Balada Warga NU Jakarta, Mau Pilih Siapa?

Ilustrasi Ilustrasi ( Foto : Nu.or.id )

Muslimahdaily - Nahdliyin Jakarta seakan terombang-ambing isu politik yang tak berkesudahan. Dari mantan ketua Gerakan Pemuda (GP) Anshor yang bikin “ulah” hingga ancaman pada imam besar NU tanpa etika dan kesantunan. Isu perpecahan di tubuh Nahdlatul Ulama pun sulit dihindari akibat panasnya suhu politik jelang pilkada DKI Jakarta.

Isu ini mulai memuncak ketika Rois Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) yang juga Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI), KH. Ma’ruf Amin ditantang dan dituduh berdusta saat menjadi saksi di persidangan kasus penistaan agama Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), Selasa (31/1/2017) lalu. Sontak warga NU marah atas sikap Ahok yang sangat tidak sopan kepada ulama. Apalagi yang dituduhkan Ahok kepada Kyai Ma’ruf tidaklah terbukti. Bahkan beberapa hari setelahnya, Ahok minta maaf kepada Kyai. Namun nasi sudah menjadi bubur, ia dan pengacaranya telah membuat warga NU sakit hati.

Masih panas berita tentang persidangan tersebut, warga NU dihebohkan dengan berita hadirnya Ahok di acara bertajuk “Istighosah Kebangsaan bersama Warga NU” lengkap dengan bendera hijau berlogo NU di Menteng Jakarta Pusat pada Minggu (5/2/2017). Bahkan beberapa ulama ternama NU hadir dan para peserta istighosah pun menyambut Ahok dengan kemeriahan salawat nabi. Dikabarkan oleh banyak media, ulama yang hadir di acara tersebut di antaranya, Kiai Nuril Arifin atau Gus Nuril, Djan Faridz, pemimpin Ponpes As Sidiqiyah KH Nur Iskandar dan tentu saja Nusron Wahid.

Kepada tirto.id, Nusron Wahid menyatakan bahwa acara istihosah tersebut memang bukan diselenggarakan oleh Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) ataupun Pengurus Wilayah Nahdlatul ulama (PWNU) DKI Jakarta, akan tetapi diadakan oleh nahdliyin Jakarta. Mantan ketua GP Anshor tersebut bahkan mempertanyakan mengapa acara tersebut dilarang jika yang hadir adalah warga dan ulama NU. “Apa nahdliyin enggak boleh istighosah?" Ujarnya.

Sejak kasus penistaan agama bergulir, Nusron memang “ulama” NU yang paling vokal dalam mendukung Ahok. Bahkan sejak awal pilkada, Nusron sudah menjabat Ketua Koordinator Bidang Pemenangan Pemilu Wilayah Indonesia 1 Partai Golongan Karya. Sebagaimana diketahui, partai bergambar beringin itu mendukung pasangan calon (paslon) Ahok-Djarot dalam pilkada. Atas jabatan tersebut, Nusron pun dianggap keluar dari PBNU sesuai AD/ART ormas Islam terbesar Indonesia tersebut. Nusron yang gemar membuat heboh itu pun tak lagi masuk jajaran pengurus PBNU.

Dengan adanya acara istighosah ala Nusron tersebut, warga NU diisukan terpecah menjadi dua kubu. Satu kubu merupakan pendukung Ahok yang turut serta dalam acara tersebut. Kubu lain yakni Nadhliyin yang marah dan sakit hati atas ancaman pada Kyai Ma’ruf Amin yang dilakukan Ahok. Dikabarkan jawapos, Sekretaris Jenderal Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Abdul Kadir Karding bahkan menyatakan bahwa setelah persidangan tersebut, warga NU akan kecewa pada Ahok dan berpindah ke paslon lain saat pencoblosan nanti.

Lalu siapa yang didukung warga NU anti Ahok? Akhir tahun lalu saat pilkada tengah hangat-hangatnya, beberapa ulama NU sebetulnya telah menyatakan sikap dalam mendukung salah satu paslon. Hanya saja, sebagai lembaga, NU menyatakan tak mendukung salah satu dari ketiga paslon yang ada.

"Secara kelembagaan kami tidak bisa dukung karena ada tata krama. Tapi saya yakin warga NU akan dukung calon yang programnya membela rakyat, memperjuangkan rakyat, sejahterakan rakyat. Penampilannya santun, tidak keras, tidak galak," ujar Kyai Ma’ruf saat paslon nomor urut satu berkunjung ke PBNU, Jum’at (7/10/2016) dikutip dari Viva.

Senada, Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama KH Said Aqil Siroj juga telah mengatakan bahwa PBNU bukanlah partai politik sehingga tak bisa mendukung paslon siapa pun itu untuk pilkada DKI. Sebagai gantinya, NU akan mendoakan dan merestui pemimpin yang adil, jujur, dan bersih. “PBNU tak bisa dukung mendukung karena bukan partai politik, tapi mendoakan semoga lancar dan Allah memberikan kekuatan lahir batin,” tuturnya saat calon wakil gubernur nomor urut 3 berkunjung ke PBNU, Rabu (22/6/2016), dikutip dari web resmi NU.

Adapun dari pihak partai, yakni PKB sebagai partai yang lahir dari rahim NU, sudah jelas dukungannya pada paslon nomor urut 1. PKB bergabung dengan Partai Demokrat, PPP dan PAN dalam mendukung pasangan Agus-Sylvi. Sebagaimana diungkap Wakil Ketua DPW PKB DKI Jakarta Abdul Azis yang menyatakan bahwa PWNU DKI Jakarta termasuk para ulama dan kyai telah sepakat mendukung Agus untuk DKI1. "Para kiai kampung dan ulama-ulama NU se DKI Jakarta sudah merapatkan barisan untuk memenangkan Agus-Sylvi," ujarnya dikutip dari sindonews, Kamis (29/9/2016).

Siapapun yang mendapat dukungan dari Nadhliyin, sungguh disayangkan jika isu terpecah belah dari tubuh NU itu benar adanya. Apalagi mengingat jumlah Nadhliyin tidaklah sedikit untuk turut andil dalam kemenangan paslon di pilkada DKI esok. Alih-alih berpecah karena paslon non-muslim, betapa eloknya jika sekedar berpecah mendukung dua paslon muslim lain. Dengannya muslimin tetap bersatu melawan tersangka penista agama.

Leave a Comment