Sifat Dengki Menghilangkan Pahala dan Mendatangkan Murka Allah

Ilustrasi Ilustrasi ( Foto : Balqis/Muslimahdaily.com )

Muslimahdaily - Kita sebagai manusia adalah makhluk sosial, yaitu makhluk yang saling berinteraksi dan bermasyarakat dengan sesamanya. Agama Islam mewajibkan umatnya untuk memperlakukan orang lain secara terhormat, sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang diriwayatkan dari Abu Hurairah ra., “Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata baik atau diam. Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia menghormati tetangga. Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia memuliakan tamu” (HR Bukhari dan Muslim).

Dari hadits diatas, kita dapat mengambil 3 poin penting untuk diamalkan dalam kehidupan bermasyarakat dan berinteraksi dengan sesama kita, yaitu:

1.Selalu mengatakan hal-hal dan kata-kata yang baik,

2.Menghormati tetangga, dan

3.Memuliakan tamu.

Setiap manusia memiliki kelebihan dan kekurangan. Bahkan dalam suatu kelompok masyarakat, kita akan menemukan orang yang tidak senang dengan kenikmatan yang didapat oleh saudaranya yang lain. Dia ingin kenikmatan saudaranya itu hilang. Itulah apa yang kenal sebagai orang yang hasad, atau dengki.

Hasad atau dengki adalah salah satu sifat yang dicela oleh agama kita dan merupakan kejahatan yang besar yang dilakukan oleh seorang muslim. Imam Al-Ghazali rahimahullah berkata:

“Dan ketahui olehmu bahwa dengki itu haram, yaitu bahwa engkau suka akan hilangnya nikmat daripada orang selainmu, dan engkau suka turunnya bala atau musibah atasnya. Dan tidaklah diharamkan bermunafasah, yaitu bahwa engkau menginginkan dan menyukai nikmat yang orang lain terima untuk dapat kau miliki juga, tanpa menginginkan nikmat itu hilang darinya.”

Dalam perkataan Imam Al-Ghazali rahimahullah tersebut dapat kita ambil kesimpulan, yaitu:

1.Hasad atau iri dengki bermaksud seseorang yang tidak suka melihat saudaranya mendapat kenikmatan dan ingin agar ia kehilangan nikmat tersebut, bahkan dia senang jika saudaranya ditimpa musibah dan kesengsaraan. Jika dalam istilah kita saat ini adalah senang melihat orang lain susah, dan susah melihat orang lain senang. Dan ini haram hukumnya,

2. Munafasah adalah rasa ingin memiliki kebahagian dan nikmat seperti yang dimiliki oleh saudaranya, dan tanpa ada keinginan supaya kenikmatan itu hilang dari saudaranya. Munafasah itu tidak haram hukumnya dan tidak termasuk iri dengki, karena ia hanya menginginkan kebahagiaan untuk dirinya seperti kebahagiaan saudaranya.

Selanjutnya yang harus kita ketahui adalah bahwa hasad dan iri dengki itu menghilangkan pahala ibadah dan kebaikan-kebaikan kita, serta akan mendatangkan murka dari Allah.

Sebagaimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Hasad itu memakan atau menghilangkan amal kebaikan, seperti api yang memakan dan memusnahkan kayu yang kering” (HR Abu Dawud)

Didalam hadits yang lain disebutkan bahwa Abu Hamzah, Anas bin Malik ra., yang merupakan salah seorang pelayan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Seseorang diantara kalian tidak dikatakan beriman jika dia belum bisa mencintai saudaranya seperti dia mencintai dirinya sendiri” (HR Bukhari dan Muslim).

Dari hadits diatas dapat kita ambil kesimpulan, bahwa iri dan hasad dengki merupakan salah satu tanda yang menunjukkan iman seseorang itu belum sempurna.

Diriwayatkan bahwa suatu ketika Mu’adz bin Jabal bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam perihal iman yang afdhal (paling utama). Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Agar seseorang mencintai sesuatu (kebaikan) untuk saudaranya sebagaimana ia mencintai untuk dirinya sendiri, dan membenci sesuatu (keburukan) untuk mereka, sebagaimana ia membencinya untuk dirinya sendiri” (HR. Ahmad)

Imam Nawawi menyebutkan bahwa Abu Muhammad Abdullah ibnu Abi Zaid yang merupakan seorang ulama besar di Maroko, berkata, “Siklus kebaikan terletak pada empat hadits, yaitu:

1. “Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka katakanlah hal dan kata-kata yang baik, atau diam .”

2. “Diantara tanda sempurnanya iman seseorang adalah meninggalkan perkara yang tidak mendatangkan manfaat baginya”.

3. “Janganlah marah!”

4. “Tidaklah beriman seseorang di antara kamu, sehingga ia mencintai saudaranya seperti mencintai dirinya sendiri”.

Keempat hadits ini pun dimuat dan dimasukkan oleh Imam Nawawi dalam kitabnya Al-Arbaa’in (Empat puluh hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam).
Semoga kita dijauhkan dari sifat hasad dengki yang bisa membawa kepada kemurkaan Allah dan perpecahan umat. Wallahu a’lam.

Sumber:

- Al-Wafi, Syarah Kitab Arba’in An-Nawawiyah, oleh DR.Musthafa Dieb Al-Bugha Muhyidin Mastu

- Hidayatus-salikin, oleh Abdus-samad. Terjemahan dari kitab Bidayatul-Hidayah oleh Imam AL-Ghazali.

Leave a Comment