×

Peringatan

JUser: :_load: Tidak dapat memuat pengguna denga ID: 1112

Kisah Khaulah binti Tsa’labah dan Curhatnya yang Termaktub dalam Al Qur’an

Ilustrasi Ilustrasi

Muslimahdaily - Khaulah binti Malik bin Tsa’labah, seorang shahabiyah yang curhatnya langsung di jawab langit ketujuh. Bukan hanya mendapat solusi, permasalahannya bahkan menjadi dalil abadi dalam Al Qur’an Al Karim. Inilah kisah beliau radhiyallahu ‘anha.

Khaulah memiliki suami yang telah tua dan kasar sikapnya. Ia bernama Aus bin Ash Shamit. Suatu hari, Aus menemui Khaulah dan membentaknya. Khaulah yang tak tahan kemudian membantahnya. Hal itu membuat suaminya naik pitam. Diliputi emosi, Aus pun berkata kepada istrinya, “Kau ibarat punggung ibuku!”

Setelah itu, Aus pergi meninggalkan istrinya. Khaulah pun menganggap suaminya telah melakukan zhihar karena menganggapnya seperti ibunya atau mahramnya. Hal ini dikarenakan bangsa Arab biasa menganggap zhihar sebagai talaq.

Tak lama kemudian, Aus pun pulang dan menginginkan istrinya untuk berhubungan badan. Namun Khaulah menghindar. Ia takut jika zhihar yang dilakukan suaminya terhitung talaq dan membuat Aus tak lagi sah sebagai suaminya. Ia pun berkata kepada suaminya,

“Demi Dzat Yang jiwaku ada di tangan-Nya. Janganlah engkau mendekatiku. Kau telah mengucapkan apa yang telah kau ucapkan, sampai Allah memutuskan hukum-Nya dalam permasalahan kita ini.”

Namun Aus menolak. Ia justru melompat dan hendak meraih Khaulah. Namun Khaulah berhasil kabur dengan mendorong tubuh suaminya. Ia pun bergegas pergi ke rumah tetangganya dan meminjam hijab darinya. Setelah itu, ia pun segera menemui Rasulullah.

Di hadapan Rasulullah, Khaulah curhat tentang masalah yang ia alami. Aisyah ada di sana dan mengabarkan hadits tentang Khaulah. Aisyah berkata, “Sungguh telah datang seorang wanita yang mengajukan gugatan kepada Rasulullah, sedangkan aku berada di tepi rumah. Wanita itu mengeluhkan (sikap) suaminya, dan ucapannya bisa aku dengar.”

Rasulullah berkata kepada Khaulah, “Wahai Khuwailah, anak pamanmu itu adalah seorang laki-laki yang telah tua, maka bertakwalah engkau kepada Allah terhadap suamimu.”

Namun Khaulah tak puas dengan jawaban Rasulullah. Ia pun enggan beranjak dari sana. Setelah menunggu beberapa waktu, Khaulah pun mendapat jawaban langsung dari langit. Rasulullah mendapat firman dari Allah tentang permasalahan Khaulah dan suaminya.

Rasulullah bersabda, “Wahai, Khuwailah, Allah telah menurunkan firman-Nya tentang permasalahanmu dan suamimu.” Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam lalu membaca surah Al Mujadalah ayat 1-4. Nama surat Al Mujadalah pula berarti wanita yang mengajukan gugatan.

Rasulullah kembali berkata, “Perintahkan kepada suamimu untuk membebaskan seekor budak.”

Khaulah berkata, “Wahai Rasulullah, dia tidak memiliki seorang budak.”

Rasulullah menjawab, “Kalau begitu, hendaklah ia berpuasa dua bulan berturut-turut.”

Khaulah berkata, “Wahai Rauslullah, dia merupakan laki-laki tua yang tak mampu berpuasa.”

Rasulullah bersabda, “Kalau begitu, hendaklah ia memberi makan 60 orang miskin dengan satu wasaq kurma.”

Khaulah menjawab kembali, “Wahai Rasulullah, dia tak memiliki kurma sebanyak itu.”

Rasulullah pun akhirnya memberikan sekeranjang kurma untuk suami Khaulah, “Kami akan membantunya dengan sekeranjang kurma.”

Khaulah pun meniru perbuatan Rasulullah. Ia juga hendak menyedekahkan hartanya untuk suaminya, “Wahai Rasulullah, aku juga akan membantunya dengan sekeranjang kurma.”

Rasulullah pun memuji Khaulah, “Sungguh bagus perbuatanmu. Pergilah dan bersedekahlah untuk suamimu, dan wasiatkanlah anak pamanmu (yakni suaminya) dengan baik.”

Khaulah pun menjalankan perintah nabi dan kembali kepada suaminya. Ia menyelamatkan rumah tangganya bersama Aus yang dicintainya. Sejak itu, Khaulah pun terkenal sebagai wanita yang didengar curhatnya oleh langit dan termaktub dalam Al Qur’an. Para shahabat dan shahabiyah pun menghormati Khaulah karenanya.

Dari curhat Khaulah pula, hukum zhihar yang di masa jahiliah dianggap cerai, diperbarui hukumnya dalam Islam. Zhihar tidaklah dianggap talaq dan tidak menyebabkan perceraian. Hanya saja, suami yang menzihar istrinya harus membebaskan budak, atau berpuasa 2 bulan berturut-turut, atau bersedekah kepada 60 orang miskin.

Khaulah, Wanita Pemberani

Selain dikenal sebagai wanita yang didengar langit, Khaulah juga dikenal sebagai wanita pemberani. Ia sangat berani dalam mengatakan kebenaran. Bahkan kepada Umar bin Khaththab pun Khaulah tak takut. Padahal Umar sangatlah ditakuti hingga orang enggan mengritiknya. Namun Khaulah terang-terangan mengritik dan menasihati Umar yang menjabat sebagai khalifah.

Saat itu, Umar baru saja keluar dari masjid. ia berjalan bersama Al Jarud Al ‘Abd. Lalu Khaulah ada di tepi jalan yang dilewati Umar. Saat itu, Khaulah telah berusia lanjut. Melihat Khaulah, Umar pun segera memberikan salam. Khaulah menjawab salam lalu berkata,

“Wahai Umar, dulu aku menemuimu saat engkau masih bernama Umair di pasar Ukazh. Engkau menakut-nakuti anak-anak dengan tongkatmu. Waktu berlalu dan namamu berganti Umar. Masa terus berlalu hingga engkau menjadi seorang amirul mu’minin. Maka bertakwalah kepada Allah terhadap rakyatmu. Ketahuilah, barang siapa yang takut ancaman Allah, dia akan merasakan bahwa siksa Allah itu amat dekat. Dan barang siapa yang takut terhadap kematian, maka kematian itu pasti tidak akan luput darinya.”

Umar mendengarkan dengan baik ucapan Khaulah. Namun Al Jarud justru merasa ucapan Khaulah telah melewati batas. Ia berkata, “Sungguh kau telah banyak bicara terhadap amirul mukminin.”

Namun pembelaan Al Jarud justru ditentang Umar. Sang khalifah kedua berkata, “Biarkanlah ia. Tidakkah engkau mengenalinya? Wanita ini adalah Khaulah binti Hakim, istri Aus bin ash Shamit yang telah Allah dengar ucapannya dari atas langit yang ke tujuh. Umar sangat layak untuk mendengar perkataannya.”

Di waktu lain, Umar tengah berjalan bersama beberapa orang. Khaulah yang melihatnya segera meminta Umar untuk berhenti. Sang khalifah pun segera menuruti dan mendengarkan Khaulah dengan baik. Orang-orang yang bersama Umar pun terheran-heran, “Wahai Amirul Mu’minin, engkau menahan (perjalanan) orang-orang karena wanita tua itu?!”

Umar pun berkata, “Celakalah engkau! Tidakkah kau tahu, siapa wanita itu? Dialah wanita yang telah didengar pengaduannya oleh Allah dari langit ke tujuh. Wanita ini adalah Khaulah binti Tsa’labah yang Allah turunkan ayat tentang permasalahannya. Demi Allah, seandainya ia menahanku sampai malam, aku tidak akan meninggalkannya kecuali untuk shalat, kemudian aku menemuinya lagi.” MasyaAllah, Umar pun menghormati sosok Khaulah, wanita yang curhat dan pengaduannya dijawab langsung oleh Allah Ta’ala.

Last modified on Minggu, 29 Juli 2018 09:16

Leave a Comment