Ini Dia 7 Golongan yang Akan Selamat di Hari Akhir

Ilustrasi Ilustrasi

Muslimahdaily - Percaya bahwa adanya hari akhir merupakan salah satu rukun iman. Setelah dibangkitkan dan dikumpulkan di padang mahsyar, tiap-tiap makhluk akan cemas menunggu balasan apa yang datang pada mereka. Apakah surga dengan kenikmatan tak terhingga di dalamnya, atau justru nereka dengan api yang menyala-nyala.

Salah satu yang dapat menolong mereka ialah syafaat yang telah diberi izin oleh Allah.

Dalam Qur’an Surat Thaha ayat 109, Allah berfirman, “Pada hari itu tidak berguna syafaat (pertolongan), kecuali dari orang yang telah diberi izin oleh Tuhan Yang Maha Pengasih, dan Dia ridhai perkataannya.”

Lebih lanjut, Rasulullah membocorkan siapa-siapa saja yang akan mendapat syafaat di hari akhir kelak. Hal ini dijabarkan oleh Ibnu Hajar Rahimahullah dalam kitab Fathul Bari.

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu’anhu, dari Nabi Shallallahu’alaihi wa sallam, beliau bersabda, “Tujuh golongan yang dinaungi Allah dalam naungan-Nya pada hari dimana tidak ada naungan kecuali naungan-Nya:

1. Pemimpin yang adil,

Pada hakikatnya, manusia adalah pemimpin bagi dirinya sendiri. Pada akhirnya juga kita akan dimintai pertanggungjawaban setidaknya atas diri yang kita pimpin sendiri.

“Setiap kalian adalah pemimpin dan bertanggung jawab atas apa yang dipimpinnya. Seorang penguasa adalah pemimpin bagi rakyatnya dan bertanggung jawab atas mereka. Seorang istri adalah pemimpin di rumah suaminya dan dia bertanggung jawab atasnya. Seorang hamba sahaya adalah penjaga harga tuannya dan dia bertanggung jawab atasnya,” (HR Bukhari).

2. Seorang pemuda yang tumbuh dewasa dalam beribadah kepada Allah,

Di zaman seperti ini, cukup sulit menemukan pemuda yang rajin beribadah pada Allah. Mereka cenderung menghabiskan masa muda dengan bersenang-senang, bermain game, dan bergaul hingga larut malam. Pada masa ini juga, pemuda diuji dengan godaan dan gejolak sehingga cenderung lebih mudah untuk berbuat maksiat.

Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya Allah Ta’ala benar-benar kagum terhadap seorang pemuda yang tidak memiliki Shabwah (HR. Ahmad dan ath-Thabrani).

3. Seorang yang hatinya terikat dengan masjid,

Imam Nawawi berkata, “Maknanya adalah sangat mencintai masjid dan selalu menjaga shalat jamaah di dalamnya. Dan bukanlah selalu duduk di masjid,” (Syarh Shahih Muslim).

Hal ini kemudian diperkaut dengan firma Allah, “Hanyalah yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah, maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. at-Taubah: 18).

4. Dua orang yang saling mencintai di jalan Allah, keduanya berkumpul karena-Nya dan berpisah karena-Nya,

Pada hal ini Ibnu Hajar menjelaskan bahwa yang dimaksud yaitu mereka berdua senantiasa dalam kecintaan karena agama. Mereka tidak memutus cinta tersebut karena hal dunia, baik mereka berkumpul sebenarnya (secara fisik) atau tidak, sampai maut memishkan mereka berdua.

5. Seorang laki-laki yang diajak berzina oleh seorang wanita yang mempunyai kedudukan lagi cantik, lalu berkata, ‘Aku benar-benari takut kepada Allah’,

Sebelumnya, Nabi Yusuf ‘Alaihissalam telah mencontohkan bagaimana ia melalui sebuah ujian dengan menolak godaan Zulaikha. Peristiwa tersebut menjadi pertanda berapa kuatnya iman beliau.

Kedudukan yang sama berlaku pada peremuan yang digoda oleh laki-laki. Ibnu Hajar berkata, “Karena sesungguhnya kejadian itu bisa terjadi pada perempuan yang diajak berbuat zina seorang raja tampan, musalnya, lalu ia menolak ajakan tersebut karena takut kepada Allah, walaupun ia memiliki hasrat untuk itu.”

6. Seorang yang bersedekah dengan satu sedekah lalu ia menyembunyikannya sehingga tangan kirinya tidak tahu apa yang diinfaqkan tangan kanannya, dan

Rasulullah berkata, “Sedekah yang dilakukan oleh tangan kangan hingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang dilakukan tangan kanannya dengan alasan untuk menjauhi riya’. Imam ash-Shan’ani dalam Syarh Bulughulmaram menjelaskan bahwa dalil tersebut menunjukkan adnya keutamaan menyembunyikan sedekah dibadnign menampakkannya, kecuali jika tahu dengan menampakkannya mendorong orang lain untuk menirunya, dan ia bisa menjaga dari berbuat riya’.

Sementara Imam Nawani berkata bahwa ibadah wajib seperti shalat fardu dan zakat lebih utama untuk ditampakkan. Sementara ibadah sunnahs eperti shalat nafilah dan sedekah lebih utama dilakukan sembunyi-sembunyi.

7. Seorang yang berdzikir kepada Allah dalam keadaan sepi lalu ia meneteskan air matanya.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Sama seperti bersedekah, dzikir yang dilakukan tanpa terlihat oleh orang lain adalah ibadah yang terhindar dari riya’. Dzikir inilah yang disebut dzikir yang tulus karena rasa cinta dan takur terhadap Allah.

Allah berfirman, “Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam (mengerjakan) perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka berdoa kepada Kami dengan harap-harap cemas. dan mereka adalah orang-orang yang khusyu’ kepada kami.” (QS. Al Anbiya’: 90).

Itu dia tujuh golonga yang insya Allah akan mendapat syafaat dan pertolongan Allah di hari akhir kelak. Semoga kita termasuk di dalamnya. Aamiin.

Leave a Comment