×

Peringatan

JUser: :_load: Tidak dapat memuat pengguna denga ID: 12341

JUser: :_load: Tidak dapat memuat pengguna denga ID: 12351

Kisah Inspiratif Penjual Minyak Wangi dan Sebuah Kalung Permata

Ilustrasi Ilustrasi

Muslimahdaily - Diriwayatkan bahwa seorang laki-laki hendak menunaikan ibadah haji dengan melewati Baghdad. Ia membawa kalung permata seharga 1000 dinar. Ia berniat untuk menjualnya, tetapi tidak ada yang sanggup membelinya. Akhirnya, ia dating menemui seorang penjual minyak wangi yang dikenal sangat baik. Ia menitipkan kalung itu kepada si penjual minyak, kemudian ia berangkat haji.

Sekembalinya dari Mekkah, ia membawa hadiah untuk diberikan kepada si penjual minyak. Setelah sampai di tokonya, si penjual minyak bertanya kepada laki-laki itu, “Kamu ini siapa?” Sang laki-laki menjawab, “Aku adalah pemilik kalung yang dulu menitipkannya kepadamu.” Si penjual minyak malah memaki-maki laki-laki itu dan bahkan mengusirnya dari tokonya. Ia berkata kepada laki-laki itu dengan suara keras, “Teganya kamu menuduhku seperti itu.” Mendengar kegaduhan itu, orang-orang lalu berkumpul. Mereka berkata kepada laki-laki yang sudah naik haji itu, “Sungguh celaka kamu. Si penjual minyak ini adalah seorang laki-laki yang baik. Belum pernah ada orang yang menuduh jelek terhadapnya kecuali kamu.”

Laki-laki itu menjadi bingung. Karena merasa benar, ia tetap saja mendatangi penjual minyak itu dan meminta kalung tersebut, tetapi tidak ada yang diperoleh kecuali sumpah serapah dan caci maki.

Kemudian, ada seseorang yang memberitahu laki-laki itu supaya mengadukan masalahnya tersebut kepada walikota. Ia pun menulis surat kepada walikota dan menceritakan semuanya. Setelah membaca surat tersebut, sang walikota marah. Ia lalu mengutus seseorang untuk memanggil laki-laki itu. Setelah berada di hadapannya, walikota menanyakan asal mula kejadian tersebut, dan laki-laki itupun menceritakannya dengan panjang lebar.

Kemudian, sang walikota berkata, “Besok, kamu pergi lagi ke toko penjual minyak itu dan duduklah di tokonya. Bila ia mengusirmu, pindahlah ke toko yang berada di sebelahnya. Lakukan itu selama tiga hari, mulai dari subuh hingga maghrib, dan jangan berbicara apapun kepada si penjual minyak. Pada hari keempat, aku akan melalui dan melewatimu di toko itu. Aku akan berdiri untuk menghormatimu dan akan mengulurkan salam padamu. Tetapi kamu jangan ikut berdiri. Jawablah salamku seperti biasa. Bila aku sudah melewati toko itu, tanyakanlah kembali kalungmu itu kepada si penjual minyak. Setelah itu, beritahukan kepadaku apa yang dikatakannya. Jika si penjual minyak memberikan kalung itu kepadamu, bawalah kalung itu kepadaku.”

Keesokan harinya, laki-laki itu mendatangi toko si penjual minyak. Ia bermaksud duduk di toko itu, namun diusir oleh si penjual minyak tersebut. Akhirnya, ia pindah ke toko yang berada di sebelahnya. Ia duduk di toko itu salaam tiga hari, mulai dari subuh hingga maghrib. Pada hari keempat, walikota bersama rombongan besar melewati toko si penjual minyak. Ketika melihat laki-laki itu, walikota segera berdiri untuk memberi hormat.

Ia juga memberi salam kepada sang laki-laki. Sesuai apa yang direncanakan, laki-laki itu tetap duduk dan tidak ikut berdiri untuk memberi penghormatan kepada walikota. Bahkan, ia menjawab salam walikota dengan seadanya saja. Walikota kemudian mendekati laki-laki itu dan berbicara kepadanya, namun laki-laki itu hanya menyambutnya dengan ekspresi yang dingin. Di kanan dan kiri walikota berdiri pasukan besar yang senantiasa mengawalnya.

Melihat kejadian itu, si penjual minyak wangi terheran-heran. Ia yakin bahwa laki-laki itu bukanlah orang sembarangan, melainkan seseorang yang memiliki kedudukan tinggi di sisi walikota. Tubuhnya tiba-tiba gemetar ketakutan. Ia takut jangan-jangan masalahnya diadukan oleh laki-laki itu kepada walikota yang akhirnya membawanya ke penjara.

Ketika walikota sudah melewati toko tersebut, si penjual minyak menoleh kepada laki-laki itu dan berkata, “Oh, sungguh celaka diriku ini. Kapan engkau menitipkan kalung itu kepadaku? Barangkali kalung itu terselip di barang dagangan. Coba ceritakan lagi kepadaku saat engkau menitipkannya.”

Laki-laki itu lalu menceritakan kronologi kejadian secara detail. Sejenak kemudian, si penjual minyak wangi bangkit dari duduknya dan mencoba memeriksa ke tempat dagangannya. Begitu melihat sebuah guci, ia langsung memecahkannya, dan ternyata kalung itu keluar dari dalam guci. Segera ia menyerahkan kalung itu kepada laki-laki tadi, dan berkata, “Sungguh aku lupa. Seandainya engkau tidak mengingatkanku, mungkin aku tidak mengingatnya lagi.”

(Sumber: Golden Stories, oleh Mahmud Musthafa.S dan Nashir Abu Amir)

Leave a Comment