Membangun Masjid dengan Megah, Simak! Ternyata Begini Hukumnya

Ilustrasi Ilustrasi

Muslimahdaily - Masjid tak hanya menjadi sebuat tempat ibadah tetapi merupakan simbol kemajuan peradaban Islam. Rasulullah menyebutkan bahwa Allah akan membuatkan rumah di surga, bagi siapa saja yang membangun masjid karena Allah.

Dalam sebuah hadis Rasulullah bersabda :

مَنْ بَنَى مَسْجِدًا لِلَّهِ بَنَى اللَّهُ لَهُ فِى الْجَنَّةِ مِثْلَهُ

“Siapa yang membangun masjid karena Allah, maka Allah akan membangun baginya semisal itu di surga.” (HR. Bukhari & Muslim)

Karena hadits tersebut banyak orang berbondong-bondong untuk membangun masjid.

Seiring berkembangnya zaman, bangunan masjid tampak semakin modern dan mewah. Ada saja pihak yang membangun masjid dengan bermegah megah tanpa memedulikan kemakmuran masjid itu sendiri.
Padahal Allah Subhanahu wa ta'ala melihat orang orang yang memakmurkan masjid dengan hati dan iman mereka, bukan dengan bangunan yang berlebihan.

Mengutip Bincangmuslimah.com, dalam Fathul Bari, Bab Bunyaanul Masajid, Ibnu Hajar mengatakan, awal pertama kali masjid dibangun pada masa Rasulullah, atapnya terbuat dari daun. Sementara itu tiang-tiangnya terbuat dari kayu pohon kurma.

Kemudian pada masa pemerintahan Umar bin Khatab, ia membangun kembali masjid di atas struktur masjid selama masa Rasulullah. Umar menggunakan batu bata, daun, dan mengganti tiang-tiang kayu yang lapuk.

Selanjutnya pada masa pemerintahan Utsman bin Affan, ia membangun tembok dengan potongan batu. Utsman membuat tiang-tiang yang terbuat dari batu berukir dan mengganti atapnya menjadi atap kayu jati.

Hal tersebut memperlihatkan bahwa membangun masjid tidak perlu bermegahan dan berlebihan.

Yang terpenting adalah membangun masjid harus sesuai dengan kebutuhan para jemaah dan harus memakmurkannya dengan sujud serta bacaan al-Quran.

Melansir NU online, hadis riwayat Abu Dawud dan HR Ibnu Khuzaimah menyebutkan bermegahan dalam membangun masjid adalah salah satu tanda kiamat.

"Kiamat tidak akan terjadi hingga manusia bermegah-megahan dalam membangun masjid," (HR Abu Dawud).

"Akan datang suatu masa di mana banyak orang yang membangun masjid megah dan orang yang memakmurkannya sangat sedikit," (HR Ibnu Khuzaimah).

Dengan demikian tanda-tanda kiamat yang ini benar adanya.

Hal serupa juga dikatakan oleh Ibnu Al-Hajib dalam Al-Madkhal, memegahkan bangunan masjid merupakan bid’ah dan tanda-tanda akhir zaman.

Sementara itu, dalam kitab Ihya Ulumuddin, Imam Ghazali mengatakan bahwa membangun masjid bisa menjadi sesuatu yang munkar jika tidak berhati-hati.

فإن أكثر معروفات هذه الأعصار منكرات في عصر الصحابة رضي الله عنهم إذ من غرر المعروفات في زماننا تزيين المساجد وتنجيدها وإنفاق الأموال العظيمة في دقائقعماراتها وفرش البسط الرفيعة فيها

“Banyak kebaikan-kebaikan pada masa ini yang merupakan kemunkaran pada pada sahabat radhiyallahu ‘anhum, termasuk tipu daya kebaikan pada zaman kita adalah menghias masjid dan melapisinya, menghabiskan harta yang sangat banyak untuk membangunnya, mengukir langit-langit di dalamnya."

Dalil tersebut menunjukan, mereka adalah golongan orang yang membangun masjid menggunakan uang halal, tapi mereka membangun masjid tersebut dengan hiasan berlebihan.
Imam Ghazali menyebutkan, golongan tersebut berpotiensi terpedaya dalam dua hal di bawah ini :

Pertama, jika mereka bermegah-megahan membangun dan menghias masjid. Sementara itu mereka tidak mempedulikan tetangganya yang kelaparan. Dengan demikian, seharusnya mereka lebih wajib bantu saudara sekitarnya dari pada bermegah megah membangun masjid.

Kedua, apabila mereka melalaikan orang yang shalat dari tujuan shalat mereka sebab terganggu oleh ukiran dan hiasan yang berada di dalam masjid. Hal ini sebab dapat mengurangi kekhusyukan orang yang sedang shalat.

Leave a Comment