Kisah Keutamaan Ramadhan, Ditutupnya Nereka hingga Allah Ampuni Jutaan Hamba

Ilustrasi Ilustrasi

Muslimahdaily - Dalam sebuah dalil dikisahkan bahwa Allah menurunkan rahmat dan ampunannya pada malam-malam di bulan Ramadhan. Rahmatnya tak main-main mulai dari menutup pintu neraka, mengikat setan-setan, dan mengampuni umat Nabi Muhammad yang sebelumnya telah ditetapkan siksa api neraka terhadap mereka.

Hal tersebut dituliskan oleh Abul Laits as-Samarqandi dalam kitabnya yang berjudul Tanbihul Ghafilin bi Ahaditsi Sayyidil Anbiya’ wal Mursalin.

Dari Ibnu Abbas Radhiyallahu’anhu, bahwasanya beliau mendengar Nabi Shallallahu’alaihi wa sallam bersabda,

Sesungguhnya surga itu diberi harum-haruman dan diperhias dari tahun ke tahun, karena masuknya bulan Ramadhan. Apabila malam pertama dari bulan Ramadhan datang, angin dari bawah ‘arsy yang bernama Al Mutsirah berhembus, maka daun-daun pepohonan surge bergoyang dan daun pintunya bergerak.

Kemudian terdengar ada bunyi, di mana orang-orang yang mendengar, tidak pernah mendengar bunyi yang lebih baik daripada bunyi itu, lantas muncullah bidadari-bidadari yang kemudian berdiri pada surge bagian atasnya seraya berseru, “Apakah ada orang yang melamar kepada Allah Ta’ala, kemudian Allah Subhanahu wa ta’ala akan mengawinkannya dengan kami?

Kemudian bidadari-bidadari itu bertanya kepada penjaga surga, “Wahai Ridwan, apakah malam ini?”

Ridwan lalu menjawab mereka itu dengan talbiyah lantas berkata, “Wahai para bidadari yang cantik jelita, malam ini adalah malam pertama bulan Ramadhan.”

Allah Ta’ala berfirman, “Wahai Ridwan, bukalah pinti-pintu surga bagi orang-orang yang berpuasa dari umat Muhammad Shallallahu’alaihi wa sallam.” Kemudian berfirman, “Wahai Malik, tutuplah pintu-pintu neraka bagi mereka yang berpuasa dari umat Muhammad Shallallahu’alaihi wa sallam.”

Allah juga berfirman, “Wahai Jibril, turunlah ke bumi lalu ikatlah setan-setan yang jahat dan ikatlah mereka dengan rantai-rantai, kemudian buanglah mereka ke dasar laut, sehingga mereka tidak merusak (mengganggu) puasa umat kekasih-Ku Muhammad.”

Pada setiap malam salam bulan Ramadhan, Allah Ta’ala berfirman tiga kali, “Barang siapa yang memohon, maka Aku akan memenuhi permohonannya, siapa yang bertaubat, maka Aku akan menerima taubatnya. Siapa mohon ampun, maka Aku akan memberinya ampunan.”

Kemudian diserukan, “Siapakah yang akan menabung pada Dzat yang kaya yang tidak pernah miskin, yang menepati janji yang tidak pernah berbuat aniaya.”

Sesungguhnya setiap hari dari bulan Ramadhan di waktu terbuka, Allah telah memerdekakan satu juta orang dari neraka yang kesemuanya itu telah ditentukan siksaannya. Pada hari dan malam Jumat, setiap jam, Allah memerdekakan satu juta orang dari neraka yang semuanya itu telah ditentukan siksaannya. Pada akhir bulan Ramadhan Allah memerdekakan sejumlah orang yang telah dimerdekakan sejak awal sampai akhir bulan Ramadhan.

Pada lailatul qadar, Allah memerintahkan Jibril (untuk turun), maka Jibril beserta rombongan malaikat turun ke bumi dengan membawa panji hijau yang diletakkan pada punggung Ka’bah, dan ia mempunyai 600 sayap di antaranya ada dua sayap yang tidak pernah dibentangkan, kecuali pada lailatul qadar, di mana pada malam itu ia membentangkan kedua sayap itu, kemudian melingkupi timur dan barat.

Kemudian Jibril mengutus malaikat kepada umat Muhammad ini, para malaikat itu lalu mengucapan salam pada setiap orang yang berdiri, duduk, shalat, dan berdzikir, kemudian mereka manjabat tangan umat Muammad dan mengaminkan doa mereka sampai fajar terbit.

Apabila fajar terbit, Jibril berkata kepada para malaikat, “Wahai para malaikat, kembali, kembali.”

Mereka bertanya, “Wahai Jibril, apa yang telah Allah perbuat dalam memenuhi kebutuhan orang-orang mukmin dari umat Muhammad?”

Jibril menjawab, “Sesungguhnya Allah telah melihat kepada mereka (dengan pandangan kasih sayang), memaafkan dan mengampuni mereka, kecuali empat macam.”

Mereka bertanya, “Siapakah empat macam manusia itu?”

Jibril menjawab, “Orang yang meminum minuman keras, orang yang durhaka kepada orang tuanya, orang memutuskan tali persaudaraan, dan musyahin.”

Kemudian Rasulullah ditanya, “Wahai Rasulullah, siapakah musyahin itu?”

Beliau menjawab, “Orang yang suka memutuskan persaudaraan, yakni orang yang tidak berbicara kepada saudaranya (sesama muslim) lebih dari tiga hari.”

Wallahu ‘alam.

Leave a Comment