×

Peringatan

JUser: :_load: Tidak dapat memuat pengguna denga ID: 12351

Asma’ Putri Abu Bakr, Sang Dzatun Nithaqain yang Pemberani

Ilustrasi Ilustrasi

Muslimahdaily - Kisah hijrahnya Rasulullah bersama Abu Bakr tak lepas dari bantuan seorang wanita muda yang pemberani. Ialah Asma’ binti Abi Bakr Ash Shiddiq, pengemban misi sebagai pembawa bekal dalam hijrah rahasia tersebut.

Karena jasanya itu, Rasulullah memberikannya julukan spesial, yakni Dzatun Nithaqain atau pemilik dua ikat pinggang. Berikut kisah beliau hingga menorehkan jasa di kehidupan Rasulullah dan dalam perkembangan Islam.

Di tengah kejaran Kafir Quraisy, Rasulullah pergi berhijrah bersama Abu Bakr Ash Shiddiq. Hijrah ini tentu sudah melalui rencana matang. Bersama sang shahabat, Rasulullah diam-diam meninggalkan Kota Makkah, tepat di malam sekumpulan kafir Quraisy hendak membunuh beliau.

Dua hamba Allah pergi berhijrah tanpa bekal. Bersembunyi di persinggahan di tengah pengejaran kaum kafir Makkah. Abu Bakr telah memberikan tugas spesial kepada salah satu putrinya, Asma’. Saat itu usia Asma sekitar 27 tahun. Asma’ mengemban tugas penting dengan mengirimkan bekal ke tempat rahasia Rasulullah dan Abu Bakr.

Diam-diam, di tengah suasana yang sangat mencekam, Asma menyiapkan bekal yang cukup untuk ayahnya dan Rasulullah hingga keduanya tiba di Madinah. Memupuk keberanian, Asma’ bertekad mengirimkan bekal tersebut hingga tangan ayahanda. Pengintaian kaum kafir tak sedikit pun menggoyahkannya, sebaliknya, ia menjadi lebih waspada dan berhati-hati.

Dengan berani, Asma’ menyelinap keluar dari rumahnya. Namun bawaan bekal yang dibawanya begitu sulit dibawa karena tak terikat. Dengan tangkas, Asma’ segera melepas ikat pinggangnya lalu membelahnya menjadi dua. Satu bagian digunakannya kembali, dan satu bagian lain digunakan untuk mengikat bekal.

Ia kemudian pergi dan berusaha tak meninggalkan jejak sedikit pun. Asma’ tahu nyawanya terancam jika kafirin memergokinya. Namun dibanding memikirkan itu, kekhawatiran terhadap Rasulullah dan Abu Bakr lebih besar hingga menghancurkan segala ketakutan. Setelah berjalan cukup jauh, ia pun tiba di tempat yang telah direncanakan.

Asma’ berhasil ke tempat persembunyian Rasulullah dan Abu Bakr. Bekal itu telah tiba dengan selamat. Tak satu pun kaum kafir Quraisy yang mengetahuinya. Bekal dari Asma’ kemudian dibawa Rasulullah dan Abu Bakr untuk melanjutkan perjalanan ke Madinah.

(Baca juga : Ummu Kultsum Binti Uqbah, Hijrah Untuk Menyelamatkan Keimanannya)

Rasulullah ternyata melihat perjuangan Asma’. Beliau bahkan mengetahui bahwa ikatan bekal hijrah merupakan ikat pinggang yang dibelah milik Asma. Nabiyullah pun kemudian memberikan julukan spesial yang dapat mengenang jasa Asma’ untuk hijrah, yakni Dzatun Nithaqain atau pemilik dua ikat pinggang.

Jika mendengar julukan tersebut, orang-orang akan mengenang keberanian Asma’ dalam mendukung hijrahnya Rasulullah. Kiprahnya itu pun menorehkan jasa besar dalam sejarah Islam.

Jelaslah bahwa Abu Bakr mendidik putrinya itu dengan iman dan taqwa. Nampak dari sosok Asma’ yang begitu berakhlak mulia. Menjadi putri Abu Bakr saja sudah menunjukkan keutamaan Asma’ yang luar biasa.

Namun tak hanya itu, Asma pula merupakan kakak dari Ummul Mukminin Aisyah. Hanya saja, keduanya beda ibu. Aisyah adalah putri dari Ummu Ruman, sementara Asma’ merupakan putri dari Qailah binti Abdil Uzza.

Asma’ juga anak yang sangat berbakti. Ketika ia dan ayahnya telah beriman, sang ibu, Qailah enggan mengucapkan syahadat. Kepada Rasulullah, ia pernah mengadukan kesedihannya jika harus berpisah dengan ibunya yang kafir.

“Wahai Rasulullah. Ibu saya datang menemui saya, padahal ia wanita musyrikah. Apakah saya boleh menyambung hubungan dengannya?” tanya Asma.

Rasulullah pun menjawab, “Ya, sambunglah hubungan dengannya karena ia adalah ibumu.”

Tak lama kemudian, Qailah pun akhirnya turut serta beriman dan bergabung kembali dengan keluarga mulia Abu Bakr Ash Shiddiq.

Adapun Asma’ kemudian menikah dengan salah satu shahabat utama Rasulullah yang dijanjikan surga, Zubair bin Al Awwam. Bersama sang suami, Asma’ berhijrah ke Madinah menyusul Rasulullah dan ayahnya. Lagi-lagi keberanian Asma’ membuat siapa pun berdecak kagum.

Asma’ tetap pergi berhijrah meski kondisinya hamil tua. Ia bahkan melahirkan di tengah perjalanan, tepatnya di kawasan Quba. Anak inilah yang kelak menjadi salah satu shahabat Rasulullah utama, pemuda didikan nabi dan shahabat senior, guru para tabi’in, serta gubernur Makkah di era Dinasti Umayyah. Ia adalah Abdullah bin Az Zubair bin Al Awwam atau Ibnu Zubair.

Keberanian Asma’ bahkan terus dimilikinya meski ia telah lanjut usia. Dengan berani, ia membela putranya, Ibnu Zubair, yang tewas akibat kekejaman Al Hajjaj, penguasa Makkah setelah Ibnu Zubair.

Dengan berani, Asma melawan Al Hajjaj yang memang terkenal sangat kejam. Ketika putranya meninggal dunia, Asma’ dipanggil paksa oleh Al Hajjaj. Namun Asma’ menolak dengan keras. Hingga akhirnya Al Hajjaj lah yang menemuinya seraya berkata,

“Apa pendapatmu atas perlakuanku terhadap musuh Allah (yang dimaksud Al Hajjaj ialah Ibnu Zubair)?”

(Baca juga : Asma' binti Yazid, Sang Orator Kaum Muslimah)

Tanpa takut Asma pun menjawab dengan lantang dan menasihati Al Hajjaj panjang lebar,

“Aku berpandangan bahwa kamu telah menghancurkan dunianya, sedangkan ia telah menghancurkan akhiratmu. Telah sampai kabar kepadaku bahwa kamu berkata kepada ‘Abdullah bin az-Zubair, ‘Wahai anak lelaki wanita yang memiliki dua ikat pinggang!’

Ya, aku, demi Allah, adalah Dzatun Nithaqain. Salah satunya adalah ikat pinggang yang kugunakan untuk mengangkat bekal makanan Rasulullah dan Abu Bakr ke (atas) tunggangan. Adapun ikat pinggang yang lain adalah ikat pinggang wanita yang selalu ia butuhkan.

Ketahuilah, sesungguhnya Rasulullah telah menceritakan kepada kami bahwa di kota Tsaqif ada seorang pendusta dan ada seorang yang kejam. Seorang yang pendusta itu telah kami saksikan. Adapun seorang yang kejam, aku menduga bahwa kamulah orangnya.”

Mendengar ucapan Asma, Al Hajjaj terdiam dan tak mampu lagi membantah Asma sedikit pun. Namun sayangnya, ia tak mendengarkan nasihat Asma dan terus saja berlaku kasar lagi kejam. Hingga Asma pun menemui waktu ajalnya setelah menjalani usia yang panjang. Semoga Allah selalu meridhai Asma binti Abi Bakr Radhiyallahu ‘anha.

Last modified on Selasa, 04 September 2018 08:18

Leave a Comment