×

Peringatan

JUser: :_load: Tidak dapat memuat pengguna denga ID: 12341

Mengenal Philophobia, Rasa Takut akan Mecinta dan Dicintai

Ilustrasi Ilustrasi

Muslimahdaily - Berbicara perihal cinta, cinta adalah sebuah perasaan yang diberikan oleh Sang Pencipta kepada dua insan untuk saling mencintai, memiliki, memberikan kasih sayang, hingga saling pengertian satu sama lain. Cinta terkadang datang tanpa sengaja, tanpa mengenal waktu, dan tidak dapat dipaksakan.

Saat rasa cinta hadir kepada dua insan yang telah ditakdirkan, kebahagiaan pun menghampiri. Namun tidak, bagi pengidap philophobia. Bisa dikatakan, bagi mereka cinta adalah hal kecil yang dapat membuat hidup mereka hancur.

Mungkin di antara Sahabat Muslimah asing mendengar kata philophobia. Merujuk pada laman Wikipedia.org, Philo bermakna ‘tercinta atau mencintai” sedangkan phobia memiliki arti “takut”, jika dikaitkan merujuk pada arti takut jatuh cinta dan menjalin cinta dengan seseorang.

Philophobia adalah ketakutan akan cinta atau terhubung secara emosional dengan orang lain. Ketakutan yang mereka alami cenderung tidak masuk akal, bahkan dapat menimbulkan gejolak emosi yang kuat ketika mulai mencoba mencintai seseotang kembali.

Banyak hal yang menyebabkan sesorang mengalami philophobia, salah satunya pernah mengalami trauma dalam hal perictaan pada masa lalu. tak hanya itu, fobia jenis ini juga dapat ditimbulkan akibat perceraian orang tua. Mereka menyaksikan kedua orang tua bertengkar atau mengalami kekerasan dalam rumah tangga. Hingga akhirnya membuat mereka enggan membuat komitmen yang lebih serius dengan orang lain.

Apa gejalanya?

Melansir dari laman Healthline, gejala philophobia itu bervariasi pada setiap individu. mereka dapat memasukkan reaksi emosional dan fisik ketika berpikir untuk jatuh cinta kembali. Gejala umum diantaranya ialah, perasaan takut yang intens atau panic, menghindar, berkeringat, detak jantung yang cepat, hingga sulit bernafas.

Philophobia memiliki beberapa kesamaan dengan Disinhibited Social Engagement Disorder atau DSED, kelainan yang melekat pada anak-anal di bawah usia 18 tahun. DSED mempersulit seseorang untuk membentuk hubungan yang mendalam dan bermakna dengan orang lain, yang biasanya diakibatkan oleh trauma masa kecilnya.

Scott Dehorty seorang Direktur Eksekutif di Maryland House Detox, Delphi Behavioral Health Group mengatakan, beberapa risiko akan terjadi pada pengidap philophobia. Jika pengidap sangat terluka atau ditinggalkan sebagai seorang anak, mungkin mereka enggan menjadi dekat dengan seseorang yang mungkin akan melakukan hal yang serupa.

“Reaksi ketakutan adalah menghindari hubungan, sehingga menghindari rasa sakit. Semakin seseorang menghindari sumber ketakutan mereka, semakin banyak ketakutan meningkat,” ujarnya seperti yang dikutip dari laman Healthline.

Bisakah disembuhkan?

Beberapa cara pengobatan dapat dilakukan untuk pemulihan philophobia yang dialami oleh penderitanya. Diantaranya ialah terapi, memberikan obat tertentu, hingga perubahan gaya hidup.

1. Terapi

Melakukan terapi perilaku kognitif atau CBT. Terapi ini dapat membantu penderita mengatasi ketakutan mereka. CBT melibatkan mengidentifikasi dan mengubah pikiran negative, kepercayaan, dan reaksi terhadap sumber fobia (dia yang telah menoreh luka mendalam bagi penderita).

2. Memberikan obat tertentu

Dalam beberapa kasusu, seorang dokter mungkin memberikan resep kepada penderita nerupa obat antidepresan atau anti-ansietas jika ada masalah kesehatan mental lain yang terdeteksi.

3. Perubahan gaya hidup

Bagi penderita dianjurkan untuk merubah pola hidup mereka. Seperti sering melakukan ollahraga, teknik relaksasi yang dapat mengalihkan perhatian mereka. Dengan begitu sedikt demi sedikit perasaan takut yang dideritanya akan hilang.

Last modified on Sabtu, 25 Januari 2020 20:11

Leave a Comment