Gundah, Mantan Biarawati ini Akhirnya Memeluk Islam

Ilustrasi Ilustrasi (Foto : Onislam.net)

Muslimahdaily - Bagi Sally, menjadi biarawati dan tinggal di biara adalah hal yang menyenangkan untuknya. Wanita asal Filipina ini memang lahir dan besar di keluarga Katolik yang taat. Hidupnya senantiasa dikelilingi oleh nilai-nilai dan tradisi Katolik. Tak heran bila menjadi biarawati pada usia 15 tahun merupakan pencapian yang berbarti bagi Sally.

Hingga pada suatu saat, setiap malam Sally mulai bertanya pada dirinya sendiri. “Apa yang saya lakukan di dalam biara ini?”

Ia mulai berdoa dan meminta kepada Tuhan atas pertanyaannya tersebut. Berharap Tuhan mendengarkan doanya seperti apa yang diajarkan olehnya sejak kecil. Keraguan dan kegelisahan semakin merasuk ke dalam diri Sally. Banyak pertanyaan yang muncul dalam benaknya, terutama mengenai realitas Yesus Kristus. Namun karena tak memiliki banyak keberanian, ia tak mampu mempertanyakan hal tersebut kepada para pendeta atau sekedar teman sesame biarawati. Ia terlalu takut bahwa dirinya akan ditentang.

Semakin lama, keraguan semakin mengusik dirinya. Tapi hal itu masih dapat ia hiraukan. Sally masih terus memegang sumpahnya bahkan terus membarui hal tersebut untuk sepuluh tahun. Sampai pada saat dirinya tak tahan lagi, sumpah yang mengakui bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan dan bahwa ia adalah anak Allah sepertinya tak dapat lagi ia pegang.

Sally semakin menguatkan doanya, meminta bimbingan kepada Tuhan agar diberi petunjuk jalan yang benar. Namun kebimbangan terjadi di kala terlintas di pikiran Sally untuk keluar dari biara itu atau tetap tinggal di sana.

Pasalnya, ia tak ingin menyakiti keluarganya, terutama sang ibu, dua saudara laki-laki yang sama-sama pendeta, dan empat saudara perempuannya yang semuanya seorang biarawati. Mereka pasti akan sedih mengetahui bahwa Sally akan segera meninggalkan tempat yang diimpi-impikannya tersebut.

Di lain sisi, ia tak ingin bersikap munafik dan berpura-pura senang atas apa yang bukan menjadi prinsipnya lagi. Sally akhirnya meninggalkan tempat itu tanpa memberi tahu satupun anggota keluarganya. Ia kumudian bekerja di sebuah gereja berkat teman lamanya yang seorang pendeta di kota Marawi, sebuah kota Islam di Filipina.

Keluarganya sedih ketika mengdengar dirinya tak lagi tinggal di biara. Namun mereka berharap bahwa suatu hari nanti anak dan kakak perempuannya akan kembali sebagai pelayan Tuhan.

Naasnya, pekerjaan Sally sebagai koordinator paroki menjadi pengalaman yang tak akan ia lupakan. Ia tak mendapat perlakuan baik dari sang pendeta. Kewajiban gajinya tak dilunasi bahkan sempat hampir mendapat penyalahgunaan secara seksual. Walau kejadian buruk itu tak terjadi.
 “Alhamdulillah, dia tidak berhasil dengan niat jahatnya,” tulis Sally dilansir dari laman islamreligion.com.

Kejadian tersebut semakian membuatnya resah, ia terus meminta agar Tuhan melindungi hati dan pikirannya selalu.

Baginya, 17 Juni 2001 menjadi sebuah awal yang baru. Kala itu, dirinya mendengar suara yang indah yang tak dimengerti dirinya. Menurutnya, suara tersebut berasal dari masjdi terdekat.

Aneh memang, sudah beberapa bulan semenjak dirinya tinggal di Kota Marawi, namun baru saat itu ia mendengar suara yang mempu menggetarkan hatinya. Kebahagiaan mulai merasuk ke dalam dirinya. Ia bagaikan dicelupkan ke dalam air yang menyegarkan, bahkan saking indahya, Sally tak mempu menggambarkan perasaannya.

Setelah mendapat jawaban atas suara tersebut yang ternyata sebuah panggilan untuk umat Islam, Sally mulai mencari tahu tentang Islam dan Muslim. Wanita ini kemudian memperdalam kajiannya tentang Islam hingga meninggalkan pekerjaannya dan kembali ke kampung halaman di Pampanga. Ia terkejut tahu bahwa sang ayah telah tiada. Sally semakin sedih dan depresi, namun tak menghentikannya mencari tahu tentang Islam.

Ia pergi ke Manila, berharap bertemu seseorang yang dapat menjelaskan kepadanya tentang Islam. Kini hatinya telah siap menerima dan memeluk Islam, namun Sally tak tahu harus mulai dari mana.

Pada 16 Juni 20014, pencarian mengarahkannya bertemu dengan seorang muslim di Manila. Pada saat itu juga ia dengan mantap mengucap kalimat syahadat. Kebahagiannya memuncak tat kala ia menjadi muslim. Islam adalah rumah yang di dalamnya terdapat cinta, kebahagiaan dan sukacita. Tiap kali berdoa, Sally menangis, tapi bukan tangisan kesedihan, melainkan kebahagiaan.

Kini, Sally terus bedoa agar keluarganya kelak mendapat hidayah dan menjadi Islam layaknya dirinya.

Last modified on Kamis, 10 November 2016 12:55

Leave a Comment