Kisah Pemuda yang Tinggal di Dalam Laut Selama 200 Tahun

Ilustrasi Ilustrasi

Muslimahdaily - Suatu hari Nabi Sulaiman ‘Alaihissalam mendapat wahyu agar pergi ke tepi laut. Allah menjanjikan hal yang luar biasa saat Nabi Sulaiman pergi ke sana.

Maka berangkatlah Nabi Sulaiman bersama rombongannya yang terdiri dari manusia dan jin. Sesampainya di sana, tidak ditemui hal yang luar biasa yang mampu memenuhi rasa penasarannya. Maka Nabi Sulaiman meminta Jin Ifrit untuk melihat ke dalam laut.

Ketika akhirnya Jin Ifrit kembali lagi ke hadapan Nabi Sulaiman, jin tersebut bersaksi bahwa ia tidak menemukan hal apa pun di dalam laut. Lantas Nabi Sulaiman meminta in Ifrit lain melakukan hal yang sama. Namun lagi-lagi tidak dapati hal luar biasa di dalam laut.

Tak mampu memuaskan rasa penasarannya, kemudian Nabi Sulaiman meminta Asif Barkhiya, yakni menterinya untuk berdoa kepada Allah agar diberi tahu apa yang terjadi di dalam laut. Asif Barkhiya inilah orang yang disebut di dalam Al Qur’an Surat an-Naml ayat 40. Dirinya merupakan seorang waliyullah yang doanya diijabah oleh Allah.

Setelah Asif berdoa, tiba-tiba datang sebuah pintu yang muncul dari dalam laut. Di atas pintu tersebut terdapat sebuah kubah yang mempunyai empat pintu. Satu pintu terbuat dari batu nisan, satu pintu terbuat dari batu taqut, satu lagi terbuat dari batu intan putih, dan satunya terbuat dari baru zamrud hijau.

Saat keempat pintu tadi terbuka, tak ada satupun tetes air yang berasal dari dalamnya. Padahal dengan jelas Nabi Sulaiman melihat pintu tersebut berasal dari dalam laut yang sama yang Jin Infirt salami sebelumnya.

Di dalamnya terdapat seorang pemuda yang tengah melakukan shalat. Rupanya tampan, mengenakan pakaian yang serba putih, serta bersih badannya.

Nabi Sulaiman memutuskan masuk ke dalamnya. Ia memberi salam sehingga pemuda itu mempercepat shalatnya dan menjawab salam Nabi Sulaiman.

“Apa yang menyebabkan engkau berada di dasar laut ini?” tanya Nabi Sulaiman segera.

“Wahai nabiyullah, sesungguhnya bapak saya adalah seorang laki-laki yang lumpuh, sementara ibu saya adalah seorang wanita yang buta. Saya merawat keduanya selama tujuh puluh tahun dengan kasih saying. Ketika ajal menjemput ibu, ibu saya berdoa ‘Ya Allah, panjangkanlah umur anakku dalam keadaan selalu bertaqwa kepada-Mu’ dan ketika ayah wafat, ia sempat berdoa, ‘Ya Allah, tempatkanlah anakku ini di tempat yang tidak ditemukan oleh setan’,” ujar pemuda itu.

Keduanya terdiam hingga pemuda itu kembali berkisah, “Sesudah saya memakamkan kedua orangtua saya, saya berjalan-jalan ke tepi pantai hendak menghilangkan kesedihan. Namun, kemudian muncul kubah yang bercahaya, kubah tersebut sangat indah. Kemudian saya masuk ke dalamnya untuk melihat keindahan kubah tersebut. Lalu datanglah malaikat dan beberapa malaikat. Malaikat tersebut membawa kubah tersebut ke dalam laut, sedangkan saya berada di dalamnya.”

“Pada zaman siapa kamu mendatangi pantai?” tanya Nabi Sulaiman.

“Pada zaman Nabi Ibrahim ‘Alaihissalam,” jawab si pemuda.

Nabi Sulaiman kemudian terdiam, namun hatinya terkejut. Ketika mengingat kembali sejarah bahwa telah 200 tahun sejak Nabi Ibrahim hidup hingga pada hari itu. Betapa panjang umur si pemuda tapi tidak ditemukan sehelaipun uban di rambutnya.

“Lalu bagaimana kamu makan dan minum?” tanya Nabi Sulaiman masih terheran-heran.

“Wahai nabiyullah, setiap hari datang kepada saya seekor burung yang membawakan makanan sebesar kepala manusia. Saya memakannya dan merasakan kenikmatan yang belum pernah saya rasakan di dunia. Setelah saya makan, saya tidak lagi merasakan lapar, haus, gerah, dingin, tidur, kantuk, dan sifat-sifat lain yang dirasakan manusia, saya pun tidak lagi merasa kesepian,” jawab si pemuda.

Nabi Sulaiman kemudian menawarkan pemuda itu dua pilihan, agar tinggal di istananya atau kembali ke tempatnya di kubah. Tanpa ragu si pemuda memutuskan untuk kembali ke tempatnya.

Maka Nabi Sulaiman meminta Asif Barkhiya agar mengembalikan pemuda tersebut. Setelah Asif Barkhiya berdoa, hilanglah pemuda itu dari pandangan Nabi Muhammad dan rombongan.

Wallahu ‘alam.

Sumber: NU Online yang mengutip dari Irsyadul Ibad.

Leave a Comment