Kisah Haru, Dua Bersaudara Bersengketa demi Merawat Ibunda

Ilustrasi Ilustrasi

Muslimahdaily - Pemandangan pengadilan hari ini begitu berbeda. Isak tangis terdengar pilu oleh seorang pria yang tak lagi muda. Jenggotnya basah karena linangan air mata. Pria itu bernama Hairan Al Fuhaidiy.

Hairan menangis bukan karena dihukum pidana. Bukan pula karena tersangkut masalah perdata. Ia menangis karena kasus ibunda. Ia ingin merawat ibu kandungnya.

Sudah sekian lama Hairan mengurus sang bunda. Bertahun-tahun ia dengan telaten merawat ibu yang telah tua lagi renta. Si anak shaleh begitu sabar dan sangat menyayangi wanita yang melahirkannya itu.

Namun suatu hari, seorang adik yang tinggal di luar kota tiba-tiba mengetuk pintu rumahnya. Ia ingin bergantian mengurus sang ibu. Apalagi usia Hairan juga sudah cukup tua. Mengurus diri saja sudah susah, apalagi jika harus mengurus ibunda. Itu yang dipikirkan saudaranya hingga ingin mengambil alih tugas perawatan ibunda.

Hairan menolak. Ia merasa masih sanggup mengurus ibunda. Dia juga hidup seorang diri sehingga tak ada tanggunggan. Berbeda dengan adiknya yang berkeluarga meski lebih mapan darinya. Hairan membela diri.

Namun sungguh peristiwa yang sangat langka pun terjadi. Pada umumnya, anak enggan merawat orang tua yang renta. Tak sedikit yang menaruh orangtuanya di panti jompo karena enggan mengurus bapak ibu yang telah membesarkannya. Namun keumuman ini tak berlaku bagi anak-anak shalih, contohnya Hairan dan adiknya.

Keduanya saling berebut mengurus ibunda. Tak ada yang bersedia mengalah. Hairan, sang kakak merasa yang paling tua sehingga lebih berhak merawat ibunda. Tak mau kalah, adiknya merasa Hairan sudah terlalu lama mengurus ibunda, maka sudah waktunya untuk berbagi pahala merawat ibunda dengan saudara-saudaranya.

Tak ada titik temu. Hairan dan adiknya saling bersikeras. Hingga akhirnya keduanya memutuskan untuk membawa perkara tersebut ke pengadilan. Biarlah hakim yang memutuskan siapa yang lebih berhak merawat ibunda.

Hairan dan adiknya pun kemudian hadir di pengadilan Provinsi Qashim, Arab Saudi. Namun ternyata kasus ini berlarut-larut dan tak menemui keputusan yang adil. Pengadilan demi pengadilan pun dihelat, namun masalah justru makin menjadi. Hakim begitu kebingungan. Hingga akhirnya hakim meminta kehadiran ibunda ke meja hijau.

Acara pengadilan pun menjadi drama yang menyentuh hati banyak orang. Semua yang hadir begitu tersentak hatinya. Pun dengan sang hakim. Siapa yang tak menitikkan air mata ketika melihat seorang nenek tua renta yang sangat kurus digendong bergantian oleh Hairan dan adiknya saat memasuki ruang pengadilan.

Sungguh Hairan dan adiknya pastilah anak yang sangat berbakti hingga bersedia bahkan saling berebut untuk mengurus ibunda yang telah sangat tua dan lemah. Pastilah sangat sulit dan butuh kesabaran untuk merawatnya.

Sebaliknya, sungguh betapa shalihahnya sang ibunda hingga mampu melahirkan dan membesarkan anak-anak yang baik hati. Pastilah sangat sulit mendidik anak-anak untuk menjadi sosok pribadi yang shalih.

Setelah duduk di tengah ruang sidang, ibunda pun ditanya hakim perihal kedua anaknya. Dengan suara yang pelan dan lemah, si ibu berkata, "Ia adalah penyejuk mataku," sambil menunjuk pada Hairan. Namun ibunda kemudian berkata hal sama, "Ia juga penyejuk mataku," sambil menunjuk adik Hairan.

Makin bingunglah hakim memutuskan perkara tersebut. Hingga akhirnya, dengan pertimbangan yang masak, perawata ibunda jatuh ke tangan adik Hairan. Menurut pandagan hakim, ia dan keluarganyalah yang lebih mampu merawat sang ibu.

Setelah keputusan keluar, menangislah Hairan. Ia begitu sedih karena tak bisa lagi merawat ibunda. Ia tak kuasa menahan air mata padahal ia sseorang pria berbadan besar dengan usia yang telah tua pula. Namun kedukaan hatinya tak mampu ditutupi. Orang-orang yang hadir pun begitu iba melihat Hairan yang berlinangan air mata.

Namun keputusan telah bulat. Hairan harus rela ibunya dibawa sang adik ke kota lain. Hairan berusaha menerima fakta bahwa keluarga adiknya mungkin akan lebih membahagiakan ibunda tercinta. Biarlah pengadilan Qasim menjadi saksi kecintaannya pada sang ibu. Hairan berusaha tegar meski air mata terus saja membanjiri wajahnya.

Cerita Hairan ini merupakan kisah nyata yang benar terjadi di negeri Saudi. Dikutip dari lamat umatnabi, kisah ini memang benar terjadi di Pengadilan Negeri Provinsi Qasim. Sungguh kisah nyata yang sangat menyentuh hati, bukan?

Beruntunglah bagi yang masih memiliki ibu yang sehat. Beruntung pula bagi yang tengah merawat ibunda yang tengah sakit. Ibu adalah ladang pahala yang subur. Panenlah pahala sebanyak-banyak dari beliau sebelum ladang itu kering dan tak lagi hidup. Jika terjadi demikian, mungkin kita akan menyesal karena tak mengambil kesempatan menjadi anak berbakti.

Leave a Comment