Waraqah bin Naufal, Orang Pertama yang Mengimani Rasulullah

ilustrasi ilustrasi

Muslimahdaily - Adalah Waraqah bin Naufal, seorang Nasrani yang menemani Rasulullah di awal-awal masa kenabiannya. Saat itu Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam merasa sangat bingung dan ketakutan.

Kedatangan wahyu bukanlah hal kecil. Apalagi sampai melihat wujud Malaikat Jibril yang amat besar. Nabi Muhammad sempat merasa sesak lantaran dirangkul oleh Jilbril hingga tiga kali. Kemudian turunlah wahyu pertama, yakni Surat Al Alaq ayat 1 sampai 5.

Atas kejadian tersebut, Nabi Muhammad bergegas pulang ke kediamannya. Sesampainnya di rumah, ia minta disemelimuti oleh sang istri, Khadijah binti Khuwailid Radhiyallahu ‘anha. Melihat sang suami ketakutan, Sayyidah Khadijah sempat menghibur Nabi Muhammad.

“Tidak, demi Allah! Allah tidak akan menghinakanmu selamanya, karena engkau menyambung tali persaudaraan, ikut meringankan, beban orang lain, memberimakan orang miskin, menjamu tamu, dan menolong orang yang menegakkan kebenaran,” kata Sayyidah Khadijah.

Usai kejadian tersebut, berangkatlah Khadijah menemui Waraqah bin Naufal. Beliau adalah anak dari paman khadiah atau sama saja dengan saudara sepupunya.

Waraqah sendiri adalah seorang Nasrasni yang menguasai kitab-kitab suci terdahulu, khususnya Yahudi dan Kristen. Waraqah juga sering menulis buku dan kita dalam bahasa Ibrani. Ditambah juga Waraqah tak seperti kebanyak orang Quraisy pada masa itu yang menyembah berhala. Pria tua dan buta tersebut menolak menyembah berhala dan lebih mempercayai tradisi-tradisi agama terdahulu.

Melansir dari NU Online, Waraqah digambarkan sebagai salah satu penganut agama yang lurus dan Syariah Nabi Ibrahim. Bersama Waraqah, ada Quss bin Sa’idah Al Iyadi dan Zaid bin Amr.

Dalam sebuah riwayat, dikisahkan bahwa Waraqah pernah berdialog dengan teman-temannya. Beliau berkata, “Apakah kalian mengetahui, demi Allah kaum kalian tidak berada dalam agama (yang benar). Cara pandang mereka salah. Mereka telah meninggalkan agama Ibrahim.”

Seperti yang sebelumnya dikatakan, Waraqah adalah sosok yang dekat dengan ilmu. Selama hidupnya, Waraqah gemar mencari dan memperdalam ilmu dengan pergi ke berbagai negeri dan kota.

Pernah suatu ketika Zaid bin Amr dan Waraqah bin Naufal berkelana mencari agama yang benar hingga keduanya sampai kepada pendeta di Mosul. Berkatalah pendeta tersebut kepada Zaid bin Amr, “Dari mana kau berasal, wahai penunggal unta?”

Zaid menjawab, “Dari rumah Ibrahim (Ka’bah/Mekkah).”

Kemudian pendeta itu bertanya lagi, “Apa yang engkau cari?”

Zaid menjawab, “Aku sedang mencari agama yang benar.”

Pendeta tersebut berkata, “Kembalilah, sesungguhnya kau telah dekat dengan dengan kemunculan agama yang benar di tanahmu.”

Lantas Waraqah memilih menjadi Nasrani. Namun Zaid kehilangan ketertarikan terhadap agama Nasrani dan memilih kembali ke Mekkah.

Waraqah adalah Nasrani yang cukup taat. Ia sempat menerjemahkan Perjanjian baru ke dalam bahasa Arab. Beliau juga sangat memahami kitab-kitab suci agama terdahulu, terutama dalam tradisi Ibrahim. Mungkin inilah alasan mengapa Sayyidah Khadijah mendatangi Waraqah, lantaran beliau telah memahami banyak buku dan kitab.

Ketika mencitakan kejadian yang di alaminya kepada Waraqah, Sayyidah Khadijah mendapat respon di luar dugaan.

“Berbahagialah, kemudian berbahagialah. Aku bersaksi bahwa kau adalah orang yang (dijanjikan) membawa kabar gembira oleh (Isa) putra Maryam. Sesungguhnya kau (didatangi malaikat) seperti Namus (Jibril) untuk Musa. Sesungguhnya kau adalah nabi yang diutus. Sesungguhnya kau akan diperintahkan untuk berjihad setelah harimu (diangkat menjadi nabi) ini, dan andai aku masih bertemu masa itu, sungguh, aku akan berjihad bersamamu,” kata Waraqah dengan gembira.

Maka pulanglah Sayyidah Khadijah dan mengulangi perkataan Waraqah kepada Nabi Muhammad. Karena masih belum percaya sepenuhnya, maka Khadijah mengajak Nabi Muhammad menemui Waraqah.

“Apa yang engkau lihat, wahai anak saudaraku?” tanya Waraqah.

Kemudian Nabi Muhammad menceritakan kepada Waraqah apa saja yang telah dilihatnya. Lantas Waraqah berkata lagi, “Ini adalah Namus (wahyu/malaikat Jibril) yang diturunkan Allah kepada Musa. Andaikan aku masih muda. Andaikan aku masih hidup ketika kaummu mengusirmu.”

“Benarkah mereka akan mengusirku?” tanya Nabi Muhammad.

“Benar. Tak seorangpun pernah membawa seperti apa yang engkau bawa, melainkan akan dimusuhi. Andaikan aku masih hidup pada masamu, tentu aku akan membantumu dengan sungguh-sungguh,” ujar Waraqah.

Tak lama setelah turun wahyu pertama kepada Nabi Muhammad, Waraqah bin Naufal wafat. Banyak pendapat yang mengatakan bahw Waraqah bin Naufal termasuk ahli surga. Imam Ibnu Abi Syaibah dalam Al Mushannaf berkata,

“Kemudian Waraqah meninggal (tak lama setelah meyakini kenabian Muhammad), maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Aku melihat sang pendeta (Waraqah bin Naufal) di surga mengenakan baju hijau.”

Wallahu ‘alam bishawab.

Leave a Comment