Kisah Haru Pedagang Tempe dan Baktinya pada Ibunda

Ilustrasi Ilustrasi

Muslimahdaily - Kisah inspiratif bisa datang dari siapa saja. Bahkan dari orang kecil pinggiran, justru banyak kisah yang begitu menginspirasi hidup. Ini merupakan salah satunya, sebuah kisah nyata inspiratif dari pedagang tempe yang berbakti pada ibunya.

Sebut saja namanya Budi. Ia merupakan pedagang tempe asal Garut, Jawa Barat. Di kota dodol itulah, ia tinggal bersama istri dan keempat anaknya. Adapun ibunya, tinggal di Kota Bandung dalam kondisi stroke. Budi pun berpikir keras bagaimana caranya ia dapat rutin menjenguk dan merawat ibunya. Akhirnya, ia pun memutuskan untuk berdagang tempe di Kota Bandung.

Setiap hari Senin, Budi berangkat dari Garut ke Bandung dengan mengayuh sepeda. Ya, dengan sepeda! Demi ibunda, ia mengayuh sepeda dari hari Senin dan baru tiba di rumah ibunya di Kota Bandung pada Hari Rabu. Ia tak penat melakukan perjalanan panjang nanmelelahkan itu setiap pekan, selama bertahun-tahun.

Budi memasukkan kedelai dan ragi ke dalam keranjang saat berangkat di hari Senin. Ketika tiba di Rabu pagi, kedelai itu pun telah siap menjadi tempe. Ia selalu menghabiskan waktu bersama ibunya sebelum pergi ke pasar untuk menjual tempenya. Meski berat, Budi rutin melakukannya demi bertemu dengan ibunda.

Hingga suatu hari, cobaan besar datang menguji Budi. Ia harus membayar biaya pendidikan anaknya yang sangat besar. Namun saat hendak mengumpulkan uang, ia mendapati tempenya tak bisa dijual karena belum matang.

Hal ini tak pernah terjadi sebelumnya. Tempe Budi selalu matang selama perjalanan Garut-Bandung dengan mengayuh sepeda selama tiga hari. Namun Rabu pagi itu, ketika ia tiba di rumah ibunya, betapa terkejutnya Budi melihat tempenya masih berbentuk kedelai.

Budi benar-benar bingung. Namun ia tetap bertemu dan merawat ibunya seperti hari biasa. Setelah itu, ia pun pergi ke pasar dan membuka lapaknya. “Barangkali nanti tempe ini akan matang,” pikir Budi sembari menutup tempenya.

Namun harapannya sia belaka. Hari makin terik, namun tempenya belum juga matang. Pelanggannya yang datang kecewa dan enggan membeli tempe dagangan Budi. Hingga tengah hari, ketika pasar telah sepi, tak ada satu pun tempenya yang matang dan tentu saja tak ada yang mau membelinya.

Ia punmenutup lapaknya dengan deraian air mata. Terbayang uang sekolah anak-anaknya yang harus ia bayar. Bahkan jika tempe itu terjual semua, Budi tak sanggup melunasinya. Ia tak tahu apa yang harus dilakukan karena semua tempenya tak terjual.

Budi pun menangisi nasibnya ke hadapan Allah. Budi tak pernah absen shalat, membaca Al Qur’an, dan bersedekah setiap harinya. Ia bahkan sangat berbakti pada ibunya hingga rela menempuh jarak yang sangat jauh karenanya. Namun ujian berat tetap menimpanya. Ia pun menangis dan mengadu kesulitannya kepada Rabb Ta’ala. Budi tak tahu, bahwa ada rahasia Allah dibaliknya.

Ketika Budi usaimengadu pada Allah, ia melihat seorang ibu keluar dari mobilnya. Ibu itu memasuki pasar namun tak mendapati apapun karena para pedagang telah pulang. Ibu itu pun menghampiri Budi sembari bertanya, “Pasar sudah tutup, pak?”

“Ya, bu. Ibu mencari apa?” jawab Budi.

“Saya putar-putar cari tempe, tapi tidak ada. Katanya di sini ada pedagang tempe. Masih ada pak?” tanya si ibu.

“Ada, tapi masih mentah,” jawab Budi, sedih.

“Justru itu yang saya cari. Suami saya bekerja di KBRI di Australia. Sabtu besok ada lomba masak di sana. Kalau saya bawa tempe yang belum matang hari ini, tempe itu mungkin pas matang di hari Sabtu.”

Betapa terkejutnya Budi. Kebahagiaan meluncur deras dari hati ke seluruh tubuhnya. Ibu itu pun membeli semua tempe Budi dan memberinya uang Rp 2 juta.

“Kebanyakan, Bu,” ujar Budi dengan jujur.

“Tidak, ini saya sekalian sedekah,” jawab si ibu lalu pergi.

Allahu akbar! Rasa syukur tak terkira dipanjatkan Budi. Ia menjual tempe yang belum matang dengan harga yang bisa digunakannya untuk melunasi biaya pendidikan anak-anaknya. Ternyata, inilah rencana Allah. Seandainya tempe itu matang tepat waktu, Budi hanya melakukan rutinitas biasa dan mendapatkan uang yang biasa pula. Namun karena tempenya baru matang, ia justru mendapat rezeki berlebih yang mampu memenuhi kebutuhannya dan keluarganya.

Rezeki yang mengejutkan ini bisa jadi datang karena Budi selalu berbakti kepada ibunya. Sesungguhnya Allah membuka rezeki dengan berbagai jalan, salah satunya dengan berbakti pada orang tua. Budi si pedagang tempe telah membuktikannya.Si anak berbakti mendapatkan rezeki tak disangka-sangka dari Allah Ta’ala.

Kisah ini diambil dari artikel Kompasiana bertajuk “Kisah Tukang Tempe yang Berbakti pada Ibunya” oleh Mohamad Sholihan.Penulis mendapatkan kisah haru nan menyentuh hati itu dari sebuah materi ceramah Ustadz Zainal Muttaqien di Masjid Daruttaqa, Jakarta.

Latar kisah terjadi di tahun 1990-an. Saat ini tak diketahui bagaimana kabar si pedagang tempe. Di mana pun ia berada, semoga Allah selalu menjaganya karena baktinya kepada ibunda.

Last modified on Selasa, 14 Agustus 2018 09:36

Leave a Comment