×

Peringatan

JUser: :_load: Tidak dapat memuat pengguna denga ID: 12341

Putrinya Diselamatkan Muslim Indonesia, Pria Norwegia ini Mempertanyakan Islamophobia

Karin Baadsyik di Indonesia Karin Baadsyik di Indonesia (Foto : Facebook.com/oystein.baadsvik)

Muslimahdaily - Seorang pria Norwegia, Oystein Baadsvik mengunggah kisah di media sosial(14/3) tentang pengalaman putrinya, Karin Baadsyik di Indonesia. Kebaikan dan keramahan muslim Indonesia pada putrinya membuat Oystein bertanya-tanya mengapa ada isu Islamophobia, terutama di negerinya, Norwegia.

Di halaman facebook-nya, Oystein mengungkapkan kisah Karin saat berwisata ke Indonesia. Ia mengisahkan, Karin dijambret hingga kehilangan semua benda yang dibawanya, baik tas, uang, kartu kredit, laptop, hingga paspor. Di negeri asing, ia terlunta-lunta tak memiliki apapun kecuali baju yang dikenakannya.

Di tengah kebingungan, Karin kemudian mendapat pertolongan seorang warga Indonesia. Orang itu lalu mengantar Karin ke kantor polisi setempat. “Setelah (Karin) mengisi dokumen kepada polisi yang sangat ramah dan sangat membantu, beberapa orang membelikannya (Karin) makanan dan memberikannya tempat untuk istirahat,” kata Oystein dalam postingannya.

Keesokan hari, Karin masih mendapat bantuan. Ia diberikan pelayanan ramah di sebuah kafe. Ia kemudian mendapat bantuan dari para pengunjung yang mengumpulkan uang sebanyak 690 ribu untuk Karin. Tak hanya itu, si pemilik kafe bahkan membelikannya tiket pesawat ke Jakarta agar Karin dapat membuat paspor baru di kedutaan Norwegia. 

“Teman-teman barunya itu menghubungi seseorang yang mereka kenal di Jakarta agar membantu Karin mendapat penginapan dan transportasi menuju kedutaan. Berkat kebaikan semua orang, dia sekarang memiliki paspor baru dan dapat kembali ke jalurnya!” kata Oystein.

Di akhir postingannya, pria yang berprofesi sebagai komposer musik itu merasa takjub dengan bantuan masyarakat Indonesia untuk putrinya, Karin. Ia kemudian makin takjub ketika mengetahui bahwa Indonesia merupakan negeri dengan mayoritas muslim. 

“Karena maraknya isu islamophobia, aku berpikir sangat penting menyebut orang-orang ini (yang membantu Karin), sebagaimana mayoritas di Indonesia, mereka muslim. Kebanyakan orang begitu menakjubkan,” tutup pria asal kota Trondheim, Norwegia itu.

Kisah Oystein tersebut tentu membuat Indonesia bangga. Sebagai negeri mayoritas muslim, Indonesia telah menggambarkan keramahan dan kepedulian yang begitu mengagumkan. Bagi masyarakat Eropa yang selalu mendengar isu Islamophobia, kisah ini mampu menggerakkan hati mereka. Apalagi akhir-alhir ini, isu Islamophobia pula begitu santer di Norwegia.

Sebagaimana diketahui, akhir tahun 2011 lalu, Norwegia menjadi objek isu Islamophobia Barat hingga menjadi sorotan dunia. Saat itu terjadi aksi teror di negara Semenanjung Skandinavia tersebut. Seorang pria bernama Anders Behring Breivik melakukan aksi teror di Kota Oslo dan Pulau Utoeya dengan mengebom dan membunuh. Jumlah korbannya pun mencapai 93 jiwa.

Aksi teror itu pun kemudian dikabarkan oleh Washington Post sebagai aksi “jihad” dan mengaitkannya dengan Al Qaeda. Artinya, mereka menuduh teroris muslim dibalik teror Norwegia. Mirisnya, berita tanpa konfirmasi itu kemudian diikuti oleh media lain seperti CNN dan Wall Street Journal. Padahal, pihak polisi Norwegia bahkan belum melakukan penyelidikan pada pelaku teror.

Baru setelah itu, diketahui bahwa sang pelaku, Breiivik justru seorang yang anti Islam. Ia berasal dari partai sayap kanan Norwegia yang sangat membenci muslim dan imigran asal Timur Tengah. Aksinya itu pun ditujukan kutuk menghabisi partai buruh yang terkenal sangat membela imigran korban konflik Timur Tengah, bahkan mendukung solidaritas untuk Palestina.

Fakta ini terungkap terlambat, media Barat telah mengabarkan hal miring tentang Islam. Bahkan hingga kini, mereka tak pernah merilis pernyataan maaf. Peristiwa tersebut pun menunjukkan betapa islamophobia telah menjangkiti bangsa Barat hingga jurnalis pun melupakan kode etik mereka. Padahal jika mereka lebih dalam mengenal Islam, tentu mereka akan berpikir sama seperti Oystein.

Last modified on Minggu, 19 Maret 2017 07:24

Leave a Comment