Saat Aisyah Istri Rasulullah Difitnah Berzina

Ilustrasi Ilustrasi

Muslimahdaily - Aisyah Radhiyallahu’anha adalah seorang wanita cerdas sekaligus istri Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Selain itu, Bunda Aisyah juga dibebaskan dari cacat dalam Kitabullah dan bersih dari keraguan hati. Bahkan, beliau pernah melihat Malaikat Jibril.

Meskipun begitu, Aisyah juga pernah mendapatkan fitnah. Dikisahkan Aisyah pernah difitnah berzinah dengan Shafwan bin al-Mu’aththal as-Sullami adz-Dzakwani. Kisahnya ini diriwayatkan sendiri oleh beliau.

Saat itu, biasanya apabila Rasulullah hendak keluar untuk melakukan suatu perjalanan, maka beliau akan mengundi istri-istrinya. Siapa saja di antara mereka yang keluar undiannya, maka dialah yang keluar bersama Rasulullah.

Saat itu, Rasulullah mengikuti sebuah perang dan mengundi istri-istrinya. Ternyata nama Aisyah yang keluar untuk menemani Rasulullah berperang. Aisyah pun berangkat dengan Rasulullah. Beliau dibawa didalam sekedup (tandu diatas punggung onta) lalu berjalan bersama Rasulullah hingga kembali dari perang tersebut. Perlu diingat bahwa kejadian ini tepat terjadi setelah ayat tentang hijab diturunkan sehingga saat itu Aisyah sudah menggunakan hijab.

Ketika hampir sampai di Madinah, Aisyah sempat keluar dari tandu untuk melakukan keperluannya. Ketika telah usai, Aisyah kembali lagi masuk kedalam sekedup. Namun, ternyata kalungnya terputus sehingga Aisyah kembali keluar dan mencari kalung yang terbuat dari merjan zhifar itu.

Di saat yang bersamaan, Rombongan yang ditunggangi Aisyah telah siap untuk berangkat. Ketika Aisyah kembali setelah menemukan kalungnya, rombongannya sudah tidak ada di tempat tadi. 

Kala itu, perempuan memang memiliki tubuh yang ringan, jadi rombongannya tidak curiga atau bimbang jika dirasa sekedupnya ringan. Walau sempat bingung, Aisyah akhirnya memutuskan untuk menunggu di tempatnya tadi waktu berhenti.

Ketika dirinya mulai mengantuk, Aisyah tak sengaja tertidur. Sementara tak jauh dari tempatnya, Shafwan bin al-Mu’aththal as-Sullami adz-Dzakwani menemukan Aisyah dengan tidak sengaja melihatnya. Ia pun mengucapkan bacaan istirja’ (Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un) ketika ia melihat Aisyah. Kebetulan Shafwan tertinggal di belakang para tentara. Ia berjalan semalam suntuk sehingga ia sampai ke tempat Aisyah.

Aisyah pun terbangun karena mendengar ucapan bacaan istirja’-nya. Dalam Hadistnya, Aisyah mengatakan sumpah demi Allah bahwa ia tidak sedikit pun mendengar ucapan dari Shafwan selain bacaan istirja-nya. Bahkan Shafwan tidak mengajak Aisyah sedikitpun berbicara kepadanya.

Tepat telah mengerjapkan mata, Aisyah mengikuti ajakan Shafwan agar menyusul para tentara saat mereka mereka beristirahat di siang hari. Kejadian inilah yang dimanfaatkan oleh seseorang. Aisyah difitnah melakukan zina bersama Shafwan bin al-Mu’aththal. kabar ini kemudian dibesar-besarkan oleh Abdullah bin Ibay. 

Ketika telah sampai di Madinah, Aisyah jatuh sakit selama sebulan. Dan selama itu pula berita bohong tersebar luas. Mendengar hal itu, Aisyah bertambah sakit. Ia pun datang kepada orangtuanya untuk mengetahui secara pasti fitnah tersebut.

Aisyah bertanya pada sang ibu, "Wahai Ibu! Apa yang sedang hangat dibicarakan oleh orang-orang?"

Ummu Ruman Radhiyallahu 'anha menjawab, "Wahai putriku! Tidak ada apa-apa. Demi Allah, jarang sekali seorang perempuan cantik yang dicintai oleh suaminya sementara ia mempunyai banyak madu melainkan para madu tersebut sering menyebut-nyebut aibnya."

Aisyah berkata lagi, "Maha Suci Allah! Berarti orang-orang telah memperbincangkan hal ini."

Setelah kejadian itu Aisyah menangis malam hingga pagi. Air matanya tiada hentik. Bahkan beliau tidak tidur semalaman hingga menangis lagi di pagi hari.

Mendengar berita itu, Rasulullah sempat berniat untuk menceraikan Aisyah. Suatu hari kedua orangtua Aisyah duduk di samping sang putri.

Kemudian Rasulullah duduk di samping Aisyah seraya berkata, "Amma ba’du, hai Aisyah! Sungguh, telah sampai kepadaku isu demikian dan demikian mengenai dirimu. Jika engkau memang bersih dari tuduhan tersebut, pastilah Allah Subhanahu wa Ta’ala akan membebaskanmu.

Dan jika engkau melakukan dosa, maka memohonlah ampun kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan bertaubatlah kepada-Nya, karena sesungguhnya seorang hamba yang mau mengakui dosanya dan bertaubat, maka Allah Subhanahu wa Ta’ala akan menerima taubat-Nya.”

Aisyah pun mejawab, “Aku adalah seorang perempuan yang masih belia. Demi Allah, aku tahu bahwa kalian telah mendengar berita ini sehingga kalian simpan di dalam hati dan kalian membenarkannya. Makanya, jika kuktakan kepada kalian bahwa aku bersih dari tuduhan tersebut Allah Maha Mengetahui bahwa aku bersih dari tuduhan tersebut, maka kalian tidak mempercayaiku.

Dan jika aku mengakui sesuatu yang Allah mengetahui bahwa aku terbebas darinya, malah kalian sungguh-sungguh mempercayaiku. Demi Allah, aku tidak menjumpai pada diriku dan diri kalian suatu perumpamaan selain sebagaimana yang dikatakan oleh Nabi Yusuf 'Alaihissalam, 'Maka hanya sabar yang baik itulah yang terbaik (bagiku). Dan kepada Allah saja memohon pertolongan-Nya terhadap apa yang kamu ceritakan.' (QS. Yusuf: 18).”

Saat itu juga wahyu turun dari Allah kepada Rasulullah, yakni ayat 11 dari Surat an-Nur. Aisyah pun tersenyum bahagia mengetahui bahwa berita tersebut adalah fitnah dan suatu kebohongan.

“Sesungguhnya orang-orang yang membawa berita bohong itu adalah dari golongan kamu juga. Janganlah kamu kira bahwa berita bohong itu buruk bagi kamu bahkan ia adalah baik bagi kamu. Tiap-tiap seseorang dari mereka mendapat balasan dari dosa yang dikerjakannya. Dan siapa di antara mereka yang mengambil bagian yang terbesar dalam penyiaran berita bohong itu baginya azab yang besar (pula).” (QS. An-Nur: 11). 

Semoga kita termasuk golongan yang terhindari dari fitnah-fitnah dunia. Aamiin aamiin ya Rabbal Alamin.

Wallahu 'alam.

Leave a Comment