Nestapa Rohingya, Anak-anak Pulihkan Trauma Dengan Belajar Quran

Ilustrasi Ilustrasi ( Foto : Csmonitor.com )

Muslimahdaily - Terusir dari kampung halamannya sendiri di Myanmar, anak – anak Muslim Rohingya terpaksa harus merasakan kepahitan perselisihan hanya karena perbedaan agama.

Di tengah masyarakat dunia sedang gencar menyuarakan kedamaian, justru negeri tetangga kita yang masih dalam lingkup satu kawasan Asia Tenggara, berperang dan terlibat kekerasan antara umat Buddha dan Muslim di Myanmar.

Muslim Rohingya dari Myanmar berangsur – angsur pergi dari tanah kelahirannya untuk menemukan tempat berhijrah yang lebih baik. Salah satunya ada di kamp pengungsia di Bangladesh.

Tidak hanya orang dewasa, anak – anak usia pelajar sekolah dasar, turut merasakan getirnya nestapa karena peperangan genosida. Mereka hanya bisa pasrah melalui cobaan hidup dengan tetap meyakini apa yang selama ini telah mereka anut, yaitu agama Islam.

Menurut seorang anak pengungsi, Saleema Khanam berusia 8 tahun, mereka bisa menemukan kedamaian dengan bersekolah di madrasah yang mengajarkan tulisan dan arti Al Quran. Untungnya, kegiatan positif ini juga didukung oleh orang tua pengungsi.

Saleema Khanam merupakan satu – satunya gadis yang bersekolah di madrasah lokal untuk anak – anak pengungsi Rohingnya.

Sekolah atau madrasah ini merupakan jenis sekolah formal yang mengharuskan anak didiknya tinggal di asrama secara permanen (menetap) dan tidak boleh tinggal di kamp pengungsian. Madrasah ini membantu anak – anak untuk belajar lebih dalam tentang ilmu agama Islam dan Al Quran.

Nestapa kekejian tentara Burma

Meski sudah menghadapi berbagai protes dari negara – negara lain di seluruh dunia, tampaknya kekerasan yang terjadi di Myanmar seolah tak bergeming.

Catatan mengerikan tentang pembunuhan, pemerkosaan, penyiksaan dan penembakan membabi buta dilakukan tentara Myanmar terhadap Muslim Rohingya barat serta kelompok minoritas lainnya.

Tak hanya itu, sekolah Islam dan masjid dibakar oleh tentara Myanmar dan kelompok – kelompok Buddha yang menurut PBB telah melanggar hak asasi manusia dan genosida terhadap Rohingya.

Seperti kisah Rasulullah Shalallahu alaihi Wasalam yang pernah tertindas oleh kaum musyrikin Mekkah. Rasul akhirnya berhijrah ke Madinah untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik, meski harus terusir dari kampung halamannya.

Warga Rohingya kini banyak yang berhijrah ke negara lain seperti Bangladesh untuk mendirikan kamp pengungsian dan madrasah. Mereka tetap bertahan dan mengajarkan nilai Islam kepada generasi penerus baru.

Kekerasan Rohingya terjadi pada 25 Agustus 2017. Militer Myanmar menewaskan hampir 24.000 warga sipil dan memaksa 750.000 orang lainnya melarikan diri ke Bangladesh, menurut Badan Pembangunan Internasional Ontario (OIDA).

Masih mengacu pada catatan OIDA, kekejian lain tercatat ada lebih dari 34.000 Muslim Rohingya dilemparkan ke dalam api. Sementara, 114.000 orang lainnya dipukuli. Sedangkan, 17.718 wanita Rohingya diperkosa oleh tentara dan polisi Myanmar. Lebih dari 115.000 rumah mereka dibakar dan 113.000 lainnya rusak parah.

Last modified on Senin, 03 Desember 2018 08:37

Leave a Comment