Muslimahdaily - Menyebut Hijabi Monologues sebagai komunitas sepertinya kurang tepat. Namun ini merupakan sebuah proyek ataupun aktivitas yang melibatkan banyak komunitas. Di sinilah para muslimah berhijab diajak bercerita tentang bagaimana kehidupan mereka.
Di Barat, muslimah mendapat tantangan yang berat saat keluar rumah dan terjun di tengah masyarakat. Mereka akan menjadi sorotan dengan hijab yang dikenakan. Pandangan negatif pun selalu dirasakan muslimah berhijab akibat banyaknya aksi terorisme yang mengatasnamakan Islam.
Hijabi Monologues kemudian hadir menjembatani antara muslimah dan masyarakat pada umumnya. Mereka ingin dunia tahu bagaimana rasanya menjadi sosok yang dihindari bahkan ditakuti. Melalui sebuah teater dengan aksi monolog, para muslimah mengungkapkan perasaan tersebut.
"Hijabi Monologues merupakan proyek pembuatan sebuah ruang teater untuk para wanita muslim berbagi pengalaman; Sebuah ruang untuk bernafas sebagaimana diri mereka, sebuah ruang tanpa klaim untuk mereka mengisahkan setiap cerita dan berbicara untuk setiap suara," tulis laman profil fanpage Hijabi Monologues.
Teater monolog dibuka sebebas-bebasnya bagi siapapun muslimah berhijab dari manapun asalnya. Teater yang digelar di beragam kampus di AS dan Eropa ini menjadi ajang unjuk gigi muslimah sekaligus sarana untuk mereka curhat bagaimana kehidupan sebagai muslimah dan berhijab. Ada pula aktivitas menulis kisah yang diikuti muslimah internasional, termasuk Indonesia.
"Hijabi Monologues mengeksplor realita kehidupan para muslim. Monolog ini fokus pada isu bagaimana pandangan negatif masyarakat tentang menjadi seorang wanita muslimah," dikutip dari Elon News Network.
Founder Hijabi Monologues, Sahar Ullah saat membuka acara teater di Elon University AS menuturkan bahwa kegiatan monolog yang dilakukan beberapa muslimah ini merepresentasikan jutaan muslimah di luar sana. Kisah beberapa muslimah pada aksi monolog merupakan sarana bagaimana masyarakat dapat memahami tantangan dan kesulitan menjadi muslimah dengan berbagai stereotip negatif.
"Saya bukan muslim yang pemarah (merujuk pada para teroris yang mengatasnamakan Islam). Saya hanyalah manusia... Tak perlu tanggapan lain bagaimana agama saya," ujar Sahar yang juga turut beraksi monolog.
Dilansir dari laman British Council, lembaga yang juga mendukung segala kegiatan Hijabi Monologues di Eropa, menyebutkan bagaimana aktivitas ini bermula dan apa saja agenda yang telah diadakan di banyak negara. Disebutkan bahwa Hijab Monologues bermula di AS pada tahun 2006 lalu. Mereka kemudian memasuki Eropa dengan bantuan Britis Council di tahun 2012. Acara premiere pertama digelar di Irlandia pada tahun 2013. Setelah itu dilakukan tur ke beberapa kota di Belanda pada 2014-2015.
Di ranah internasional, sebuah story contest digelar dan menerima banyak naskah dari para muslimah seluruh dunia pada tahun 2015 lalu. Ada tiga pemenang pada kontes ini yakni Mary Gereaghty dari Inggris dengan kisahnya "The Letter", Nadhira Anindita Ralena dari Jakarta, Indonesia dengan tajuk karya "Fangirl!" serta Zeinab Khalil asal Brooklyn AS dengan kisahnya "You Can’t Take a Break from Being".
Adapun acara show monolog dalam bentuk teater telah dihelat di banyak lokasi. Hijabi Monologues telah show di University of San Francisco saat acara Global Women's Rights Forum (8 Maret 2016), University of Dayton di acara White Box Theater Festival (9 Maret 2016), Elon University saat Ripple Conference (26, 27 Februari).
Tahun-tahun sebelumnya, Hijabi Monologues pun tampil di beberapa kampus AS dan Eropa, yakni University of Michigan, New York University, Princeton University, University of Chicago, University of Illinois, Grand Valley State University, Michigan State University, Yale University, University of Ottawa, Carleton University, Ohio State University, Columbia University, Portland State University, University of Miami, Florida International University dan masih banyak lagi. Bahkan mereka juga pernah menggelar show di Indonesia, yakni di Banda Aceh dan Pontianak pada tahun 2014 serta di Jakarta pada tahun 2013.