×

Peringatan

JUser: :_load: Tidak dapat memuat pengguna denga ID: 12341

JUser: :_load: Tidak dapat memuat pengguna denga ID: 12351

Kisah Taubatnya Pembunuh 99 Jiwa

Ilustrasi Ilustrasi

Muslimahdaily - Manusia adalah makhluk yang tiada pernah lepas dari alfa dan khilaf, sehingga dosa-dosa pun tak kunjung usai bahkan semakin tak terhitung dan kasat pandangan. Namun, Allah sebagai Sang Pencipta tak pernah lelah dalam menebar ampunan serta rahmat atas para hamba-Nya. 

Sebagaimana firma Allah dalam Al-Qur’an yang artinya, "Katakanlah, hai hamba-hambaKu yang telah melampaui batas (berdosa), janganlah putus asa terhadap rahmat Allah. Sesungguhnya Allah Subhanahu wa ta’ala mengampuni segala dosa, sungguh Dia Maha Pengampun dan Penyayang."  (Q.S Az-Zumar : 53).

Ibnu Katsir mengungkapkan bahwa ayat di atas memiliki makna yang mulia dan berisi seruan kepada setiap orang yang berbuat maksiat baik kekafiran dan lainnya untuk segera bertaubat kepada Allah. Ayat ini mengabarkan bahwa Allah akan mengampuni seluruh dosa bagi siapa yang ingin bertaubat dari dosa-dosa tersebut, walaupun dosa tersebut amat banyak, bagai buih di lautan.

Pada zaman Bani Israil, ada seorang pemuda yang selama hidupnya jauh dari kebaikan, ia menetap di kalangan orang-orang yang kasar dan dekat maksiat sehingga jauh dari Allah. Namun, sungguh hidayah Allah seluas alam semesta hingga terjadi keajaiban pada pemuda ini.

Dalam riwayat Muttafaqun ‘Alaih Abu Sa’id Sa’ad bin Malik bin Sinaan Al Khudri Radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam menceritakan kisah ini kepada para sahabat sebagai pembelajaran untuk dijadikan teladan. Cerita ini kemudian diriwayatkan kembali oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim. 

Seorang pemuda kejam itu telah membunuh 99 orang di daerah tempat tinggalnya, hingga ia berada di titik jenuh dan berniat untuk melepaskan dosa-dosanya dengan bertaubat kepada Allah. Dengan keinganan taubat yang memburu dadanya, pemuda tersebut mendatangi Rahib/Abid

Dikatakan kepadanya bahwa dosa-dosanya tak akan diampuni. Mengdengar hal itu, sang pemuda pun menggenapkan bilangannya menjadi 100 orang dengan pedang yang mengunus Rahib/Abid.

Kata-kata sang Rahib/Abid membuatnya putus asa. Ia kemudian menanyakan kembali siapa orang yang tepat dalam mengatasi gundah dan keraguan atas ampunan Allah. Mendapat jawaban dan seseorang, ia pun beranjak menuju orang alim yang ditunjukan padanya. 

Dengan tutur yang lembut, orang alim pun berkata, “Tiada yang menghalangimu untuk bertaubat, dan Pintu Allah terbuka lebar bagimu, maka bergembiralah dengan ampunan; bergembiralah dengan perkenan dari-Nya; dan bergembiralah dengan taubat nasuha.” 

“Sesungguhnya engkau tinggal di kampung yang jahat, di mana sebagian kampung itu memberikan pengaruh untuk berbuat durhaka dan kejahatan bagi para penghuninya. Barang siapa yang lemah imannya di tempat seperti itu, maka ia akan mudah berbuat durhaka dan akan terasa ringanlah baginya semua dosa, serta memudahkannya untuk melakukan tindakan menen­ tang Tuhannya, sehingga akhirnya ia terjerumus ke dalam kegelapan lembah dan jurang kesesatan. Akan tetapi, apabila suatu masya­ rakat yang di dalamnya menegakkan amar ma’ruf dan nahi mungkar, maka akan tertutuplah semua pintu kejahatan bagi para penghuninya,” lanjut orang alim itu.

An Nawawi mengatakan bahwa dalam hadits ini menunjukkan orang yang ingin bertaubat dianjurkan untuk berpindah dari tempat ia melakukan maksiat. Sehingga tidak lagi terpengaruh dengan kemungkaran yang ada. Karena ingatlah Allah senanantiasa mengampuni seluruh dosa.

Hal tersebut sejalan deng firman Allah yang artinya, “Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, namun Dia mengampuni dosa-dosa di bawah syirik, bagi siapa yang Dia kehendaki.” (An Nisaa’ : 48).

Pemuda itu pun pulang dengan bahagia setelah mendengar bahwa taubatnya dapat diterima oleh Allah. Namun di tengah perjalanan ia meninggal. Kemudian malaikat rahmat dan malaikat adzab pun turun ke bumi lalu berseteru untuk mengambil ruhnya. 

Kemudian Allah memerintahkan untuk mengukur jarak jenazahnya dengan tempat tinggalnya yang lama dan tempat yang akan dituju, dan jaraknya lebih dekat menuju tempat yang akan dituju. Sedang Al-Hasan pun mengatakan, “Disebutkan kepada kami, bahwa ketika kematian datang menjemputnya, dia busungkan dadanya (ke arah negeri tujuan).” Lalu Malaikat rahmat pun mengambil ruhnya.

Muslimah, kisah ini memberikan pelajaran yang teramat berharga, bahwa sehinanya manusia akan dosa, jika tak putus asa dan senantiasa bertaubat kepada Allah, ia akan terampuni dan tentu aroma surga akan tercium olehnya. 

Ingatlah pesan Rasulullah kepada Abu Dzar Al Ghifariy Jundub bin Junadah yang artinya, “Bertakwalah kepada Allah di mana saja kamu berada dan ikutkanlah kejelekan dengan kebaikan, niscaya kebaikan akan menghapuskannya dan berakhlaqlah dengan sesama dengan akhlaq yang baik.” (H.R Tirmidzi)

Last modified on Senin, 30 Januari 2017 07:44

Leave a Comment