Kisah Awan Buatan yang Mematikan Kaum Nabi Syu'aib

Ilustrasi Ilustrasi

Muslimahdaily - Allah mengangkat Nabi Syu’aib menjadi seorang Nabi dan mengutusnya ke negeri Madyan. Nabi Syu’aib datang untuk memberi pencerahan pada penduduk Madyan yang saat itu tak hanya banyak melakukan kejahatan dan kesyikiran tapi juga berbuat curang dalam timbangan dan takaran. Mereka juga melakukan kecurangan dalam bekerjasama dan senang mengambil hak orang lain.

Nabi Syu’aib datang untuk mengajak mereka kembali pada kebenaran. Menyembah hanya kepada Allah dan memerintahkan untuk berbuat jujur serta tidak merugikan orang lain saat bermuamalah.

Disebabkan oleh permasalahan utama yang terjadi saat itu pada kaum Madyan adalah mengenai muamalah, maka nasihat pertama yang diberikan pada mereka oleh Nabi Syu’aib adalah tentang kebaikan yang telah Allah berikan kepada mereka berupa rezeki yang beraneka ragam.

Sesungguhnya dengan semua itu mereka tidak perlu sampai menzalimi sesama manusia, terutama dalam urusan harta. Nabi Syu’aib juga mengancam mereka dengan azab yang akan diterima di dunia dan akhirat nanti akibat perbuatan mereka. Namun nyatanya semua nasihat Nabi Syu’aib dibantah oleh mereka dan malah mengejeknya.

Mereka adalah kaum yang keras kepala, meski Nabi Syu’aib mencoba meyakinkan berkali-kali dengan firman Allah mereka tetap pada keputusannya. Tidak ingin berubah dan menyembah apa yang sebelumnya nenek moyang mereka sembah. Peristiwa ini dikisahkan dalam Al Qur'an Surat Hud.

Penduduk Madyan berkata, “Hai Syu’aib, apakah shalatmu (agamamu) menyuruhmu agar kami meninggalkan apa yang disembah oleh bapak-bapak kami atau melarang kami memperbuat apa yang kami kehendaki tentang harta kami. Sesungguhnya kamu adalah orang yang sangat penyantun lagi berakal.” 

Kemudian Nabi Syu’aib mencoba meyakinkan mereka, “Hai kaumku, bagaimana pikirnamu jika aku mempunyai bukti yang nyata dari Rabbku dan dianugerahkan kepadaku daripada-Nya rizki yang baik (patutkah aku menyalahi perintahnya?”

Nabi Syu’aib juga mengancam mereka dengan azab-azab yang telah terjadi pada kaum sebelumnya, “Janganlah sekali-kali pertentangan antara aku (dengan kamu) menyebabkan kamu berbuat aniaya sehingga kamu ditimpa adzab seperti yang menimpa kaum Nuh atau kaum Hud atau kaum Shalih, sedangkan kaum Luth tidak (pula) jauh dari kalian.”

Bahkan beliau menawarkan kepada mereka agar bertaubat dan membangkitkan keinginan mereka untuk bertaubat. “Dan mohonlah ampunan kepada Rabb kalian kemudian bertaubatlah kepada-Nya. Sesungguhnya Rabb-ku Maha Penyayang lagi Maha Pengasih.”

Namun semua ini nampaknya tidak berpengaruh bagi kaum negeri Madyan. Mereka sangat bersikap keras kepala dan sangat benci untuk menerima kebenaran. Nabi Syu’aib sangat direndahkan dan dianggap lemah oleh mereka kaum Madyan. “ Dan sesungguhnya kami benar-benar melihat kamu seorang yang lemah di antara kami; Kalau tidaklah karena keluargamu tentulah kamu sudah merajam kamu, sedang kamupun bukanlah seorang yang berwibawa di sisi kami.” 

Lalu Nabi Syu’aib menjawab, “Hai kaumku, apakah keluargaku lebih terhormat menurut pandangan kalian daripada Allah, sedangkan Allah kamu jadikan sesuatu yang terbuang di belakangmu? Sesungguhnya Rabbku meliputi apa yang kamu kerjakan.”

Sikap mereka yang selalu menangkal untuk menerima nasihat Nabi Syu’aib membuat Nabi pilihan Allah ini seperti menyerah atas sifat keras kepala mereka. “Hai kaumku, berbuatlah menurut kemampuanmu, sesungguhnya akupun berbuat (pula). Kelak kamu akan mengetahui siapa yang akan ditimpa adzab yang menghinakannya dan siapa yang berdusta. Dan tunggulah (adzab Allah), sesungguhnya akupun menunggu bersama kalian," kata Nabi Syu'aib.

Kemudian Allah tak pernah berdusta, ia memberi peringatan pada kaum yang lalai. Peringatan adzab dan ajakan untuk bertaubat telah diabaikan oleh kaum Madyan, kini datang sesuai dengan janji Allah dan seperti peringatan Allah pada kaum sebelumnya.

“Dan ketika datang Adzab kami, kami selamatkan Syu’aib dan orang-orang yang beriman bersamanya dengan rahmat dari kami. Sedangkan orang-orang yang dzalim dibinasakan oleh satu suara yang mengguntur, lalu jadilah mereka mati bergelimpangan di rumah-rumah mereka.” (QS. Hud: 94).

Allah mengirimkan rasa panas yang dahsyat kepada kaum Madyan yang tidak mau beriman. Panas tersebut menyumbat pernafasan mereka sehingga hampir tercekik sanking panasanya. Pada saat yang bersamaan Allah mengirimkan awan dinginyang menaungi mereka, saat itu mereka saling panggil memanggil untuk berteduh dibawahnya.

Setelah mereka berkumpul dibawah awan tersebut, dengan kuasa Allah muncullah nyala api sedemikian hebat dan habis membakar mereka semua. Akhirnya kaum Madyan yang tak beriman ini mati dalam keadaan belum bertaubat dan mendapat adzab.

Leave a Comment