah dan nanah yang diperas dari tubuh-tubuh penghuni neraka.

Lebih menjijikkan dari itu, ada pula pendapat yang memaknai ghislin dan ghassaq merupakan darah yang keluar dari farji para perempuan yang berzina, serta nanah yang keluar dari bangkai orang-orang kafir. Membayangkannya saja sudah membuat mual tak terkira. Apalagi jika harus meminumnya kelak.

Maha suci Allah yang memberikan keadilan pada umat manusia. Mereka yang berbuat dosa dan maksiat, akan menanggung balasan yang setimpal kelak di neraka dengan segala makanan yang menjijikkan, menakutkan dan mengerikan itu. Mereka tinggal di neraka, menyantap semua makanan siksa itu setiap waktu, setiap hari selama-lamanya.

Tak ada kematian di dalam neraka. Jika seorang mati akibat perihnya azab, maka ia akan dihidupkan lagi untuk mendapat siksa kembali. Demikian seterusnya tanpa ujung kecuali adanya rahmat dari Allah Ar Rahman Ar Rahim.

Jika seorang menyantap zaqqum, lalu meminum Hamim hingga lambungnya meledak dan ususnya terpotong, ia pula tak akan mati. Jika seorang memakan dhari’ serta meminum ghislin dan ghassaq sampai rusak organ-organ tubuhnya, kematian tak akan mengakhirinya. Kepedihan itu akan terus dirasakannya hingga rasa putus asa yang memuncak. Saat itu, hanya satu hal yang diharapkan, yakni dapat kembali ke dunia untuk melakukan segala amal saleh dan meninggalkan segala dosa.

 

Last modified on Kamis, 28 Desember 2017 03:20

Leave a Comment