Muslimahdaily – Beberapa cat tembok warna-warni, berbotol-botol cat semprot beserta bak cat untuk menampungnya berserakan di tanah lapang daerah Pondok Indah, Jakarta Selatan. Cat-cat itu lalu disemprotkan ke tembok kosong di hadapan wanita-wanita yang sibuk membuat sketsa. Bunga Fatia, salah satu bomber atau sebutan untuk seniman graffiti jalanan dengan asyik menggoreskan cat semprotnya dan membuat sebuah tulisan graffiti.
Tidak lupa masker wajah Bunga kenakan. “Ini (masker) untuk menghindari hirupan gas dari cat semprot langsung ke paru-paru,” kata perempuan berusia 25 tahun tersebut. Bunga tidak sendiri, dia ditemani oleh beberapa seniman graffiti yang kesemuanya juga perempuan. Bahkan, tidak sedikit perempuan yang berhijab. Mereka tidak takut anggapan miring terhadap para seniman jalanan meski dari kalangan perempuan.
Para seniman graffiti jalanan yang kesemuanya perempuan tersebut tergabung dalam Komunitas Ladies On Wall. Yakni, wadah bagi para bomber perempuan yang memiliki passion di bidang seni jalanan. Khususnya seni graffiti. Sudah tiga tahun lalu, Bunga Fatia bersama temannya, Cintya Meidina, membentuk komunitas Ladies On Wall tersebut.
Awalnya, Bunga sering mengunggah hasil karya graffitinya melalui media sosial. Perempuan yang sudah hobi menggambar sejak 2010 itu pun bertemu dengan seorang bomber berhijab yakni Cintya Meidina juga melalui media sosial. Mereka lantas melakukan kopi darat dan mengajak para pelaku seniman perempuan lainnya.
Lantas, tepat 2014 mereka mengadakan aktivitas menggambar bersama. Pondok Indah, Jakarta Selatan menjadi pusat bertemu para seniman graffiti tersebut. “Kami menyebutnya Red Wall. Jadi ada tanah lapang yang temboknya tidak terpakai. Kami diperbolehkan menggambar di sana,” kenangnya.
Saat itu, Bunga membebaskan teman-temannya menggambar apa saja. “Waktu itu temanya masih 'be yourself' karna event pertama, jadi ada yang menggambar karakter, ada yang menggambar tulisan, ada juga yang menggambar abstrak,” tuturnya.
Untuk menggambar sendiri dibutuhkan beberapa skill. Dia menjelaskan, sebelum menyemprotkan cat ke tembok, sebelumnya mereka membuat sketsa terlebih dahulu dengan kapur. Baru kemudian ditebali dengan cat semprot atau pylox.
Bunga mengakui, aktivitas ini masih didominasi oleh kaum adam. Sehingga, tidak jarang masyarakat yang menganggap jika kegiatan ini dilakukan oleh perempuan masih dianggap aneh. Apalagi, beberapa rekannya mengenakan hijab.
“Beberapa ada yang mencibir seperti 'ngapain perempuan gambar panas-panasan di pinggir jalan' dan semacamnya, namun karna apa yang kami lakukan tidak berhenti di event tersebut, tanpa sengaja kami membuktikan bahwa ini passion,” ujarnya.
Namun, Bunga membuktikan bahwa tidak semua bomber itu negatif. “Justru dengan komunitas ini kami mendukung para pelaku street art perempuan di Indonesia untuk berani dan percaya diri akan hobi dan bakat mereka,” tuturnya.
Selain itu, komunitas yang bermula di Jakarta tersebut juga sebagai wadah untuk menambah relasi antar daerah. “Kita jadi bisa mempunyai teman-teman baru di berbagai daerah di Indonesia bahkan luar negeri,” aku Bunga.
Ladies On Wall kerap kali mengadakan kegiatan menggambar bersama. Mereka pun berpindah-pindah tempat. “Kalau event besar mengajak seluruh bomber Indonesia biasanya setiap tahun. Tetapi ada juga mini jamming, yakni buat anggota inti. Bisa seminggu sekali atau sebulan sekali,” terang Bunga.
Tema gambar yang mereka angkat pun berbeda-beda. Misalnya saat momen Kartini 2016 lalu. Para seniman graffiti perempuan itu berkolaborasi dengan komunitas pelaku seni perempuan dari Institut Kesenian Jakarta, yaitu Buka Warung.
“Kami membuat graffiti bertuliskan "Berangkat Gelap, Pulang Terang", yang merupakan propaganda dari kesan Kartini masa kini,” jelas Bunga.
Meski di awal beberapa orang mencibir aktivitas mereka, kini malah semakin banyak perempuan yang terinspirasi keberadaan komunitas Ladies On Wall. Bahkan, anggota mereka mulai tersebar ke berbagai daerah di Indonesia. Seperti Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Karawang, Bandung, Semarang, Palembang, Padang, Yogyakarta, Kalimantan, Bali, bahkan Malaysia.
Bunga makin optimis ke depan seni graffiti jalanan berkembang baik dan semakin kreatif. “Buat teman-teman yang punya hobi sama bisa saling sharing di sini. Bahkan buat yang berhijab. Sejauh ini nggak ada yang menganggap menggunakan hijab sambil membuat graffiti adalah hal yang nggak baik. masyarakat justru sangat mengapresiasi hal tersebut,” ungkapnya.