×

Peringatan

JUser: :_load: Tidak dapat memuat pengguna denga ID: 12341

411 Mencatat Sejarah Para Pembela Al Qur’an

Aksi damai membela Al - Qur'an Aksi damai membela Al - Qur'an ( Foto : Zulfa/Muslimahdaily.com )

Muslimahdaily - Peristiwa aksi damai di ibu kota, Jum’at (4/11) telah menyita banyak perhatian masyarakat Indonesia, bahkan dunia. Membela kitabullah, itulah yang menjadi alasan sekaligus headline unjuk rasa yang menuntut diadilinya penista ayat Allah.

Ratusan ribu massa yang terdiri dari muslimin seantero nusantara menyerukan pembelaan di depan istana negara. Para ulama, da’i, habaib, petinggi ormas turut serta di garis terdepan. Mereka melakukan longmarch dari Masjid Istiqlal ke kediaman RI1. “Hukum penista Al Qur’an,” demikian tuntutan mereka.

Mereka para demonstran tidaklah tanpa alasan hingga bersedia turun ke jalan, di bawah terik matahari, berdesakan, mengorbankan rutinitas sehari-hari, bahkan bersedia mengeluarkan biaya yang tak sedikit. Mereka para pelaku aksi memiliki alasan kuat untuk terjun melantangkan suara, yakni membela kitab Allah.

“Karena saya ingin tercatat oleh Allah sebagai orang-orang yang punya rasa pembelaan terhadap Al Qur’an, sehingga besar harapan sebagaimana disampaikan Ustadz Arifin Ilham, semoga kelak Al Qur’an yang akan membela saya,” ujar salah satu anggota aksi, Rizal Wahid dari organisasi Youth Care.

Kecintaan terhadap Al Qur’an, lanjut Rizal, menjadi alasan terkuatnya untuk turut aksi damai. Ia mengaku tak sedikit pun memiliki kepentingan politik. Ia berangkat dari perasaan atas tidak relanya hati karena dinistakannya Al Qur’an.

“Ini jauh dari kepentingan politik. Ini murni bukti kecintaan saya terhadap Al Qur’an. Saya tidak ridho Al Qur’an dinistakan. Jangankan non muslim, muslim saja tidak boleh asal tafsir,” lanjutnya.

Senada, peserta aksi lain, Fadlan Hilmie mengaku keikut sertaannya dalam unjuk rasa adalah sebuah panggilan jiwa. Ia tak bisa berdiam diri setelah mendengar kabar adanya penistaan kitabullah. “Karena panggilan jiwa atas penistaan yang dilakukan Ahok,” tuturnya kepada muslimahdaily.

Setelah seharian turun ke jalan, Fadlan pula merasa terharu. Ia merasakan adanya persatuan Islam dalam membela Al Qur’an. “Ane sempat terharu (dan) meneteskan air mata. Hampir semua ormas turun ke jalan. Benar-benar persatuan Islam,” katanya yang turut aksi dengan ongkos pribadi.

Salah satu anggota Persatuan Umat Islam (PUI), Syamsuddin bahkan menyatakan aksi damai yang ia ikuti sebagai jihad. Ia pula merasa bahwa aksi ini menjadi momen untuk muslimin mencintai kitab-Nya. “Ulama menyerukan berjihad membela agama Allah, maka saya taati. Mudah-mudahan momentum ini bisa menyadarkan saya dan umat muslim agar kembali ke Qur’an, mencintai dan mengamalkan Al Qur’an,” tuturnya.

Aksi damai 411 merupakan kelanjutan aksi bela Islam pertama yang diadakan 10 Oktober 2016 lalu. Aksi jilid dua tersebut menuntut penegakkan hukum atas Gubernur DKI, Basuki Tjahja Purnama atau Ahok. Pasalnya, sang gubernur telah mengeluarkan sebuah pernyataan yang membawa salah satu ayat Al Qur’an di hadapan publik pada 27 September 2016 saat mengunjungi Kepulauan Seribu. Video Ahok ketika mengeluarkan statement tersebut kemudian tersebar luas hingga menuai kontroversi dan menyinggung umat Islam.

Saat ini, pihak kepolisian tengah menyelidiki kasus penistaan Al Qur’an yang dilakukan Ahok. Istana negara pula tengah merundingkan permasalahan tersebut setelah massa aksi damai 411 bubar.

Last modified on Sabtu, 05 November 2016 09:05

Leave a Comment