Brutalnya Polisi di India Melakukan Diskriminasi terhadap Muslim

Ilustrasi Ilustrasi ( Foto : bbc.com )

Muslimahdaily - Tengah viral sebuah video yang menunjukkan polisi India memukuli sekelompok pria Muslim dalam tahanan. Video itu menunjukkan dua polisi memukuli sembilan tahanan dengan mengayun-ayunkan tongkat seperti sedang bermain baseball. Rekaman kekerasan berdurasi 32 detik itu diunggah oleh Shalabh Tripathi, seorang pejabat partai nasionalis Hindu yang paling kuat di India yaitu Bharatiya Janata Party (BJP). Dia menyebut kebrutalan itu sebagai hadiah balasan untuk para pemberontak.

Namun, ayunan tongkat dalam video ini bukan permainan. Setiap bunyi pukulan yang mendarat, akan diselingi oleh jeritan. "Sakit, sakit...TIDAK!" Para pria yang menjadi tahanan tersebut terlihat tersudutkan hingga bersandar ke dinding. Seiring pukulan berlanjut, seorang pria melipat tangannya dalam doa. Pria lain mengangkat tangannya, menunjukkan bahwa dia menyerah. Saif, 24, adalah satu dari lusinan pria Muslim yang ditangkap dan ditahan polisi pekan lalu.

Penangkapan dari sekelompok muslim ini bermula ketika protes nasional atas pernyataan dari Nupur Sharma, juru bicara nasional untuk Bharatiya Janata Party (BJP), yang mencela Nabi Muhammad. Ribuan umat muslim turut bergabung sebagai demonstran.

Kegiatan tersebut pada mulanya berlangsung damai, dengan kerumunan orang berbaris rapi dari masjid melewati toko-toko di kota. Namun, ketika ketegangan meningkat, terjadi serangan terhadap beberapa toko milik mayoritas Hindu India hingga dua pengusaha menderita luka ringan. Dokumen polisi menuduh Saif dan 30 lainnya terlibat dalam kerusuhan, dengan menghasut kekerasan, kemudian secara sukarela menyebabkan luka untuk menghalangi pegawai negeri dan membahayakan kehidupan, dan beberapa tuduhan lainnya. Di lain sisi, keluarga Saif memberikan keterangan bahwa anggota keluarganya itu bahkan tidak ikut protes dan tidak bersalah.

Zeba, saudara perempuan Saif, menangis gemetar saat menonton video mengerikan ketika sang adik mendapat kekerasan. Ia juga menceritakan kondisi sang adik ketika dikunjungi setelah viralnya rekaman yang menyedihkan itu. Zeba menemukan banyak memar di tubuh saudara laki-lakinya, "Dia membiru karena semua pemukulan, dia bahkan tidak bisa duduk."

Melansir dari bbc.com, BBC telah mengumpulkan kesaksian dari setengah lusin keluarga Muslim yang bercerita bahwa anggota keluarganya dipukuli di kantor polisi Kothwali di Saharanpur, setelah mereka menjadi tahanan sejak hari Jumat (17/06). Kerabat juga telah mengidentifikasi mereka dalam video, yang menunjukkan polisi menggunakan kekerasan. Dalam rekaman lain, pria-pria itu terlihat dikumpulkan terlebih dahulu dan dibawa ke sebuah van.

Seorang ibu dari remaja berusia 19 tahun juga memberikan kesaksian bahwa anaknya turut mendapat kekerasan walaupun tidak menjadi bagian dari protes nasional yang terjadi, bahkan sang anak sama sekali tidak pergi ke masjid utama pada hari itu. "Anak saya dipukuli tanpa ampun," teriak Fahmida.

Meski demikian, polisi setempat membantah insiden itu terjadi di sana. "Tidak ada insiden seperti itu yang terjadi di Saharanpur, ada dua hingga tiga video yang beredar di media sosial. Jika Anda menonton satu video dalam gerakan lambat - Anda akan melihat nama beberapa distrik lain di video itu," ucap Akash Tomar, seorang perwira polisi senior, kepada BBC. Diketahui bahwa pihak berwenang memberikan pembelaan bahwasannya Muslim di India yang dipukuli dan dipermalukan oleh massa Hindu hanyalah mereka yang menjadi penjahat.

"Ketika kami menangkap seseorang, pertama-tama kami menunjukkan rekaman partisipasi mereka dalam protes kekerasan dan kemudian baru kami melakukan penangkapan," lanjut Akash Tomar, yang mana pernyataan ini bertentangan dengan laporan dari keluarga beberapa orang yang ditangkap.

Kelompok hak asasi manusia melaporkan, iklim intoleransi berkembang biak di India sejak BJP pimpinan PM Narendra Modi berkuasa pada 2014. Ujaran kebencian dan serangan yang menargetkan minoritas Muslim semakin sering tercatat.

Sementara itu, masih ada bentuk lain dari kekuatan hukum. Di seberang kota Saharanpur, buldoser telah menghancurkan bagian dari rumah dua pria Muslim yang dituduh menghasut kekerasan, dengan dalih rumah tersebut tidak memiliki izin perencanaan yang tepat. Perintah untuk menghancurkan properti ilegal milik mereka yang dituduh turut berpartisipasi dalam protes nasional telah disahkan di tingkat tertinggi baru-baru ini, dan menjadi sarana hukuman sebagai taktik yang lebih umum digunakan oleh BJP.

Para pejabat mengatakan kepada BBC bahwa keluarga para tahanan diberitahu bahwa rumah mereka dibangun secara ilegal tanpa persetujuan yang layak. Sebagai pembelaan atas tindakannya, ditunjukkan pula kepada BBC sebuah video yang menunjukkan salah seorang tahanan yang rumahnya dihancurkan, sedang menghasut kerumunan. Di dalamnya dia terlihat berpidato di depan orang-orang yang berkumpul: "Muslim di negara ini sedang tidur. Sejarah adalah saksi fakta bahwa setiap kali seorang Muslim bangkit, dia bangkit dengan murka," katanya. “Tindakan buldoser semua dilakukan sesuai dengan hukum dan sesuai prosedur, tidak ada yang dilakukan melawan hukum", Navneet Sehgal, penasihat Mr Adityanath, mengatakan kepada BBC. Adityanath sendiri merupakan salah satu politikus paling kuat di India.

Sekelompok pakar hukum terkemuka India, termasuk mantan hakim dan pengacara terkemuka, telah mengajukan petisi ke Mahkamah Agung negara itu atas kasus pemukulan polisi terbaru dan penggunaan buldoser yang tidak beralasan. Kelompok hak asasi Amnesty International juga menuduh pemerintah India menekan segala bentuk perbedaan pendapat: “Pemerintah India secara selektif dan kejam menindak Muslim yang berani berbicara dan secara damai mengekspresikan perbedaan pendapat mereka terhadap diskriminasi yang dihadapi oleh mereka.”

Last modified on Jumat, 24 Jun 2022 18:06

Leave a Comment