Saya Menemukan Ajaran Yesus Kristus di Qur’an

Ilustrasi Ilustrasi

Muslimahdaily - Nama saya adalah Aisha Canlas, sebelum menjadi seorang muslim saya adalah penganut agama katolik. Bersama kedua orang tua, saya biasa pergi ke berbagai gereja untuk berdoa kepada Tuhan tapi melalui gambar buatan manusia.

Selama waktu itu saya mempertanyakan kepada diri saya apakah itu wajah asli Tuhan? Bagaimana bisa siapapun tahu seperti apa rupa Nya? Apakah mereka telah melihat Nya?

Ada satu tempat di Manila dimana terdapat sebuah masjid. Kapanpun waktunya shalat dan terdengar suara Adzan, saya akan menutup mata dan merasa tentram walaupun tidak tahu apa maksudnya. Ini seperti musik kedamaian yang mengalun indah di hati saya. 

Tidak seorang pun, termasuk saya, yang mempunyai pikiran bahwa saya akan masuk ke agama Islam. Pada awalnya saya melamar untuk bekerja di Saudi Arabia dengan harapan dapat memberikan masa depan yang lebih baik untuk keluarga.

Agar tidak kaget dan bingung karena perbedaan budaya, saya mulai mempelajari berbagai macam hal yang dapat membantu beradaptasi, selama hidup di negara Timur Tengah.

Saya mempelajari budaya, negara, bahasa dan tentu saja agama Islam yang menjadi agama mayoritas di Arab Saudi. Saya sangat penasaran tentang Islam, bahkan sebelum saya menaiki pesawat untuk kesana saya membaca hal tentang itu.

Perubahan saya tidak selesai hanya dengan menjentikan jari. Saya berkali kali bertanya kepada teman - teman saya tentang islam. Karena di pikiran saya mereka dapat membantu agar saya dapat lebih mudah mengerti tentang Islam.

Saya semakin penasaran dengan islam, sampai akhirnya pada 15 Januari 2008 saya memutuskan untuk mendaftar di sebuah lembaga pendidikan islam.

Saat pertama kali masuk, semua mata tertuju kepada saya, karena dalam kelas saya adalah satu - satunya orang Kristen yang duduk di antara mereka. Saya mendengarkan apa yang pengajar jelaskan tentang Islam, Quran dan Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam dan Allah.

Sejak saat itu, saya mulai mengerti tentang Islam. Dan memutuskan untuk meminta izin kepada Ibu agar membolehkan untuk pindah agama dari katolik ke Islam.

Alhamdulillah, beliau tidak menentang. Dia berkata takut ketika saya menjadi seorang muslim akan melupakan mereka. Kemudian saya menjelaskan bahwa seorang Muslim wajib menghormati dan menyayangi orang tuanya.

24 Januari 2008 saya membaca kalimat syahadat disaksikan oleh guru dan teman - teman saya. Ketika membaca kalimat syahadat terasa ketenangan dan kehangatan, suatu perasaan yang sangat sulit saya jelaskan hingga saat ini.

Satu hal yang saya tahu adalah ketika membaca kalimat shahadat hati terasa ringan dari beban. Saya menemukan inti kedamaian yang saya cari selama hidup. Berada di Islam sangat berbeda.

Beberapa orang berfikir saya telah mengkhianati agama katolik, namun dalam hati saya tahu itu tidak benar. 

Dulu saya adalah seorang katolik yang sangat taat dan menikah dengan seorang laki-laki muslim, saya menikahinya karena sifatnya dan saya bertekad untuk membuktikan kepadanya bahwa dia berada di jalan salah, seharusnya dia menjadi seorang katolik.

Dia meperlakukan saya dengan baik, dia tidak marah dengan segala usaha saya untuk membuatnya keluar dari islam, dia hanya membalas dengan bertanya tentang keyakinan saya kepada Yesus “Di kitab Injil bagian mana Yesus mengajarkan bahwa Ia adalah Tuhan?”

Saya terus mencari jawaban dari pertanyaan tersebut, disetiap injil yang saya miliki, namun saya tidak dapat juga menjawabnya. Semakin frustasi saya mencoba membaca terjemahan Qur’an yang diberikan oleh pendeta sebagai refrensi untuk berdebat dengan suami saya.

Bukannya mendapat jawaban, saya justru menemukan ayat - ayat yang memerintahkan hal yang sama dengan ajaran kitab Injil. Saya menemukan kenyamanan dan hal logis dari konsep ketuhanan yang diyakani umat muslim bahwa Tuhan hanya satu, Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan.

Setelah menjadi seorang muslim, saya pergi untuk melaksanakan ibadah umrah 5 maret 2008 saat itu terasa segala permasalahan hidup menjadi ringan, kekhawatiran dan segala sesuatu yang buruk yang ada di dunia ini sirna.

Saya sangat gembira dan ingin tinggal disana seumur hidup untuk berdoa kepada Allah dan memuji Nya untuk segala karunia yang diberikanNya. Tidak pernah sekali pun saya bermimpi bisa melihat Ka’bah di dunia nyata. Saya telah melihat melalui foto tapi melihat dengan mata sendiri terasa amat berbeda, rasa bahagia dan syukur memenuhi hati saya.

Terima kasih ya Allah, engkau telah membimbing saya menemukan hidayah untuk menjadi seorang muslim.

Sumber : Aboutislam.net

Last modified on Selasa, 08 Mei 2018 03:40

Leave a Comment