Komunitas Tasawuf Underground Ajak Anak Punk dan Jalanan Mengaji

komunitas tasawuf underground komunitas tasawuf underground (Foto: suara.com)

Muslimahdaily - Tasawuf Underground merupakan komunitas yang aktif mengadakan pengajian bersama anak punk dan anak jalanan di Jakarta. Dengan menggunakan konsep persahabatan, komunitas ini mengajak mereka belajar mengaji dan mengenal agama Islam lebih jauh.

Didirikan oleh salah satu Dosen Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Halim Ambiya sejak tahun 2018 lalu, tasawuf underground bertujuan agar anak - anak punk jalanan mampu menemukan kembali "jalan pulang" nya dan mampu hidup dengan layak serta diterima masyarakat.

"Lewat Tasawuf Underground kami ingin memberdayakan anak-anak jalanan dengan metode 'peta jalan pulang' yaitu pulang kepada Tuhan dan kepada keluarga," ujar Halim, dikutip dari laman berita Suara.

Halim menambakan pula bahwa tidak ada juru dakwah yang benar-benar serius mengajarkan mereka ilmu agama. Hal tersebutlah yang membuat hatinya tersentuh kemudian tergerak untuk mendirikan komunitas ini.

Sebelumnya, anak-anak punk yang tergabung dalam komunitas ini mengaku bahwa mereka tidak tertarik dengan ilmu agama. Namun, setelah bergabung, mereka menjadi tertarik untuk mempelajarinya.

Berbagai kegiatan yang diikuti oleh para anggota komunitas ini, mulai dari shalat berjamaah, mengaji, hinggga mendengarkan ceramah.

Diambil dari video berita Suara, salah satu mantan anak punk yang berasal dari Kuningan, Jawa Barat, Hamdan Izazi Mahor, mengatakan bahwa pengajian yang disampaikan dalam komunitas ini memiliki cara yang berbeda. Hal ini yang membuatnya tertarik untuk bergabung ke dalam komunitas. Hamdan sendiri tergabung pada awal tahun 2020.

“Beda cara mengajinya, berbeda dengan di kampung. Saya lebih tertarik di sini. Saya dari kecil saya ngaji, cuma ngaji doang ga tahu makna ga tau arti. Jadi ga tau apa yang diucapin itu artinya maknanya, jadi buat apa?” tutur Hamdan.

Dalam komunitas ini, anak-anak jalanan tidak serta merta dipaksa untuk selalu belajar mengaji. Bahkan mereka yang masih mabuk-mabukan juga dibiarkan terlebih dahulu, yang terpenting mereka ikut bergabung untuk belajar mengaji. Karena cara inilah lambat laun mereka meninggalkan minuman keras itu.

“Ada yang saat awal saya mengajar mengaji, mereka masih ada yang mabuk-mabukkan. Tapi kita biarkan, yang penting dia ikut bergabung, ngopi bareng dengan kita, belajar mengaji.lambat laun mereka meninggalkan,” jelas Halim Ambiya.

Hingga saat ini, banyak anak-anak jalanan yang telah tergabung ke dalam komunitas. Mulai dari pria, wanita, dewasa hingga anak-anak. Namun sayangnya selama masa pandemi ini, kegiatan yang diadakan seperti mengaji bersama di kolong jembatan Tebet, Jakarta Selatan, harus dihentikan guna untuk mematuhi syarat Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).

Namun, kegiatan tidak serta dihentikan, kegiatan belajar agama diadakan secara terbatas di ruang tertutup, yaitu dikantor Halim yang dijadikannya sebuah pondok.

Saat ini, tercatat ada tujuh sampai dua belas orang yang sudah mondok di sana.

 

 

Leave a Comment