Dua Bulan Belajar Islam, Remaja SMA Ini Memutuskan Bersyahadat

Wil Rhew Wil Rhew (Foto : Usatoday.com)

Muslimahdaily - Hanya butuh waktu dua bulan saja bagi William Rhew, pemuda asal Johnson City, Tenesse, AS, untuk memantapkan hati memilih Islam. Begitu mengenal Islam, ia begitu takjub dengan konsep Tuhan yang sederhana, yang tak butuh banyak pertanyaan untuk mengenal-Nya.

“Kebanyakan temanku yang mualaf menghabiskan waktu tiga hingga empat tahun untuk mempelajari Islam sebelum akhirnya memutuskan bersyahadat. Walaupun keputusanku ini terkesan buru-buru, aku telah melakukan banyak sekali usaha dalam meneliti agama sebelum aku meyakininya,” tutur Will kepada USA Today.

Perjalanan hidayah Will bermula saat ia duduk di tingkat akhir sekolah menengah atas pada tahun 2012. Ia mengenal Islam pertama kali dari seorang kawan muslimah bernama Sophia. Will kemudian dikenalkan pada salah satu komite masjid lokal di Johnson City bernama Taneem Aziz. 

“Dia (Taneem) yang bertanggung jawab atas semua pembelajaranku tentang Islam. Dia memberiku sumber-sumber untuk mempelajari Islam, seperti website, buku dan salinan Al Qur’an,” ujar Will yang kini mengenyam pendidikan tinggi di East Tennessee State University (ETSU).

Proses pengenalan terhadap Islam tersebut sangat singkat, yakni dua bulan saja. Hal tersebut dikarenakan Will begitu terpesona dengan konsep Tuhan dalam ajaran Rasulullah. Begitu mengetahui perihal Allah, sontak Will langsung jatuh hati. 

Sejak kecil, ia beragama Kristen dan mengaku dibebani banyak pertanyaan akan Tuhan yang tak pernah ia temukan jawabannya.

“Aku tertarik dengan kesederhanaan konsep siapa Tuhan. Aku menemukan bahwa Tuhan adalah Tuhan... Aku menemukan hal itu begitu Indah,” ujar pria ganteng yang kini berusia 21 tahun tersebut.

Dari ketertarikannya akan konsep Tuhan itulah Will kemudian mempelajari Islam lebih lanjut. Makin memahami ajarannya, ia pun makin jatuh cinta. Menurutnya, banyak hal menakjubkan dalam Islam, di antaranya yakni Al-Qur’an yang selalu terjaga keasliannya. Ia begitu takjub dengan salinan Al-Qur’an yang dibacanya dan yang dibaca seluruh muslim di dunia adalah tulisan asli sebagaimana diturunkan kepada Nabi Muhammad.

Sebelum mengenal Islam, Will merupakan pemuda yang baik budi pekertinya. Setelah mengenal Islam, ia pun merasa ajaran Al-Qur’an sangat cocok dengan pribadinya. Ia girang mendapati ajaran yang memerintahkan pemeluknya menjernihkan hati dan pikiran, bersikap baik dan sopan, serta selalu bersih dan rapi. Itu semua merupakan hal yang disenangi Will. Alhasil, dia sangat cocok dengan agama rahmatan lil alamin ini.

Will pun kemudian memantapkan hati untuk berislam. Setelah bersyahadat, ia sempat merenungi akibatnya setelah berpindah agama. Ia membayangkan apa yang akan terjadi dalam hidupnya setelah menjadi muslim. “Aku mengingat hari itu, hari ketika aku duduk di parkir Food City selama 45 menit dan merenungkan apa yang baru saja kulakukan (bersyahadat) dan bagaimana hal itu akan berdampak pada hidupku,” tuturnya dengan senyum merekah.

Namun ternyata segala prasangkanya tak terjadi. Ia hidup normal seperti biasa. Tak banyak yang tahu mengenai keislamannya. Sembari bercanda, Will pun mengatakan bahwa secara fisik, jenggotnya tak dapat tumbuh lebat. Alhasil, ia tak dapat menunjukkan identitas muslimnya.

 “Aku tak berjenggot, aku bukan orang Arab. Penampilanku tak seperti yang orang-orang takutkan,” kata Will bergurau menjawab perihal stereotip negatif tentang Islam yang berkembang di AS.

Awalnya, keislaman Will memang dirahasiakannya dari teman dan keluarga. Namun ternyata mereka mengetahuinya dari perubahan keseharian Will. Seperti rutinitas shalat, aktivitas bangun di pagi buta, enggan memakan babi, enggan meminum alkohol, rajin ke masjid dan lain sebagainya. Dari kegiatan Will itulah orang-orang di sekitarnya baru mengetahui keislamannya.

Beruntung, Will memiliki keluarga yang tak mengekang dan memberi kebebasan beragama. Keluarganya menghargai keputusan Will utuk berpindah keyakinan. “Aku ingin Will selalu membuat pilihan untuk dirinya dan tahu bahwa itu adalah pilihan yang benar,” ujar ibunda Will, Rebecca Rhew. 

Will kini turut serta dalam dakwah Islam di kotanya. Ia bahkan menjabat sebagai presiden Muslim Student Association di kampusnya, ETSU. “Aku berharap suara muslim normal dapat didengar lebih “keras” dibanding para ekstremis,” pungkasnya.

Last modified on Kamis, 15 Desember 2016 09:46

Leave a Comment