Perjalanan Hidayah Wanita Amerika di Negeri Cinta

Ilustrasi Ilustrasi (Foto : Idsnews.com)

Muslimahdaily - Ketika Anna Maidi berpikir tentang jalan hidupnya, maka ia menghadapi kenyataan bahwa hal itu terbagi menjadi dua waktu yang sangat berbeda. Yakni saat ia sebelum mengenal agama Islam dan sesudahnya.

Anna masih ingat betul, awal baru kehidupannya bermula dari tiga hal, yakni seorang pria dungu berusia 19 tahun, Hoosier Cafe di dekat Read Residence dan sebotol jus. Si pria adalah Chabane Maidi, yang kini menjadi suaminya. Hoosier Cafe adalah lokasi pertama kali Anna dan Chabane bertemu di tahun 2006. Adapun sebotol jus adalah yang dibawa Chabane ketika ia mengenalkan sebuah hal baru yang ternyata membawa perubahan besar kehidupan Anna.

Saat itu usia Anna baru 18 tahun dan berstatus mahasiswa baru di sebuah universitas. Ia bukanlah seorang religius, namun ia percaya pada Tuhan, percaya bahwa Tuhan itu ada. Akan tetapi, kepercayaannya sebatas itu saja, tidak lebih. Hingga Chabane datang dengan setumpuk isu terorisme 11 September. Anna disodorkan perihal Islam, ketika agama ini dianggap masalah besar di Amerika Serikat.

Namun Anna tak menanggapinya dengan hati. Ia hanya mendengarkan apa yang disampaikan Chabane, mendengar tanpa mendalaminya. Namun itulah kali pertama Anna mengenal kata “Islam” meski belum merasa tertarik dengan apa yang ada di dalamnya.

“Chabane merupakan muslim yang saleh. Aku melihat betapa kuat perasaannya pada agamanya dan Al-Qur’an. Jadi aku sempat mencoba membacanya (Al-Qur’an) demi dia,” tutur Anna, dikutip dari Indiana Daily Student (idsnews).

Anna membaca kitabullah bukan dengan niatan sendiri. Alhasil, ia sering terlalaikan dan tak serius memahaminya. Apalagi ia disibukkan dengan kuliahnya. Ia merasa tak memiliki waktu untuk menelaah Al-Qur’an apalagi memahami dan meyakininya.

Hingga kemudian, Allah menuliskan takdir indah bagi Anna. Di tahun 2009, Anna mendapat tawaran magang di Prancis. Siapa sangka, saat di luar negeri, Anna justru teringat dengan Al-Qur’an. Tiga tahun lamanya hati Anna tak tergerak membuka halaman demi halaman firman Allah. Namun ketika hidup sendiri jauh dari keluarga dan jauh dari Chabane pastinya, hati Anna justru tergerak. 

Tanpa ada yang meminta, Anna kemudian membuka Al-Qur’an. Ini bukan momen pertama, namun ini menjadi kali pertama bagi Ana membaca Al-Qur’an karena keinginannya sendiri, karena hati yang menginginkannya. Ia membaca dan terus membaca kitabullah tersebut hingga merasa ketagihan dan enggan luput dari setiap kalimatnya.

“Aku mulai membacanya dengan sangat sering. Lalu menemukan kebenaran darinya. Aku resmi memeluk Islam di pekan terakhir sebelum pulang ke AS,” ujarnya.

Anna bersyahadat pada hari-hari terakhirnya di negeri cinta. Ia begitu merasa damai hingga enggan mengabarkan keislamannya pada sang sahabat, Chabane saat pulang ke AS. Ia ingin merahasiakan keyakinannya. “Aku ingin hal ini (keislamannya) hanya aku dan Tuhan,” kata Anna.

Namun Anna tak bisa terus merahasiakannya. Tak lama Chabane pun mengetahui Anna telah memeluk agama Rasulullah. Saat keduanya bertemu kembali, Anna pun mengaku mulai muncul perasaan pada Chabane. Ia ingin hidup bersamanya.

Keinginan Anna terijabah. Chabane kemudian melamarnya dan tak lama kemudian, keduanya pun resmi menjadi suami istri. Saat ini keduanya bahkan telah memiliki dua orang putri balita yang cantik. “Aku melihat dunia menjadi lebih indah,” ungkap Anna.

Ia pun kemudian melaksanakan rutinitas ibadah agama Islam dengan tekun. Ia pula bahkan bersedia mengenakan hijab meski harus menghadapi banyak cobaan. “Sebelum berhijab, aku menjalankan bisnis. Setelah berhijab, aku melihat orang-orang memandangiku dan aku berpikir, ‘Apakah mereka membenciku?’ Terkadang ketika seseorang ingin bertemu, aku pun merasa khawatir,” Anna mengisahkan tantangannya menjadi mualaf. 

Meski demikian, ia merasa bersyukur dapat menemukan agama tamatan lil alamin ini. Ia merasa bangga dapat menjadi muslimah. “Sudah menjadi bagian dari diriku untuk menjadi seorang muslim,” pungkasnya.

Leave a Comment