Muslimahdaily - Tidak munafik bahwa setiap orang pasti senang saat mendapatkan pujian dari orang lain. Meski mungkin hanya muncul sedikit saja di dalam hati. Tetapi nyatanya kita harus lebih berhati-hati dengan pujian ini lho, Sahabat Muslimah.
Jika berlebihan, pujian justru dapat membawa dampak buruk terhadap diri seseorang. Memunculkan rasa ujub dan sombong yang membuat orang jadi lupa daratan. Padahal, orang yang memberi pujian belum tentu mengenal betul orang yang dipuji. Sementara orang yang dipuji sudah terlanjur sombong.
Untuk itu, di dalam Islam kita dianjurkan untuk membaca doa di bawah ini saat mendapat pujian dari orang lain. Doa ini kerap dibaca oleh sahabat Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam, Abu Bakar Ash Shiddiq ketika mendapat pujian.
Ketika dipuji, Abu Bakar berdo’a,
اللَّهُمَّ أَنْتَ أَعْلَمُ مِنِّى بِنَفْسِى وَأَنَا أَعْلَمُ بِنَفْسِى مِنْهُمْ اللَّهُمَّ اجْعَلْنِى خَيْرًا مِمَّا يَظُنُّوْنَ وَاغْفِرْ لِى مَا لاَ يَعْلَمُوْنَ وَلاَ تُؤَاخِذْنِى بِمَا يَقُوْلُوْنَ
Allahumma anta a’lamu minni bi nafsiy, wa anaa a’lamu bi nafsii minhum. Allahummaj ‘alniy khoirom mimmaa yazhunnuun, wagh-firliy maa laa ya’lamuun, wa laa tu-akhidzniy bimaa yaquuluun.
"Ya Allah, Engkau lebih mengetahui keadaan diriku daripada diriku sendiri dan aku lebih mengetahui keadaan diriku daripada mereka yang memujiku. Ya Allah, jadikanlah diriku lebih baik dari yang mereka sangkakan, ampunilah aku terhadap apa yang mereka tidak ketahui dariku, dan janganlah menyiksaku dengan perkataan mereka." ( Diriwayatkan oleh Al Baihaqi dalam Syu’abul Iman, 4: 228, no.4876. Lihat Jaami’ul Ahadits, Jalaluddin As Suyuthi, 25: 145, Asy Syamilah)
Imam Al-Ghazali Rahimahullah berkata,
“Orang yang dipuji hendaknya waspada agar tidak jatuh ke dalam kesombongan, keterpurukan dan bentuk-bentuk masa depan lainnya. Seseorang hanya bisa terhindar dari hal-hal buruk tersebut jika mengetahui sifat kondisinya. Biarlah ia pertimbangkan kengerian hidup. Bahaya akhir cerita. Biar dia tahu bahaya "Ria" dan rutinitas eliminasi. Bahkan mereka yang memujinya tidak boleh mengenalnya. Kalau saja orang yang memujinya tahu keburukan hatinya, dia pasti tidak akan memujinya. Keuntungannya, Dia juga menyatakan bahwa dia tidak suka pujian seperti ini, "(Ihya'Ulum Ad-Diin, 3: 236).
Hati-hati pula dengan sifat ujub, yaitu takjub pada diri sendiri. Dalam hadits yang ma’ruf disebutkan,
“Tiga hal yang membawa pada jurang kebinasaan: (1) tamak lagi kikir, (2) mengikuti hawa nafsu (yang selalu mengajak pada kejelekan), dan ujub (takjub pada diri sendiri).” (HR. Abdur Rozaq 11: 304. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan. Lihat Shahihul Jaami’ 3039).
Ujub juga tidak merealisasikan ‘iyyaka nasta’in’ (Hanya kepada Allah kita mohon pertolongan). Karena ia merasa dirinya-lah yang berbuat.
Ditambah ujub pun dapat merusak amalan kebaikan. Sebagian ulama salaf, di antaranya Sa’id bin Jubair berkata,
“Sesungguhnya ada seorang hamba yang beramal kebaikan malah ia masuk neraka. Sebaliknya ada pula yang beramal kejelekan malah ia masuk surga. Yang beramal kebaikan tersebut, ia malah merasa ujub (bangga dengan amalnya), lantas ia pun berbangga diri, itulah yang mengakibatkan ia masuk neraka. Ada pula yang beramal kejelekan, namun ia senantiasa takut dan ia iringi dengan taubat, itulah yang membuatnya masuk surga.” (Majmu’ Al Fatawa, 10: 294).
Semoga kita bisa lebih berhati-hati dengan pujian ya Sahabat Muslimah.
Sumber: Rumaysho