×

Peringatan

JUser: :_load: Tidak dapat memuat pengguna denga ID: 12351

Kisah Haru Sumayyah binti Khayyat, Sang Syahidah Pertama

Illustrasi Illustrasi

Muslimahdaily - Seorang pemuda bernama ‘Ammar pulang ke rumahnya dengan bergegas. Wajahnya berseri, tak sabar menyampaikan kabar gembira pada orang tuanya. Kabar itu ialah tentang agama Islam dan diutusnya Muhammad sebagai nabi dan rasul. Hari itu adalah titik balik kehidupan Ammar dan keluarganya, yakni sang ayah bernama Yassar dan ibunya bernama Sumayyah.

Itu adalah hari di mana kebahagiaan dan kesengsaraan beradu. ‘Ammar menuntun orang tuanya untuk memeluk Islam. Dengan hidayah Allah, Yassar dan Sumayyah pun bersyahadat. Itulah mengapa hari itu menjadi hari paling bahagia dalam keluarga mereka. Lalu mengapa menjadi hari kesengsaraan pula, karena sejak mereka berislam artinya mereka siap menanggung segala penyiksaan kaum kafir Quraisy. Apalagi status Sumayyah sebagai seorang budak wanita.

Sumayyah binti Khayyat merupakan budak wanita milik Abu Hudzaifah bin Al Mughirah, Suku Quraisy dari Bani Makhzum. Tuannya lalu menikahkan Sumayyah dengan seorang pria rantau asal Yaman, Yasir bin Amir bin Malik. Pernikahan itu terjadi karena Yasir mendapat perlindungan dan menjadi sekutu Bani Makhzum sehingga dapat hidup di tanah Makkah.

Dari pernikahan Sumayyah dan Yasir itulah lahir ‘Ammar. Namun karena status Sumayyah adalah budak, anaknya pun otomatis berstatus budak. ‘Ammar pun menjadi budak Abu Hudzaifah sebagaimana ibunya. ‘Ammar sebetulnya telah dibebaskan dari status budak oleh Abu Hudzaifah. Namun keluarga Sumayyah tak pernah tinggal jauh dari Abu Hudzaifah hingga tuannya itu wafat, seakan keluarga Yasir menjadi pelayan Abu Hudzaifah selamanya.

Sumayyah bersama suaminya Yassir, mengenal Islam dari ‘Ammar yang diam-diam mendengarkan dakwah nabi. Mereka bertiga mendapat hidayah ketika Islam masih dianut segelintir orang. Jumlah pengikut Rasulullah hanya bisa dihitung jari. Saat itu, yakni di awal-awal Islam, pengikut Rasul yang berasal dari kaum Quraisy terlindungi dari siksaan, tak ada yang berani mengusik mereka. Namun mereka yang berstatus budak mendapat siksaan yang sangat berat. Sebut saja ‘Ammar, Yasir, Sumayyah, Shuhaib, Bilal, dan Al-Miqdad.

Ada yang disiksa dengan diberi pakaian dari besi yang berat lalu dibiarkan terbakar panasnya matahari di padang pasir. Ada yang ditahan kaumnya yang musyrik lalu disiksa bertubi-tubi. Siksaan demi siksaan mereka dapatkan setiap hari karena telah mengikuti ajaran sang nabi. Namun meski didera sakit yang luar biasa, tak ada satu pun dari mereka yang goyah imannya, tak ada satu pun dari mereka yang ingin kembali menyembah berhala.

Pun demikian dengan Sumayyah dan keluarganya. Mereka terus saja disiksa oleh Bani Makhzum. Sepanjang waktu mereka mendapat siksaan demi siksaan, celaan demi celaan, cambukan demi cambukan. Namun Sumayyah bersama suami dan anaknya terus saja bersabar.

Suatu hari Rasulullah berjalan bersama Utsman bin Affan. Beliau Shallallahu alaihi wa sallam pun melewati keluarga Sumayyah. Rasulullah merasa sangat berduka melihat kondisi keluarga Yasir. Melihat Rasulullah, Yasir serta merta mengadukan kondisi penyiksaan Bani Makhzum yang diterima keluarganya. “Wahai Rasulullah, demikian keadaannya sepanjang waktu.”

Rasulullah pun bersabda, “Bersabarlah wahai keluarga Yasir, sesungguhnya tempat yang dijanjikan bagi kalian adalah surga.” Sumayyah dan keluarganya dijanjikan langsung dari lisan utusan Allah bahwa akan mendapat surga jikalau bersabar mempertahankan keimanan. Keluarga Yasir pun kembali bersemangat mendengar janji surga untuk mereka.

Keluarga Sumayyah pun terus bersabar meski siksaan yang diterima semakin hari semakin berat. Mereka lemah tak berdaya. Hingga siksaan itu pun mencapai puncaknya. Di suatu malam, tiba-tiba Abu Jahl mendatangi keluarga Yasir. Ia menjumpai Sumayyah lalu segeralah lisan sang musuh Allah melontarkan penghinaan yang sangat kotor pada Sumayyah, muslimah hamba Allah yang shalihah.

Sumayyah hanya terdiam dengan sabar. Emosi Abu Jahl makin memuncak. Diambilnya sebuah tombak lalu ditancapkanlah tombak itu ke arah Sumayyah. Sadisnya, Abu Jahl menancapkan tombak tajam nan runcing itu ke kemaluan Sumayyah hingga darah Sumayyah keluar memancar dan ia merasakan sakit yang teramat dahsyat. Sumayyah pun meninggal dunia menghadap maghfirah-Nya.
Sumayyah menjadi muslimah pertama yang syahid di dalam Islam. Ialah wanita pertama yang meninggal karena membela agamanya. Ialah sang syahidah pertama yang meraih janji surga. Semoga Allah meridhai Sumayyah binti Khayyath.

Last modified on Kamis, 15 Maret 2018 14:27

Leave a Comment