Doa Rasulullah untuk Ibunda Abu Hurairah

Muslimahdaily - Bakti pada orangtua memiliki pesan moral yang sangat tinggi, dan merupakan salah satu kewajiban dalam agama Islam yang harus ditunaikan oleh seorang anak terhadap kedua orangtuanya. Banyak kisah-kisah teladan yang bisa kita ambil pelajaran dan hikmah tentang bagaimana balasan kebahagiaan di dunia dan akhirat bagi anak yang berbakti dan berbuat baik kepada orangtuanya. Baik itu dari kisah zaman Rasulullah Shallallahu‘alaihi wa sallam terdahulu, ataupun kisah yang terjadi di sekeliling kita saat ini.

Disebutkan dalam buku Golden Stories, karya Mahmud Musthafa Sa’ad dan Dr.Nashir Abu Amir Al-Humaidi, yang memuat kisah-kisah indah dalam sejarah Islam, beberapa kisah tentang bakti anak terhadap orangtuanya. Beberapa kisah dirangkum dalam satu judul besar khusus, yaitu ‘Berbakti pada Kedua Orangtua.

Doa Rasulullah untuk Ibunda Abu Hurairah

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu, ia mengatakan, “Ketika itu aku mengajak Ibuku yang masih musyrik untuk masuk Islam. Pada suatu hari, aku mengajaknya masuk Islam, namun ia melontarkan perkataan kepadaku yang tidak kusuka darinya tentang Rasulullah. Kemudian aku menghadap Rasulullah sambil menangis untuk mengadu. Kukatakan, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku telah mengajak ibuku masuk Islam, namun ia menolak. Pada hari ini aku mengajaknya, namun ia menolak dan bahkan melontarkan perkataan kepadaku yang tidak kusukai, tentang Engkau. Karena itu, berdoalah kepada Allah agar Dia berkenan memberi petunjuk bagi Ibuku.”

Mendengar permintaan Abu Hurairah tersebut, maka Rasulullah berdoa, “Ya Allah, berilah petunjuk kepada Ibunda Abu Hurairah.”

Setelah itu, aku keluar dari hadapan beliau dengan perasaan gembira karena mendapatkan doa Rasulullah.

Ketika aku sampai di rumah dan mendekati pintu, ternyata pintu tertutup. Lalu ibuku mendengar derap langkah kedua kakiku seraya mengatakan, “Wahai Abu Hurairah, berhenti di tempatmu.” Lalu aku mendengar percikan air.

Kemudian ia mandi dan mengenakan pakaian rumahan serta mengenakan penutup kepalanya dengan tergesa-gesa. Setelah itu, ia membukakan pintu seraya berkata, “Wahai Abu Hurairah, aku bersaksi bahwa tiada Tuhan yang berhak disembah dengan sebenar-benarnya melainkan Allah, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah seorang hamba dan utusan-Nya.”

Kemudian, aku kembali kepada Radulullah dan menghadap kepadanya sambil menangis karena bahagianya. Kukatakan, “Wahai Rasulullah, bergembiralah! Allah Subhanahu wa ta'ala telah mengabulkan doamu dan memberi petunjuk kepada ibuku.” Lalu beliau memuji kepada Allah dan mengucap syukur padanya. Beliau menyambutnya dengan baik dan gembira.

Selanjutnya kukatakan, “Wahai Rasulullah, berdoalah kepada Allah agar aku dan Ibuku dicintai hamba-hamba-Nya yang beriman dan kami mencintai mereka.”

Kemudian Rasulullah berdoa, “Ya Allah, anugerahkanlah rasa cinta orang-orang yang beriman kepada kedua hamba-Mu ini (Abu Hurairah dan Ibundanya), dan keduanya mencintai mereka orang-orang yang beriman. Sejak saat itu, tidak ada seorang mukmin pun yang mendengar suaraku dan tidak melihatku, kecuali mencintaiku.”

Kisah Abu Hurairah dan doa Baginda untuk Ibundanya tersebut diriwayatkan oleh Imam Muslim pada kitabnya, Fadhaail Ash-Shahabah. 

Berbakti Kepada Ibu, Meski Berbeda Keyakinan

Kisah di bawah ini juga diambil dari buku Golden Stories, yang diriwayatkan dari Ibnul Jauzi dalam bukunya Birr Al-Walidain.

Dari Makhul, ia mengatakan, “Seorang utusan dari Al-Asy’arin menghadap kepada Rasulullah, lalu beliau bertanya, “Apakah di antara kalian terdapat Wajrah?”. Mereka menjawab, “Ya.”

Rasulullah kemudian bersabda, “Sesungguhnya Allah memasukkannya ke dalam surga karena kebaktiannya kepada bundanya, meski sang ibu adalah seorang musyrikah (tidak beriman), karena sangat mencintainya. Ia menggendong ibunya melewati padang pasir dengan penuh penderitaan. Ketika kedua telapak kakinya terbakar, maka ia duduk dan kemudian mendudukkan ibunya di pangkuannya seraya melindunginya dari terik matahari. Apabila selesai istirahat, maka ia menggendongnya kembali.”

Dari dua kisah di atas dapat kita petik pelajaran, bahwa sebagai seorang anak, kita hendaklah selalu mengharapkan dan mendoakan yang baik-baik untuk kedua orang tua kita, meskipun kita sedang dalam keadaan marah ataupun kecewa kepadanya sekalipun.

Disamping itu, hendaklah kita selalu berbuat baik kepadanya, meski mereka berbeda keyakinan atau tidak sependapat dengan kita, seperti pada kisah kedua. Bahkan, bakti pada orangtua menjadi salah satu jalan menuju surga.

Wallahu a’lam.

Last modified on Minggu, 14 Mei 2017 10:01

Leave a Comment