Komunitas Sahabat Al Aqsha, Misi Kemanusian Bebaskan Palestina

Komunitas Sahabat Al Aqsha Komunitas Sahabat Al Aqsha ( Foto : Dok.Sahabat Al Aqsha )

Muslimahdaily – Penderitaan yang dialami kaum muslim di negara-negara konflik seperti Palestina, Suriah, Rohingnya dan lainnya belum juga selesai hingga kini. Mereka harus berjuang mempertahankan negara, martabat serta keyakinannya sebagai seorang muslim. Kondisi inilah yang menggerakkan hati kaum muslim di Indonesia untuk membantu mereka. Mereka membentuk sebuah komunitas bernama komunitas Sahabat Al Aqsha.

Komunitas Sahabat Al Aqsha dimotori oleh para relawan dari berbagai latar belakang seperti pengusaha, guru, wartawan, mahasiswa, ibu rumahtangga, serta profesional di berbagai bidang. Sudah tujuh tahun silam forum silaturrahim para muslim dari berbagai daerah di Indonesia ini terbentuk.

Jogjakarta, menjadi salah satu kota yang pertama kali dipilih sebagai markas terbentuknya Sahabat Al Aqsha (SA). Lalu, semakin tahun relawan yang peduli kepada saudara-saudara muslim di Palestina semakin bertambah.

“Akhirnya menyebar hingga Jakarta, bandung, Malang, Surabaya dan beberapa kota lainnya,” ungkap Abu Qolam sebagai Ketua Divisi Organisasi dan Dakwah SA Wilayah Surabaya.

Komunitas ini juga digawangi oleh beberapa ulama dan ustad kondang di Indonesia. Seperti Ustad Salim A.Fillah, Felix Siauw, Abdullah Hadrami dan beberapa yang lain. Mereka sebagai penasihat di dalam komunitas tersebut.

Komunitas SA merupakan bentuk solidaritas kepada warga muslim di Palestina dan sekitarnya. Selain itu, komunitas tersebut bertujuan untuk membangun tali silaturahmi di antara kedua negara.

“Selain itu, untuk membangun kesadaran seluruh masyarakat muslim dunia bahwa Masjid Al Aqsha yang kini dikepung tentara Israel adalah salah satu tempat ibadah suci, selain Makkah dan Madinah, bagi kaum muslim. Jadi, harus diselamatkan,” terang Abu Qolam.

Berbagai misi kemanusiaan untuk membantu warga Palestina dilakukan komunitas SA. Selain mendirikan sekolah, SA rutin membagikan bahan makanan untuk berbuka puasa saat Ramadan di Gaza. Mereka juga rutin membantu saat musim dingin dengan memberikan bahan makan, selimut, dan pakaian musim dingin.

“Kami juga gencar menyosialisasikan misi kemanusiaan ini melalui media sosial. Mulai Twitter, Facebook, hingga Instagram,” ujar Abu Qolam.

Lambat laun, relawan di komunitas tersebut bertambah. Tidak hanya dari Jogjakarta, tetapi juga meluas hingga Surabaya, Jakarta, dan Malang.
Selain itu, SA turut berperan membangun sebuah sekolah di Palestina. Sekolah yang mereka beri nama TK Bintang Al-Qur’an itu telah berdiri sejak tahun 2011. TK Bintang Al-Qur’an merupakan salah satu bentuk kepedulian SA kepada warga Palestina yang kehilangan orangtua, seluruh harta mereka, termasuk sekolah.

”Ini adalah taman kanak-kanak pertama di Gaza yang seratus persen didanai masyarakat Indonesia. Kami mendukung dana operasional mereka secara penuh,” papar pengajar di Pondok Pesantren Hidayatullah Surabaya tersebut. 

Anak-anak di TK Bintang Al-Qur’an dididik untuk menjadi hafiz dan hafizah (penghafal Al-Qur’an). Ada sekitar 160 anak yang diasuh di kamp pengungsi Jabaliya, Gaza Utara. Mereka semua yatim piatu. Saat ini terdapat empat orang guru, seorang direktur, pengawas, dan dua karyawan yang menjaga TK Bintang Al-Qur’an tersebut. 

Gerakan kemanusiaan tersebut tentu tidak berjalan mulus-mulus saja. Berbagai rintangan dihadapi para relawan SA. Mulai yang kecil hingga membahayakan. Misalnya, beberapa cibiran sering mendarat di komunitas tersebut. Mereka yang nyinyir merupakan warga Indonesia sendiri.

”Sudah biasa ada yang nyeletuk ngapain sih membantu orang luar, padahal banyak juga orang sini yang susah,” ungkap Abu Qolam. Celetukan tersebut justru dijadikan lecutan agar membantu semakin banyak orang.

Rintangan paling berat yang dialami SA adalah saat tragedi Kapal Mavi Marmara enam tahun silam. Kapal yang membawa lebih dari 600 relawan dari berbagai negara menuju Jalur Gaza itu dirampok, dibantai, dan dijarah di tengah jalan oleh tentara Israel.

“Saat itu ada tiga relawan SA yang menjadi korban perampokan dan penganiayaan. Mereka juga sempat ditawan,” ungkapnya. 

Beruntung, mereka selamat meski mengalami luka. Namun, rintangan yang berat tidak menyurutkan semangat komunitas SA untuk terus menyuarakan keadilan bagi warga Palestina. “Bantuan terus jalan. Bahkan, warga negara lain sekarang turut bergerak,” tuturnya.

Leave a Comment