×

Peringatan

JUser: :_load: Tidak dapat memuat pengguna denga ID: 12351

Dialog Rasulullah dengan Utbah bin Rabi'ah, Musuh Allah yang Cerdas

Ilustrasi Ilustrasi

Muslimahdaily - Utbah bin Rabi’ah merupakan salah satu orang terpandang dai kalangan Quraisy. Ia merupakan pemuka Bani Abdus Syam. Utbah ialah cucu dari Abd Syam yang merupakan saudara Hasyim (buyut Rasulullah).

Utbah bin Rabi’ah merupakan salah satu orang yang menentang kedatangan Islam dan tak mau mengakui kenabian Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam. Namun, tak seperti penentang lain yang kasar dan licik, Utbah bin Rabi’an cenderung lembut dan cerdik. Ia dikenal sebagai sosok yang cerdik, baik, cemerlang dan pandai berdiplomasi.

Dalam sebuah literatur, Utbah bin Rabi’ah merupakan seorang pemimpin yang bijaksana. Ia merupakan sosok yang loyal dan tak haus akan harta layaknya kebanyakan pemimpin pada masa itu.

Abu az-Zinad berkata, “Kami tidak mengetahui seorang pun yang memimpin di masa Jahiliyah tanpa memakai harta selain Utbah bin Rabi’ah.”

Dalam kesempatan lain, Utbah bin Rabi’ah mampu mendamaikan dua kabilah yang hendak berperang. Sambil menunggangi untanya di medan perang, ia berkata, “Wahai suku Mudhar, atas dasar apa kalian saling membunuh, mari kita berdamai.”

Kemudian terjadilah dialog antara Utbah bin Rabi’ah kabilah tersebut. Setelah tahu siapa yang tengah mengajak mereka berunding, maka mereka menghentikan peperangan dan setuju untuk melakukan perdamaian.

Di sisi lain, malaikat Jibril turun menyampaikan wahya untuk Rasulullah agar menyudahi dakwah sembunyi-sembunyi dan memulai dakwah secara terang-terangan. Pada saat itu, pengikut Rasulullah tak lah sahabat dan kerabat dekat, namun juga dari para budak hingga petinggi kabilah-kabilah besar pada masa itu.

Tentu hal tersebut membuat kaum Quraisy merasa semakin terancam. Oleh karena itu, mereka menunjuk Utbah bin Rabi’ah yang terkenal akan kemampuan berdiplomasinya untuk menghadap Rasulullah. Mereka meminta Utbah menyampaikan sebuah penawaran yang akan membuat sang Nabiyullah menghentikan dakwahnya.

Suatu hari Utbah datang kepada Rasulullah. Ia kemudian menyampai sebuah pertanyaan sete;ah sebelumnya memaparkan garis keuturan sang Nabi.

Utbah bertanya, “Wahai Muhammad, kamu yang leboh baik ataukah Abdullah?”

Rasulullah diam, kemudian Utbah bertanya lagi, “Engkaukah yang lebih baik ataukah Abdul Muthalib?”

Rasulullah masih diam. Lantas Utbah melanjutkan pertakataannnya, “Jika engkau meyakini bahwa mereka lebih baik darimu, maka ketahuilah bahwa mereka menyembah tuhan-tuhan yang engkau cela. Jika engkau lebih baik, maka jawablah agar kami bisa mendengar ucapanmu.”

Selesai dengan ucapan Utbah, Rasulullah masih tak menjawab. Beliau justru membacakan Surat Fushshilat ayat 1 sampai dengan 13. Pada riwayat lain disebutkan bahwa Rasulullah membaca hingga ayat 38 ketika Utbah memintanya mengehentikan bacaannya.

“Jika engkau telah selesai mendengar, maka engkau bebas memilih,” ujar Rasulullah

Setelah itu Utbah menemui para pemuka Quraisy. Ia menyampaikan kegagalannya berunding dengan Nabi Muhammad. Ia mengutarakan rasa kagum dan takjubnya akan ayat yang dilafadzkan Rasulullah pun dengan sosok Nabiyullah sendiri.

Tentu hal tersebut membuat para pemuka Quraisy kesal bukan main. Mereka malah menuduh Utbah telah dishir oleh Rasulullah.

“Itu lah pendapatku, maka lakukanlah apa yang kalian hendak lakukan.”

Walaupun sempat kagum dan tersentuh dengan lafadz Allah yang Rasulullah lantunkan, namun kedudukan dan kemuliannya di mata Quraisy-lah yang membuat Utbah engga untuk menerima Islam.

Utbah bin Rabi’ah akhirnya meninggal pada perang Badr. Sebelumnya, ia enggan ikut dalam perang bahkan menyuruh pasukannya agar tidak memerangi Rasulullah. Namun, lantaran terprovokasi perkataan Abu Jahal yang menuduhkan sebagai pengecut, ia lantas menantang pasukan muslimin dan akhirnya meninggal bersama pasukan Quraisy lainnya.

Leave a Comment