Masya Allah, Ada Malaikat Penjaga dan Pendamping Setiap Manusia

Illustrasi Illustrasi

Seorang bayi selamat dari kecelakaan mengerikan, satu bocah penumpang selamat dari tragedi ledakan kapal, seorang selamat dari tsunami yang menewaskan ribuan orang, satu nenek ditemukan selamat di bawah reruntuhan gempa dahsyat, dan lain sebagainya kabar-kabar ajaib yang mustahil terjadi dalam perhitungan manusia namun ternyata sering didengar dan nyata terjadi. Bukan karena keberuntungan, sejatinya ada malaikat penjaga dan pendamping yang diutus untuk setiap manusia. Malaikat itulah dibalik kabar ajaib keselamatan seseorang.

Allah mengutus malaikat untuk setiap satu bani Adam. Mereka selalu mendampingi dan menjaga bergiliran siang dan malam. Tugas mereka adalah melindungi manusia dari keburukan kecuali yang sudah ditakdirkan. Segala marabahaya, malapetaka, kejahatan jin, dan lain sebagainya ditangkis oleh malaikat penjaga. Namun jika suatu keburukan telah ditakdirkan, maka malaikat itu akan menyingkir.

Dalil adanya malaikat penjaga untuk setiap manusia terdapat pada Al Qur’an. Allah berfirman, “Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah.” (QS. Ar Ra’d: 11).

Dalam tafsir Ath Thabari, dipaparkan penjelasan Ibnu Abbas mengenai ayat tersebut, “Mereka adalah para malaikat yang menjaga manusia dengan perintah Allah, jika ada takdir yang akan menimpanya maka malaikat ini menyingkir darinya.”

Adapun Ibnu Katsir menjelaskan ayat tersebut dengan rincian bahwa ada empat malaikat yang diutus bagi setiap diri manusia. Dua malaikat i antaranya ialah pencatat amal baik yang berada di sebelah kanan manusia, dan malaikat pencatat amal buruk yang berada di sisi kiri. Adapun dua malaikat lain ialah malaikat penjaga yang berada di depan dan di belakang manusia.

Penjelasan Ibnu Katsir tersebut sesuai dengan ayat Allah yang lain, yakni Rabb Ta’ala berfirman, “Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya, (yaitu) ketika dua orang malaikat mencatat amal perbuatannya, seorang duduk di sebelah kanan dan yang lain duduk di sebelah kiri.” (QS. Qaaf :16-17).

Mereka bernama Mu’aqibat

Para malaikat penjaga disebut dengan malaikat mu’aqibat. Rasulullah mensifati mu’aqibat sebagai malaikat pagi dan malam. Yakni malaikat tersebut bergantian setiap Shubuh dan Isya. Karena itulah mereka disebut Mu’aqibat.

Saat bergantian tugas, mu’aqibat akan bertemu Allah dan Dia akan menanyakan kabar manusia yang dijaga. Sebagaimana hadits dari Abu Hurairah, Rasulullah bersabda, “Para Malaikat di malam dan siang hari silih berganti mengawasi kalian, dan mereka berkumpul pada saat shalat Subuh dan shalat Ashar.

Kemudian para malaikat yang mengawasi kalian semalam suntuk naik (menuju Allah). Allah menanyakan kepada mereka, padahal Dia lebih mengetahui tentang kondisi para hamba-Nya, “Bagaimana kondisi hamba-hamba-Ku saat kalian tinggalkan?” Mereka menjawab, “Kami tinggalkan mereka dalam keadaan mengerjakan shalat, dan kami mendatangi mereka juga dalam kondisi sedang shalat.” (HR. Al Bukhari dan Muslim).

Malaikat Mu’aqibat memastikan bahwa manusia hanya akan ditimpa musibah yang sudah ditakdirkan Allah. Manusia tidak akan mendapat keburukan sedikit pun kecuali yang sudah tertulis dalam Lauhul Mahfuzh. Seandainya Allah tak mengutus Mu’aqibat, pastilah manusia tak dapat bertahan hidup di bumi yang penuh dengan keburukan dan tak akan selamat dari bahaya yang sering dilancarkan iblis karena dendamnya pada bani Adam.

Masya Allah, dengan meyakini bahwa Allah mengutus mu’aqibat untuk setiap insan, maka muncul pula keyakinan bahwa Allah menjamin keamanan hamba-Nya. Tak akan ada yang mampu mencelakakan kecuali memang sudah tercatat dalam buku takdir. Sebagaimana sabda Rasulullah,

“Ketahuilah, bahwa seluruh makhluk (di dunia ini), seandainya pun mereka bersatu untuk memberikan manfaat (kebaikan) bagimu, maka mereka tidak mampu melakukannya, kecuali dengan kebaikan yang telah Allah tuliskan (takdirkan) bagimu, dan seandainya pun mereka bersatu untuk mencelakakanmu, maka mereka tidak mampu melakukannya, kecuali dengan musihkan yang telah Allah takdirkan akan menimpamu.” (HR. Ahmad dan Tirmidzi).

Last modified on Rabu, 07 Februari 2018 17:43

Leave a Comment