Bukan Tahun Baru Kita, Ini Sejarah Kelam Kalender Masehi

Ilustrasi Ilustrasi

Muslimahdaily - Dari namanya saja, kalender masehi diketahui merujuk pada Al Masih yang dituhankan sebagai Yesus oleh Nasrani. Bahkan bukan hanya terkait kristiani, kalender ini pun menyimpan sejarah dewa-dewi yang diimani bangsa Romawi. Sejarah kelam ini, menjadi jawaban muslimin yang bertanya-tanya tentang hukum perayaan tahun baru masehi.

1. Bermula dari Kelahiran Nabi Isa

Awal sejarah perhitungan kalender masehi dimulai dari tahun kelahiran Nabi Isa ‘alaihissalam. Karena itulah penanggalan ini disebut dengan Masehi yang bukan lain penisbatan atas Al Masih atau Mesiah atau Mesias. Nasrani memang terbiasa merayakan kelahiran Yesus dan mengagungkannya.

Selain istilah Masehi, terdapat pula penggunaan AD dan BC yang juga ternyata merujuk pada Yesus. AD singkatan dari Anno Domini yang dalam bahasa latin bermakna tahun Tuhan kita. Adapun BC yakni Before Christ yang bermakna sebelum Kristus. Dalam Bahasa Indonesia, keduanya dikenal sebagai tahun SM atau sebelum Masehi, dan M atau Masehi.

Kalender Masehi kemudian menjadi salah satu syiar agama Nasrani yang mendunia. Syiar yang awalnya hanya dikenal di Eropa ini meluas hingga penjuru dunia melalui penjajahan. Pengecualian syiar ini hanyalah dilakukan beberapa negara muslim yang menggunakan kalender umat Islam hijriyyah, dan beberapa negara Asia yang menggunakan kalender lunar.

2. Dihitung Pertama Kali oleh Biarawan

Sosok dibalik perumusan kalender masehi ialah seorang biarawan Katolik bernama Dionisius Exigus. Ia mendapat tugas merumuskan perhitungan tahun yang kemudian disepakati para pimpinan gereja untuk menggunakan tahun kelahiran Al Masih sebagai permulaannya. Hasil perhitungan Exigus ini kemudian pertama kali digunakan untuk menetapkan tanggal paskah. Saat itu, tahun baru bukanlah tanggal 1 Januari melainkan tanggal 25 Maret karena mereka meyakini kelahiran Yesus pada tanggal 25.

Namun di kemudian hari, perhitungan Exigus ini menimbulkan kontroversi. Muasalnya, penetapan tahun 1 Masehi yang dianggap kelahiran Yesus tidak didasarkan bukti sejarah yang kuat. Artinya, mereka umat Nasrani masih berselisih kapan Nabi Isa yang mereka anggap sebagai anak Tuhan itu lahir. Ada yang berpendapat Yesus lahir pada tahun 7 SM, bahkan ada pula yang menyebut lebih jauh dari itu, yakni 18 SM.

3. Pembagian Bulan dan Menamainya dengan Nama Dewa

Perhitungan tahun Masehi oleh Exigus kemudian terus berkembang. Sejarah kalender Masehi mengalami perubahan ketika bangsa Romawi melakukan pembagian tahun menjadi beberapa bulan. Mirisnya, nama-nama bulan yang sering kita sebut itu ternyata nama-nama dewa Romawi. Nastaghfirullah.

Beberapa nama bulan yang diambil dari nama dewa di antaranya Maret dari kata Martinus yang diambil dari Nama Dewa Mars. Bulan Mei dari Mius yang diambil dari Dewa Maia. Bulan Juni atau Junius dari nama Dewa Juno. Bulan yang dinamai belakangan, yakni Januari, juga diambil dari nama dewa.

Yakni Januarius dari nama Dewa Janus yang berwajah dua. Bangsa Romawi kemudian menggunakannya sebagai awal bulan karena dua wajah dewa tersebut menunjukkan masa lalu dan masa depan. Adapun nama bulan lain, dinamai berdasarkan urutan atau dari penyebutan suatu kondisi cuaca.

4. Diperbaiki Julius Caesar

Ketika Julius Caesar menjadi kaisar Romawi, ia merasa adanya kekeliruan dan kecacatan dalam kalender masehi. Pasalnya, acuan matahari sebagai kalender membuat kebingungan karena bumi mengelilingi matahari tidak tepat 365 hari melainkan 365,25 hari.

Caesar kemudian bertemu ahli astronomi asal Alexandria (Iskandariyah) dan memperbarui kalender yang ada saat itu. Maka dikenallah tahun kabisat setiap empat tahun sekali. Orang-orang kemudian menamainya sebagai kalender Julian. Namanya pun diambil sebagai nama bulan, yakni Julio atau Juli.

5. Dirombak Pimpinan Gereja Katolik Roma

Seiring berjalannya waktu, ternyata kalender masehi yang dirombak Julius Caesar pun mengalami keganjilan. Bulan musim semi yang semula dimundurkan oleh sang kaisar di kemudian hari justru datang lebih awal dari bulan semestinya. Kalender masehi, sekali lagi, dirombak, dan kali ini oleh seorang pemimpin gereja katolik di Roma, Paus Gregious XIII.

Perhitungan Paus tersebut merombak total perhitungan awal Dionisius Exigus. Mereka tak lagi menggunakan tanggal 25 sebagai awal tahun baru. Padahal Exigus dan pemimpin gereja sebelumnya bersikeras memulai tahun dengan kelahiran Al Masih yang mereka yakini jatuh pada tanggal 25. Namun Paus Gregious mengubah awal tahun baru menjadi 1 Januari dan diiyakan oleh gereja katolik di Roma.

Hikmah dari Sejarah

Mengetahui sejarah kalender Masehi membuat mata terbuka bahwasanya penanggalan tersebut dibuat oleh Nasrani, dinamai dewa-dewa Romawi, dinisbatkan pada kelahiran Yesus, dan yang terpenting ialah mereka terus saja melakukan kesalahan dalam menentukan penanggalannya. Lucunya, mereka mengubah penanggalan masehi tanpa lagi mengingat niat awal perumusannya untuk mengenang kelahiran Al Masih. Mungkin saja bukan masalah besar karena kelahiran Al Masih memang tak diketahui pasti tanggal, bulan dan tahunnya dalam sejarah.

Dari sejarah ini pula semestinya mengundang syukur umat Islam dan memunculkan rasa bangga terhadap kalender hijriyyah. Kalender umat Islam ini menggunakan acuan bulan serta diawali dari peristiwa hijrah dan bukan kelahiran Rasulullah. Dengannya, penanggalan hijriyyah begitu apik dan tak perlu diperbaiki apalagi dirombak.

Terakhir, setelah mengetahui sejarah kalender masehi, masihkah muncul keinginan untuk turut merayakan tahun baru masehi 1 Januari? Ingatlah selalu sabda nabi, “Barang siapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia bagian dari kaum itu.” (HR. Abu Dawud). Allahu a’lam.

Leave a Comment