Musahabah Diri, Ini 10 Tingkatan Cinta Menurut Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah

Ilustrasi Ilustrasi

Muslimahdaily - Tiada kata paling indah selain cinta. Orang bijak berkata bahwa cinta tidak perlu dicari, melainkan ia akan timbul dari sanubari. Ajaran cinta dan kasih sayang di dalam Al-Qur’an seperti termaktub di dalam surat Ali-Imran ayat 53:

قُلْ اِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّوْنَ اللّٰهَ فَاتَّبِعُوْنِيْ يُحْبِبْكُمُ اللّٰهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ ۗ وَاللّٰهُ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ

"Katakanlah (Muhammad), “Jika kamu mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.”

Kandungan ayat di atas menerangkan bahwa, katakanlah wahai Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wassalam kepada mereka yang merasa mencintai Allah, jika kamu mencintai Allah, ikutilah aku, yaitu dengan melaksanakan apa yang diperintahkan Allah melalui aku, yakni beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan bertakwa kepada-Nya.

Jika itu kamu laksanakan, maka kamu telah memasuki ke pintu gerbang meraih cinta Allah, dan jika memelihara ketaatan kepada-Nya serta meningkatkan pengamalan kewajiban dengan melaksanakan sunnah-sunnah Nabi Shalallahu alaihi wassalam, niscaya Allah akan mencintai kamu dan mengampuni dosa-dosamu. Semua itu karena Allah Maha Pengampun terhadap siapa pun yang mengikuti Rasul lagi Maha Penyayang.

Hakikatnya, rasa cinta dan kasih sayang yang paling diutamakan hanya kepada Allah dan Rasul-Nya yang dalam bahasa Arab dikenal dengan kata ‘mahabbah’. Ahli fiqh, Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah, membagi tingkatan cinta menurut kadar keimanan dalam setiap diri manusia di antaranya:

1. Alaqah

Alaqah (hubungan atau kaitan) merupakan cinta kasih yang lahir karena adanya hubungan (ketergantungan) hati dengan sang kekasih. Orang ini menaruh cinta dengan bergantung pada banyak hal yaitu berupa hati, jiwa, cita-cita, harapan, hingga masa depannya.

2. Al-Iradah

Al-Iradah (kehendak) berarti cinta yang timbul sebab adanya kecenderungan hati kepada yang dicintai dan menuntut sesuatu terhadap sang kekasih. Cinta cenderung menuntut pada sang kekasih bertujuan agar perasaan hingga perhatian diberikan kepada pencipta.

3. Al-Shababah

Definisi Al-Shababah diumpamakan seperti tumpahnya hati kepada kekasih yang sudah tidak dapat dibendung lagi. Tingkatan cinta ini tidak dapat kita kendalikan, kecenderungan hatinya sudah terpaut dengan sang kekasih, niscaya pula hatinya mustahil akan berpaling darinya.

4. Al-Gharam

Al-Gharam (cinta yang menyala) menandakan cintanya telah sungguh-sungguh merasuk ke dalam hati dan mustahil bakal terpisahkan. Berada di tingkatan ini, banyak pengorbanan atau menggadaikan waktu untuk menghabiskan rasa cintanya kepada sang kekasih. Bahkan, tipe orang seperti ini sampai lupa untuk mencintai dirinya sendiri.

5. Al-Widdad

Al-Widdad (kasih) berarti kemurnian, ketulusan, hingga kedalaman cinta. Barangsiapa yang hatinya dipenuhi oleh rasa lapang tidak akan pernah merasa hampa apalagi dipengaruhi oleh hal-hal buruk. Al-Widdad merupakan salah satu bagian dari asma Allah yang bermakna Allah yang dicintai dan Allah yang mencintai hamba seperti sifat-Nya al-Ghafur berarti memberi ampun, serta menerima ampunan dan tobat.

6. Syaghaf

Syaghaf (cinta yang mendalam) yaitu cinta ini telah sampai di tahap kedalaman hati. Hati yang paling dalam ini biasanya sering disebut juga kasmaran. Hati yang diliputi oleh rasa ikhlas menerima dan selalu mencintai. Tingkatan cinta ini diumpakan seperti cintanya al-Aziz kepada Nabi Yusuf Alaihis Salam.

7. Al-Isyq

Al-Isyq ialah cinta yang telah mencapai mencapai tahap puncak. Orang ini diibaratkan layaknya sedang menghabiskan waktu bersama sang kekasih sampai-sampai tidak memperdulikan waktu yang terus berjalan.

8. Al-Tatayyum

Al-Tatayyum senada dengan arti penghambaan atau merendahkan diri. Taimullah artinya hamba Allah. Sedangkan, yutmu artinya kesendirian. Mutayyam adalah orang yang menyendiri dengan cintanya. Cinta ini diibaratkan seperti anak kepada orang tuanya.

9. Al-Ta’abbud

Al-Ta’abud yaitu seorang (hamba) merasakan bahwa dirinya dimiliki oleh orang yang dicintai, baik dalam bentuk zhahir maupun batin. Barang siapa yang sempurna ta’abud-nya, maka orang tersebut sudah mencapai tingkat kesempurnaan. Ibnu Taimiyah berkata, “Saya mencapai martabat ini berkat kesempurnaan ubudiyah kepada Allah dan kesempurnaan ampunan Allah.”

10. Al-Khallah

Al-Khallah yaitu cinta yang sudah merasuki ke dalam ruh dan hati orang yang mencintai, alhasil kekasihnya berhasil menguasai hatinya. Cinta ini hanya dimiliki oleh Nabi Ibrahim As dan Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wassalam. Sebagaimana sabda Rasulullah, “Sesungguhnya Allah menjadikan aku sebagai kekasih, sebagaimana Dia menjadikan Ibrahim sebagai kekasih.”

Cinta kepada Allah merupakan hakikat cinta yang qudus. Hakikatnya cinta qudus menunjukkan saat seseorang yang mencintai kekasihnya tanpa ada alasan yang menjadikan dirinya cinta serta tidak mengharapkan balasan dari orang yang ia cintai.

Cinta manusia kepada sang pemilik perasaan sesungguhnya akan mengubah perasaan manusia menjadi lemah lembut, rida, dan tenteram. Cinta itu tidak hanya tumbuh dalam waktu sekejap, melainkan dengan melakukan pengorbanan bahkan hingga rela menderita.

Leave a Comment