Dikira Syahid, Muslimin Ini Justru Jadi Penghuni Neraka

ilustrasi ilustrasi

Muslimahdaily - Perang Uhud merupakan salah satu momen paling diingat dalam sejarah Islam. Pertempuran antara kaum Muslimin dengan kaum Quraisy ini pecah pada 7 Syawal tahun 3 Hijriyah. Dinamakan perang Uhud karena terjadi di dekat bukit Uhud yang terletak 4 mil dari Masjid Nabawi.

Saat itu pasukan muslimin yang dipimpin oleh Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam sendiri berjumlah 700 orang. Kalah jauh daripada pasukan Quraisy pimpinan Abu Sufyan yang berjumlah tiga ribu orang.

Walau jumlahnya tak bisa menyaingi tentara Quraisy, pasukan muslimin tak tak kehilangan semangat. Mengingat Rasulullah sendiri menjanjikan surga bagi mereka yang syahid dengan membela agama Allah.

Di antara barisan pasukan muslimin, tersebutlah Qotzman. Ia bersama Muslimin lain berangkat dari Madinah ke bukit Uhud, lengkap dengan baju zirah dan pedangnya.

Setelah berjalan beberapa waktu, kedua kubu sama-sama mengalami luka yang cukup parah. Namun, pasukan Muslimin hampir mencapai kemenangan. Kemenangan tersebut kemudian sirna setelah pasukan yang berada di atas bukit lengah. Mereka tergiur akan harta rampasan perang yang berada di bawah bukit sehingga turun dan lalai dari penjagaan.

Sementara itu, kelompok musuh yang dipimpin oleh Khalid bin Walid—saat itu belum masuk Islam—berusaha memanfaatkan kesempatan. Mereka menyerang balik pasukan Muslim. Alhasil kemenangan justru jatuh kepada tangan kaum musyrikin.

Setelah perang usai, barulah terlihat kaum Muslimin mengalami dampak yang luar biasa. Bahkan Rasulullah menderita luka yang cukup parah hingga pada wajahnya. Banyak pula sahabat yang gugur di medan perang.

Saat hendak menyisir para korban guna dikuburkan, pasukan Muslimin mendapati Qotzman jadi salah satu pasukan yang gugur. Mereka melihat tubuh Qotzman dipenuhi luka yang sangat parah.

“Tidak seorang pun di antara kita yang dapat menandingi kehebatan Qotzman,” ujar salah satu sahabat.

Namun, Rasulullah justru mengatakan hal yang disangka-sangka oleh para sahabat yang masih tersisa. Beliau bersabda, “Sungguh, dia itu adalah golongan penduduk neraka.”

Para sahabat yang terheran-heran lantas menanyakan apa gerangan yang membuat Qotzman menjadi penduduk neraka padahal syahid dalam sebuah peperangan melawan kaum musyirikin.

Rasulullah menjawab, “Saat Qotzman dan Aktsam keluar ke medang perang bersama-sama, Qotzman telah mengalami luka parang akibat ditikam musuh. Badannya dipenuhi dengan darah. Qotzman mengambil pedangnya, kemudian menghadapkan mata pedang ke dadanya. Ia menghunus pedangnya sendiri ke dalam dada.”

Ternyata, Qotzman bukan syahid karena dibunuh oleh kaum musuh. Melainkan bunuh diri. Rasulullah melanjutkan bahwasanya pemuda itu bunuh diri karena tidak tahan menanggung sakit dari luka yang dialaminya.

Bahkan niat awal Qotzman sejak awal sudah keliru. Ia berperang hanya karena ingin menjaga kehormatan dari kaum Quraisy.

“Demi Allah! Aku berperang bukan karena agama, tetapi hanya sekedar menjaga kehormatan Madinah agar tidak dihancukan kaum Quraisy. Aku berperang hanyalah untuk membela kehormatan kaumku,” kata Qotzman sebelum berperang.

Oleh sebab itu, Rasulullah kemudian mengingatkan para sahabatnya agar berhati-hati dalam menilai seseorang. Bisa jadi mereka yang tampak paling keras kerjanya, justru tidak tulus hatinya. Beliau juga berpesan agar kembali meluruskan niat ketika beribadah kepada Allah.

"Sesungguhnya seseorang tampak benar-benar beramal dengan amalan penghuni surga menurut pandangan manusia, padahal ia termasuk penghuni neraka. Dan sungguh seseorang tampak beramal dengan amalan penghuni neraka menurut manusia, padahal dia termasuk penghuni surga," sabda beliau.

Wallahu 'alam. 

Sumber: Republika. 

Leave a Comment