Jika beribadah mengharap surga, maka akan merusak keikhlasan. Jika beribadah karena takut neraka pun akan menodai niat lilahita’ala. Benarkah demikian? Lalu, seandainya ibadah tak mengharapkan surga dan takut neraka, bagaimana niat dan motivasi yang benar dalam beribadah?
Dahulu, di wilayah Irak, hidup seorang pria kaya raya bernama Ibnu Dinar. Sehari-hari yang dilakukannya hanyalah pesta pora dan melakukan maksiat. Hingga suatu hari, putri tercintanya, Fathimah, meninggal dunia.
Kalender Qamariyyah baru saja memasuki Bulan Dzulqa’dah, satu dari empat bulan haram yang ditetapkan syariat Islam. Pun dua bulan ke depan, yakni Dzulhijjah dan Muharram, masih termasuk dalam bulan haram. Selain adanya kemuliaan, bulan haram juga menyimpan aturan khusus tentang pahala dan dosa. Yakni di bulan-bulan haram, baik pahala maupun dosa akan dilipatgandakan.
Tak hanya amalan, terdapat pula dosa yang akan terus mengalir meski seseorang telah meninggal dunia. Ia telah berada di alam kubur, namun dosa yang pernah ia lakukan terus saja mengalir dan menyiksanya. Dosa apakah itu, berikut penjelasannya.
Pintu neraka disebut dalam Al Qur’an berjumlah tujuh, dan ditujukan tergantung amal keburukan seseorang. Makin berat dosa seseorang, makin dalam pintu neraka yang ia tuju, karena pintu-pintu neraka berlapis atau bertingkat dan kengeriannya tak pernah dilihat setiap mata, tak pernah didengar setiap telinga, bahkan tak pernah terbetik dalam benak.