×

Peringatan

JUser: :_load: Tidak dapat memuat pengguna denga ID: 12341

Pasangan Al ‘Aina, Si Gadis Bermata Jelita

Illustrasi Illustrasi

Muslimahdaily - Seorang pemuda menghabiskan masa mudanya di medan perang. Ia terus saja mengikuti barisan kaum muslimin untuk berjihad fi sabilillah. Impiannya hanya satu, yakni matu syahid. Namun berkali-kali perang diikutinya, ia tak kunjung meraihnya.

Ia pun kemudian bertekad pulang ke rumah setelah sekian lama berperang. Ia berkeinginan untuk bertemu keluarga, menikah, dan membangun rumah tangga. “Demi Allah, saat aku kembali ke keluargaku, aku akan menikah,” tekadnya. Ia lalu tertidur di tenda karena lelah setelah berperang.

Sang pemuda saleh itu hanyut dalam mimpinya. Ia berada di sebuah hamparan yang sangat indah. Warnanya putih lagi bersih. Seseorang kemudian menghampirinya dan berkata, “Ikutlah bersamaku untuk bertemu dengan istrimu, Al ‘Aina.”

Pemuda itu pun bangkit dan mengikuti ajakan tersebut. Keduanya berjalan menuju taman yang amat sangat indah. Tak pernah sekalipun si pemuda melihat taman seindah itu. Saat memasukinya, taman tersebut didiami 10 gadis yang amat sangat jelita.

Si Pemuda pun tercengang dan merasa sangat takjub. Tak pernah ia melihat wanita dengan paras yang teramat cantik seperti mereka. Lantas pemuda itu pun berharap istrinya adalah salah satu dari 10 gadis tersebut. Ia pun bertanya, “Apakah di antara kalian ada Al ‘Aina?”

Namun mereka para gadis cantik itu menjawab, “Dia tak ada di sini. Kami semua hanyalah para dayang yang mengasuh Al ‘Aina.”

Si pemuda pun melanjutkan perjalanan. Keluar dari taman yang indah itu, ia mendapati sebuah taman lain yang berkali-kali lipat lebih indah dari taman sebelumnya. Di dalamnya bahkan ada 20 gadis yang berkali-kali lipat kecantikannya dari 10 gadis di taman sebelumnya.

Si pemuda pun berharap istrinya, Al ‘Aina, ada di antara mereka. “Apakah di antara kalian ada Al ‘Aina?”

“Dia memang bersama kami, namun yang ada di sini hanyalah para dayangnya,” jawab seorang dari 20 gadis yang teramat sangat cantik itu.

Perjalanan si pemuda masih berlanjut. Sama seperti sebelumnya, ia mendapati taman yang teramat jauh lebih indah dan bertemu 30 gadis yang teramat sangat cantik luar biasa. Mereka jauh lebih cantik dari gadis-gadis sebelumnya. Namun lagi-lagi, mereka hanyalah para dayang Al ‘Aina. Si pemuda pun makin penasaran, seperti apakah istrinya yang bernama Al ‘Aina itu.

Sampailah ia di penghujung perjalanan. Di hadapannya berdiri sebuah bangunan berkubah megah yang dibuat dari permata yaqut. Warnanya merah berkilauan dan memancarkan gemerlap cahaya. Saking terangnya, cahaya itu menyinari sekelilingnya. Si pemuda pun diminta untuk masuk ke dalamnya, “Masuklah, temuilah istrimu.”

Bergegas si pemuda memasuki bangunan yang teramat sangat indah itu. Di dalamnya duduk seorang gadis yang kecantikannya tak bisa dideskripsikan dengan kata-kata. Parasnya memancarkan cahaya yang jauh lebih indah dari kubah permata ya’qut. Ialah Al ‘Aina.

Si pemuda segera duduk mendekati istrinya, lalu mengajaknya berbincang. Keduanya pun bercakap-cakap mesra. Namun di tengah kebahagiaan yang tiada tara itu, si pemuda kemudian diusir oleh sahabatnya, “Keluar kau! Pergilah!”

Ia pun segera bangkit, tak mampu menolak ataupun melawan sahabatnya. Namun saat ia berdiri, Al ‘Aina menarik selendang si pemuda seraya berkata, “Berbuka puasalah malam ini di sisi kami.”

Si pemuda bangkit dari tidurnya. Sahabatnya lah yang membangunkannya dari tidur. Tahulah sang pemuda bahwa semua peristiwa menakjubkan itu hanya mimpi. Ia kemudian menangis sejadi-jadinya. Ia menangis karena mengira semua mimpinya adalah nyata. Karena itulah ketika terbangun dan tersadar, tak ada yang bisa ia lakukan kecuali menangis.

Sesaat kemudian, sahabatnya pun memberi kabar bahwa pasukan muslimin diseru untuk bersiap kembali ke pertempuran. Sang pemuda pun melupakan kesedihannya. Dengan gagah berani, ia segera memakai seragam perangnya, mengambil senjata, dan menaiki kuda.

Pertempuran pun berlangsung sengit. Hingga matahari terbenam, yakni tepat di waktu berbuka puasa, pertempuran berada di puncaknya. Para mujahid gugur satu per satu. Salah satunya ialah sang pemuda. Ia tewas dalam syahidnya. Saat itu, ia dalam keadaan berpuasa.

Sumber: Kitab Jihad karya Ibnu Al Mubarak

Last modified on Sabtu, 30 Desember 2017 04:07

Leave a Comment