Ketika Sang Istri Nabi Difitnah Berselingkuh Bagian 1

Ilustrasi Ilustrasi

Muslimahdaily - Fitnah sangat dibenci dalam agama, bahkan dalam hadist disebutkan fitnah adalah perbuatan syirik yang dosanya lebih besar dari pembunuhan. Fitnah bisa dilakukan oleh siapa saja dan juga dapat menimpa siapa pun itu orangnya. Bahkan Aisyah, istri Rasulullah pun pernah menjadi korban fitnah oleh orang-orang munafik.

Sayyidah Aisyah dituduh berselingkuh dengan seorang sahabat Rasulullah bernama Shafwan. Bagaimana bisa seorang istri Rasulullah mendapatkan fitnah seperti itu?

Aisyah Radhiyallahu ‘anha, istri Nabi Shallallahu‘alaihi wa sallam mengisahkan, bahwa Rasulullah akan melakukan undian kepada istri-istrunya ketika hendak keluar untuk melakukan suatu perjalanan. Maka, nama siapapun yang memenangakan undian itu akan menemani perjalanan Rasulullah.

Kemudian Aisyah melanjutkan kisahnya. Saat itu nama dirinyalah yang keluar dari undian itu, sehingga Aisyah lah yang akan menemani Rasulullah dalam suatu peperangan yang beliau ikuti. Saat itu belum turun perintah berhijab. Beliau dibawa di dalam sekedup (tandu di atas punggung onta).

Ketika telah sampai di dekat Madinah, maka pada suatu malam Rasulullah memberi aba-aba agar berangkat. Saat itu Aisyah keluar dari tandu melewati para tentara untuk menunaikan keperluannya.

Setelahnya Aisyah kembali ke rombongan, namun saat itu ia menyadari bahwa kalung pemberian dari Merjan Zhifar tidak lagi terpasang di lehernya. Aisyah menyadari bahwa kalungnya mungkin saja terjatuh, maka dari itu Aisyah pun kembali lagi untuk mencari kalungnya itu, sementara rombongan yang membawanya telah siap untuk berangkat.

Rombongan itu berangkat dengan membawa tandu yang sebelumnya ditumpangi oleh Aisyah, tanpa mereka tahu bahwa Aisyah tidak berada di dalamnya. Mereka yang membawa tandu itu tidak merasa curiga jika Aisyah tidak berada di dalam tandu tersebut, lantaran pada masa itu berat badan seorang perempuan ringan sehingga ada seorang perempuan ataupun tidak di dalam tandu tersebut tidak terlalu kentara perbedaannya, apalagi saat itu Aisyah masih sangat belia.

Ketika rombongan telah pergi, Aisyah kembali ke tempat di mana rombongan tadi berkumpul setelah menemukan kalungnya. Lalu ia memutuskan untuk kembali ke tempat di mana ia berhenti tadi, dengan harapan ada yang menyadari bahwa Aisyah tidak ikut dengan rombongan itu dan mencarinya.

“Ketika sedang duduk, kedua mataku merasakan kantuk yang tak tertahan. Aku pun tertidur. Shafwan bin al-Mu’aththal as-Sullami adz-Dzakwani tertinggal di belakang para tentara. Ia berjalan semalam suntuk sehingga ia sampai ke tempatku, lalu ia melihat hitam-hitam sosok seseorang, lantas ia menghampiriku,” kisah Aisyah.

Shafwan pernah melihat Aisyah sebelum ayat tantang hijab diturunkan. Ketika Shafwan menghampiri Aisyah, Aisyah terbangun ketika mendengar bacaan istirja’-nya (bacaan Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un) ketika ia melihat Aisyah.

Saat itupun Aisyah menutupi wajahnya dengan hijab. Selama itu Shafwan tidak mengajak Aisyah untuk berbincang dan Aisyah pun tidak mendengar sepatah kata yang terucap dari mulut Shafwan kecuali bacaan istirja’-nya. Hingga akhirnya Shafwan menderumkan kendaraannya dengan Aisyah menunggangi unta.

Difitnah Berzina

Sambil menuntun kendaraannya agar dapat menyusul rombongan, Shafwan berkata, “Maka, binasalah orang yang memanfaatkan kejadian ini (menuduh berzina).” Orang yang membesarkan permasalahan tersebut adalah Abdullah bin Ubay bin Salul.

Kemudian mereka sampai ke madinah, namun saat itu Aisyah sakit selama sebulan. Sedangkan orang-orang menyebarkan luaskan ucapan para pembohong tentang dirinya yang berselingkuh. Sehingga ia sama sekali tidak mengetahui apapun yang sedang beredar di luar sana.

“Aku tidak tahu mengenai hal tersebut sama sekali. Itulah yang membuatku penasaran, bahwa sesungguhnya aku tidak melihat kekasihku Rasulullah yang biasanya aku lihat dari beliau ketika aku sakit. Beliau hanya masuk, lalu mengucap salam dan berkata, ‘Bagaimana keadaanmu?’ Itulah yang membuatku penasaran, tetapi aku tidak mengetahui ada sesuatu yang buruk sebelum aku keluar rumah.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Lalu Aisyah dan Ummu Misthah berangkat. Misthah adalah putri Abi Ruhm bin Abdul Muththalib bin Abdi Manaf. Ibunya adalah puteri Shakhr bin Amr, bibi Abu Bakar ash-Shiddiq Radhiyallahu ‘anhu. Anaknya bernama Misthah bin Utsatsah bin Ubbad bin Abdul Muththalib bin Abdu Manaf.

Aisyah berkata, “Lantas aku dan putri Abu Ruhm, Ummu Misthah terpeleset dengan pakaian wol yang dikenakannya. Kontan ia berujar, ‘Celakalah Misthah.’ Lantas aku berkata kepadanya, ‘Alangkah buruknya ucapanmu. Kamu mencela seorang lelaki yang ikut serta dalam perang Badr.’ Ia berkata, ‘Apakah engkau belum mendengar apa yang telah ia katakan?’ Aku bertanya, ‘Memang apa yang ia katakan?’ Ia pun menceritakan kepadaku mengenai ucapan para pembuat berita bohong (bahwa Aisyah telah berzina). Aku pun bertambah sakit.”

Last modified on Selasa, 21 Januari 2020 16:00

Leave a Comment