Idul Fitri Pertama Seorang Mualaf di London

Sholat jum'at pada hari pertama ramadhan di sebelah timur kota London Sholat jum'at pada hari pertama ramadhan di sebelah timur kota London ( Foto : Reuters )

Muslimahdaily - Sebagai seorang mualaf yang baru mengenal Islam, segala hal tentang Ramadhan, puasa, dan juga Idul Fitri adalah pengalaman baru yang tak terlupakan. Begitu juga dengan muslim di London, Idrid Tawfiq, yang menceritakan pengalaman berlebaran pertamanya yang ditulis di New Muslims. 

Regent's Park Mosque atau yang biasa dikenal dengan London Central Mosque memiliki kenangan yang tak pernah dilupakan pria London ini. Di Masjid inilah Idris mengucapkan dua kalimat syahadat, belajar Islam, hingga pertama kalinya melakukan shalat Ied. 

Ramadan pertamanya adalah bagian yang tak bisa dilewatkan. Idris bangun untuk makan sahur dan puasa di siang hari adalah pengalaman yang sangat baru untuknya. Berbuka puasa adalah momen yang paling membahagiakan selama Ramadhan. Namun sayangnya, sebagai mualaf dan seorang guru, Idris belum bisa melakukan shalat jamaah seperti shalat Jumat karena masih berada di sekolah.

Setelah berpuasa Ramadhan, Idris juga merayakan Hari Raya Idul Fitri yang membuatnya begitu bersemangat. Masih segar dalam ingatan pria itu bagaimana ia bangun pagi dan memakai baju terbaiknya untuk shalat Ied. Ia memilih pakai seletan jas lengkap dengan dasi dan sepatu yang telah ia semir.

Pagi buta (bahkan bisa disebut dini hari), Idris sudah berangkat menuju kereta bawah tanah Baker Street untuk menuju London Central Mosque. Betapa kagetnya dia ketika melihat ribuan muslim berjalan berdampingan dengannya dengan beragam pakaian terbaik mereka. 

Berjalan ke arah yang sama dengan muslim dari berbagai negara membuat Idris begitu terharu. Ada orang Arab, Turki, Indonesia, Malaysia, Nigeria, Pakistan, Bengalis, semua memakai pakaian tradisional mereka seakan-akan semua Ras di dunia berkumpul jadi satu. Anak-anak bersama dengan orangtua mereka dan terlihat begitu bangga dengan baju barunya, kakek-nenek pun tak ketinggalan. Bagi Idris, pemandangan itu menjadi pemandangan paling indah yang pernah ia lihat.

Idris semakin terharu ketika mendapati polisi Inggris yang mengatur lalu lintas, menghentikan kendaraan agar para muslim bisa menyebrang menuju Masjid dengan selamat. Di sana Idris begitu bangga.

Ia semakin takjub tatkala melihat ribuan muslim berkumpul menjadi satu dan ia pun yakin ada ribuan bahkan jutaan lainnya di luar sana. Baginya, ini adalah sebuah kehormatan karena Allah telah memanggilnya ke dalam sebuah kesatuan umat Muslim yang besar seperti itu.

Masjid pun penuh sesak dan ia semakin emosional saat imam mengucap takbir dan jamaah mengulanginya. Awalnya Idris kecewa karena khutbah yang disampaikan berbahasa Arab. Namun khatib mengulanginya dalam Bahasa Inggris dan tak ada satu kata pun yang terlewat dari ingatan pria itu.

Idris semakin larut dalam kegembiraan yang luar biasa ketika selesai shalat Ied, semua muslim saling berjabat tangan dan mengucap salam serta selamat hari raya. Semua terdengar begitu bahagia. Ia pun pulang dengan membawa buku kecil yang dibagikan pemerintah Arab Saudi dan hingga kini buku itu masih disimpannya sebagai bagian dari harta karun yang menemaninya mengenal Islam.

Idris begitu senang karena bisa kembali ke rumah dengan tetangganya asal Mesir. Di sana, ia dijamu dengan daging domba dan merayakan Idul Fitri bersama-sama. Hari penuh kemenangan membuatnya merasakan dua hal, kesedihan karena ia masih merasa sendiri karena belum banyak Muslim yang ia kenal dan perasaan bahwa ia begitu hanyut dalam kebahagiaan hari raya. 

Baginya, Idul Fitri pertama adalah sesuatu yang spesial. Ia semakin sadar bahwa Islam adalah agama asli dunia dan tidak ada sekat rasis di dalamnya.

Leave a Comment