×

Peringatan

JUser: :_load: Tidak dapat memuat pengguna denga ID: 12341

Mengenal 4 Karakter Jiwa Manusia Dalam Al-Qur'an

Ilustrasi Ilustrasi ( Foto : Balqis/Muslimahdaily.com )

Muslimadaily - Manusia memiliki 3 unsur utama, yaitu: raga, jiwa, dan ruh. Jiwa merupakan jati dirinya, yang mendapat kewajiban beribadah, yang akan dihisab di akhirat kelak, dan yang menjadi mulia. Ketika ruh ditarik dari raga, jiwa tidak mati, namun ia merasakan kematian. Ada perbedaan antara mati dan merasakan mati. Manusia memiliki jiwa dan raga, kematian merupakan perpisahan jiwa dari wadahnya, yaitu raga. Namun, jiwa tidak mati, ia tetap melanjutkan ke proses kehidupan selanjutnya.

Firman Allah dalam surah Ali Imran, ayat 185: “Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati.”

Manusia saat ini hanya memperhatikan kesejahteraan raganya saja, tanpa mempedulikan jiwanya. Kebutuhan jiwa hanya dapat terpenuhi dengan pengetahuan hamba terhadap Tuhannya, dengan ketaatan kepada-Nya, dan merasa nyaman dekat pada-Nya.

Al-Qur’an telah mengungkapkan beberapa karakteristik dan ciri khas jiwa manusia, seperti berikut ini:

Pertama: Manusia bersifat suka berkeluh kesah

“Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah, dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir, kecuali orang-orang yang mengerjakan shalat.”

Dari ayat di atas, dapat kita temukan salah satu sifat manusia yaitu suka berkeluh kesah, ketika menghadapi musibah dan masalah sekecil apa pun. Ini adalah sifat asal saat penciptaan manusia. Namun demikian, sebenarnya sifat ini memiliki hikmah tersendiri.

Masalah adalah salah satu ujian Allah untuk hamba-Nya. Dua hal yang tidak bersifat permanen di dunia ini dan sering menjadi masalah bagi hamba adalah kesehatan dan rezeki. Namun, perubahan siklus kesehatan dan rezeki bertujuan sebagai sarana pengajaran.

Orang yang selalu dekat dengan Allah akan selamat dari kelemahan karakteristik ini. Saat diuji, ia akan langsung menyerahkan diri kepada Allah dan memohon pertolongan-Nya.

Kedua: Manusia bersifat kikir

Dari ayat 19-22 surah Al-Ma’arij di atas juga dapat kita temukan sifat lain dari manusia, yaitu bersifat kikir. Manusia sangat tamak dan suka menumpuk-numpuk harta. Namun, jika dijalankan sesuai ajaran agama, menjauhi  sifat tamak ini adalah jalan menuju surga.

Contohnya, tamak membuat manusia gemar mengumpulkan harta, namun agama menyuruh untuk menginfakkannya di jalan Allah, maka ia menjadi harga menuju surga. Mata ingin terus tidur saat waktu subuh, namun agama menyuruh untuk bangun dan menunaikan shalat subuh.

Maka, jalan-jalan yang merupakan kebalikan dari sifat tercela adalah jalan menuju surga.

Ketiga: Manusia bersifat tergesa-gesa

“Dan manusia (seringkali) berdoa untuk kejahatan sebagaimana (biasanya) ia mendoakan untuk kebaikan. Dan adalah manusia bersifat tergesa-gesa.” (Al-Israa: 11)

Manusia cenderung suka tergesa-gesa, menyukai hal yang instan, dan menyukai hal yang dekat darinya. Dunia adalah nyata, sedangkan akhirat masih merupakan berita. Maka, manusia hanya mempersiapkan dunianya, padahal akhirat disana lebih kekal dan perlu bekal yang banyak.

Keempat: Ada kelemahan di dalam diri manusia

“dan manusia dijadikan bersifat lemah.” (An-Nisa: 28)

Manusia diciptakan dengan sifat lemah, agar ia merasa butuh pada Dzat yang Maha Kuat. Jika ia diciptakan dalam kondisi kuat, tentulah ia akan berbangga dengan kekuatannya dan selalu merasa cukup.

Maka, sungguh sifat lemah ini untuk menjadikan manusia agar senantiasa bersandar kepada Allah dan selalu memohon pertolongan dan lindungan-Nya.

Wallahu a’lam.

Last modified on Kamis, 19 Oktober 2017 21:26

Leave a Comment