×

Peringatan

JUser: :_load: Tidak dapat memuat pengguna denga ID: 12351

Kisah Zaid bin Tsabit dan Ibnu ‘Abbas yang Berselisih Paham

Ilustrasi Ilustrasi

Muslimahdaily - Suatu hari Ibnu ‘Abbas berselisih paham dengan Zaid bin Tsabit mengenai warisan. Ibnu ‘Abbas menyepakati pendapat bahwa kakek menjadi penghalang waris bagi saudara mayyit sebab kakek senilai dengan bapak. Sebaliknya, Zaid bin Tsabit menyatakan bahwa kakek tak jadi penghalang.

“Apakah Zaid tidak takut dengan Allah?” ujar Ibnu ‘Abbas di majelisnya.

“Dia dijadikan cucu lelaki semisal anak lelaki tetapi kakek tak dianggapnya semisal bapak? Demi Allah, aku ingin sekali bertemu dengan mereka yang berbeda pendapat denganku dalam perkara waris ini lalu kami sama-sama meletakkan tangan pada sebuah tiang dan bermubahalah, agar laknat Allah ditimpakan pada dia yang berdusta!”

Dari riwayat ini, terlihat jelas bahwa Ibnu Abbas merupakan sosok yang sangat teguh pada pendapatnya. Kata-katanya sangat tajam pada Zaid bin Tsabit yang berselisih paham dengan sepupu Rasulullah itu.

Tetapi, pada suatu hari, Madinah menyaksikan sebuah pemandangan yang menakjubkan. Di sana terdapat Zaid binTsabit yang menunggang bighalnya. Ibnu ‘Abbas menuntun kekangnya.

“Tak usahlah demikian, duhai sepupu Rasulullah!” ujar Zaid dari atas pelana. Ia tampak tak enak hati.

Mendengar perkataan Zaid tersebut, Ibnu Abbas tersenyum.

“Demikianlah kami diperintahkan kepada ulama-ulama kami,” ujarnya tulus.

“Sekarang, coba tunjukkan tanganmu, duhai putra paman Nabi!” pinta Zaid kepada Ibnu ‘Abbas.

Mendengar permintaan Zaid itu Ibnu ‘Abbas merasa heran. Tetapi diturutinya juga kata-kata lelaki yang pernah menjadi penulis kepercayaan nabi itu.

Saat itulah, ketika Abdullah Ibnu Abbas mengulurkan tangan kanannya, Zaid bin Tsabit segera meraihnya. Dia menggenggam telapak tangan Ibnu ‘Abbas dengan ta’zhim, lalu mencium dan mengecupnya.

“Apa ini, wahai sahabat akrab Rasulullah?!” pekik Ibnu ‘Abbas.

“Demikianlah kami diperintahkan,” tukas Zaid sambil tersenyum, “kepada ahli bait Nabi kami.”

Subhanallah betapa indah akhlak Zaid bin Tsabit kepada saudaranya itu. Zaid telah berhasil membuat luluh hati Ibn ‘Abbas yang sebelumnya dipenuhi rasa amarah terhadap dirinya.

Dari kisah Zaid bin Tsabit ini kita belajar bahwa saat berselisih paham tak boleh hanya memedulikan soal mengatakan yang benar. Tetapi harus penuh perhatian untuk mengatakan yang benar, dengan cara yang indah, disaat yang paling tepat.

Sumber: Buku Dalam Dekapan Ukhuwah Karya Salim A. Fillah

Leave a Comment