×

Peringatan

JUser: :_load: Tidak dapat memuat pengguna denga ID: 12351

Tiga Kemuliaan Seseorang dan Kisah Imam Syafi'i diberi Baju Jelek

Ilustrasi Ilustrasi

Muslimahdaily - Imam asy-Syafi’i Rahimahullah merupakan salah satu dari empat imam madzhab ternama di dunia. Sementara di Indonesia, namnya tidaklah asing lagi lantaran mayoritas masyarakat muslim di sini bermadzhab Syafi’i.

Imam Syafi’i sendiri dikenal sebagai sosok yang mampu menghafal ribuan hadits beserta sanadnya. Pada usia 7 tahun, beliau telah mempu menghafal Al Qur’an. Kemudian pada usia 10 tahun, beliau menghafal dan membacakan Al Muwatha’ di hadapan penulisnya yang tak lain adalah Imam Malik Rahimahullah. Beliau pun dipercaya menjadi mufti dan meyampaikan fatwa di Mekkah.

Begitu banyak hal yang dapat diteladani dari Imam Syafi’i. Selain kecerdasan dan sikap kehati-hatiannya dalam memutuskan sebuah perkara, sosok Imam Syafi’i sendiri memiliki akhlah mahmudah, cerminan muslimin yang baik.

Dalam suatu kesempatan Imam Syafi’i menuturkan bahwa terdapat tiga hal yang menunjukkan kemuliaan seseorang. Tiga hal tersebut adalah:

Pertama, mampu menyembunyikan kemiskinannya. Walau berada dalam garis kemiskinan, seorang hendaknya tidak secara sengaja memperlihatkan keadannya tersebut kepada orang lain. Sehingga orang di sekitarnya merasa ia adalah orang yang berada.

Hal tersebut dilakukan untuk menjaga kehormatannya sendiri dan sebisa mungkin tidak menyusahkan orang lain.

Dalam hal ini Rasulullah sendiri menyampaikan bahwa sesungguhnya kemiskinan sangat dekat dengan kekufuran. Diriwayatkan oleh Abu Na’im, Rasulullah Shallallahu'alaihi wa sallam bersabda, “Kemiskinan itu dekat dengan kekufuran.”

Kedua, mampu menyembunyikan kemarahannya. Sehingga orang di sekitarnya menganggap ia ridha dan tidak marah sedikitpun. Hal tersebut dilakukan untuk menimalisir adanya konflik dari berbagai pihak dan muncul prasangka buruk dari orang lain terhadap diri sendiri.

Hal tersebut dicontohkan langsung oleh Imam Syafi’i. Suatu hari ada beberapa orang yang dengki dengan beliau. Mereka berencana untuk membuat sang ulama marah. Lantas, mereka bekerja sama dengan seorang penjahit untuk membuatkan baju yang sangat buruk sebagai hadiah untuk Imam Syafi’i.

Baju tersebut dibuat dengan lengan kanan yang sangat pendek, sementara lengan kirinya sangat panjang. Ketika menerima hadiah baju tersebut, Imam Syafi’i sudah membaca maksud orang-orang dan tukang jahit yang berniat membuatnya marah.

Kemudian, kepada penjahit baju, Imam Syafi’i berkata, “Semoga Allah membahas kebaikanmu, sungguh baju ini sangat bagus. Engkau membuat lengan baju kanannya pendek sehingga aku tak perlu lagi menyingsingkannya ketika hendak menulis. Kemudian engkau membuat lengan kirinya sangat lebar sehingga cukup untuk menyembunyikan kitab-kitab yang sering kubawa.”

Ketiga, mampu menyembunyikan kesulitan dan kesusahannya. Sehingga orang di sekitarnya menyangka bahwa ia orang yang penuh kecukupan dan kenikmatan. Hal ini dilakukan juga sebagai bentuk sabar atas ujian atau kesulitan yang tengah dihadapinya.

Rasulullah bersabda, “Termasuk dari simpanan-simpanan kebaikan, yakni menyembunyikan musibah-musibah, kesakitan serta sedekah.”

Al Munawi berkata bahwa menampakkan musibah bisa jadi mencederai kesabaran, sementara menyembunyikannya merupakan puncak kesabaran.

Leave a Comment