Khadijah Hingga Sumayyah, Ini Dia Kisah Shahabiyah Idola Para Wanita

ilustrasi ilustrasi

Muslimahdaily - Jika kita ingin mencari contoh wanita yang sempurna keteladanannya kepada Allah, sudah pasti mereka adalah para Shahabiyah. Gagasan dan jasa-jasa mereka begitu membumi dan menginspirasi wanita muslimah. Hingga saat ini banyak yang meneladani sosok Shahabiyah yang ada di zaman Rasulullah shallahu 'alaihi wa sallam. Sosok wanita tangguh, beriman, dan bertaqwa kepada Allah sangat melekat pada diri Shahabiyah. Bahkan di antara mereka ada yang rela terbunuh secara sadis karena membela ajaran Islam kala itu.

Kisah mereka tentunya tak hanya menginspirasi wanita pada saat itu, tetapi juga wanita muslimah di zaman yang modern ini, siapa sajakah Shahabiyah yang menjadi idola para wanita? Berikut tiga di antaranya:

Khadijah bin Khuwalid

Ummul Mukminin, itulah gelar yang disandangkan bagi pemimpin para wanita ahli surga, Khadijah binti Khuwalid. Ia adalah istri Rasulullah yang selalu berada di sis beliau di kala suka maupun duka.

Dilahirkan di Mekah pada tahun 68 sebelum hijrah, ia tumbuh di tengah keluarga terhormat nan mulia. Keluarganya kaya raya dan terpandang. Namun, akhlak mulia yang dimililkinya membuat ia dikenal sebagai Ath-Thahirah (wanita suci).

Meskipun kaya raya dan merupakan seorang istri dari Rasulullah, sosok Khadijah tidak pernah lepas dari gambaran wanita yang setia. Ia rela mengorbankan harta, pikiran, jiwa dan raganya untuk kepentingan dakwah Rasulullah. Dengan penuh khidmat dan rasa cinta, ia selalu berusaha untuk mendapatkan keridhaan sang suami.

Dalam sebuah hadist disebutkan,

“Wahai Rasulullah, Khadijah sebentar lagi akan datang sambil membawa bejana berisi lauk pauk, makanan dan minuman. Maka, jika ia telah tiba, sampaikan salam untuknya dari Rabbnya dan dariku. Dan sampaikan pula kabar gembira untuknya, yaitu sebuah rumah dan mutiara-mutiara di surga. Tidak ada keributan di dalamnya dan tidak ada kepayahan” (HR. Bukhari)

Begitu teguhnya imannya, kemuliaan akhlaknya sebagai seorang istri dan ketulusan cintanya pada Rasul membuat Baginda Rasulullah tidak dapat melupakannya meskipun Khadijah wafat lebih dulu kala itu.

Istri ketiga Rasul, Aisyah Radhiyallahu ‘anha pun di buat cemburu atas hal tersebut. Ia merasa cemburu akan kecintaan sang baginda kepada Khadijah meski sudah tiada. Dalam suatu hadis diriwayatkan, Rasulullah hampir tidak pernah keluar dari rumah sehingga Beliau selalu menyebut nama Khadijah dan memujinya setiap hari.

Aku cemburu dan berkata, ‘Bukankah ia seorang wanita tua yang Allah telah menggantikannya dengan yang lebih baik untuk engkau?’

Maka Rasulullah marah sampai berkerut dahinya, kemudian bersabda, ‘Tidak! Demi Allah, Allah tidak memberiku ganti yang lebih baik darinya! Sungguh ia telah beriman saat manusia mendustakanku, menolongku dengan hartanya di saat manusia menjauhiku dan dengannya Allah mengkaruniakan anak padaku, tidak dengan wanita (istri) yang lain.’

“Aku pun berjanji untuk tidak menjelek-jelekkannya selama-lamanya.”

Asiyah binti Muzahim

Dewasa ini, kebanyakan wanita tentu memilih pasangan hidup yang mampu menjadi imam baginya dan dapat menuntunnya hingga ke surga. Namun, bagaimana dengan kisah Asiyah binti Muzahim? Wanita mulia yang harus menjadi istri dari seorang Raja Fir’aun yang zhalim.

Kala itu ia merindukan kehadiran seorang anak, hingga akhirnya ia diberi petunjuk oleh Allah dan menemukan Nabi Musa yang masih bayi di pinggir Sungai Nil. Diangkatlah Musa sebagai anak dari Asiyah dan Firaun.

Musa kecil lambat laun tumbuh menjadi dewasa, Ia menentang kezhaliman ayah angkatnya dan menyiarkan kebenaran tauhid yang sejati. Asiyah yang melihat keberaniannya kala itu takjub dan beriman atas Allah sebagai Tuhannya dan Nabi Musa sebagai utusan-Nya.

Mengetahu hal itu, ia pun dihukum oleh Fir’aun seberat-beratnya. Namun, ditengah siksaan yang kejam itu, para malaikat menaunginya dan Asiyah berdoa ,”Ya Rabb, bangunkanlah sebuah rumah bagiku di sisi-Mu dalam surga” . Seketika Allah memperlihatkan rumah baginya yang telah disediakan. Sesaat sebelum ia dibunuh oleh para algojo, Allah memerintahkan malaikat untuk membawa ruh Asiyah, sehingga ia tidak tersiksa lebih lama lagi.

Sumayyah binti Khayyat

Sumayyah binti Khayyat merupakan budak wanita milik Abu Hudzaifah bin Al Mughirah, Suku Quraisy dari Bani Makhzum. Ia pun dinikahkan oleh Tuannya dengan seorang pria rantau asal Yaman, Yasir bin Amir bin Malik. Pernikahn itu terjadi karena Yasif mendapat perlindungan dan menjadi sekutu Bani Makhzum kala itu.

Bersama Yassir, ia telah mengenal islam dari ‘Ammar (anaknya) yang diam-diam mendengarkan dakwah Rasulullah. Mereka bertiga mendapat hidayah ketika Islam masih sepi pengikut.

Saat itu, pengikut Rasul yang berasal dari kaum Quraisy terlindung dari siksaan, tapi tidak bagi mereka yang berstatus sebagai budak yang justru mendapat siksaan berat. Ada yang disiksa dengan diberi pakian dari besi yang berat lalu dibiarkan terpapar sinar matahari. Ada yang ditahan kaumnya kemudian di siksa bertubi-tubi. Siksaan demi siksaan mereka rasakan, akan tetapi hal tersebut tidak membuat mereka keluar dari ajaran Rasulullah.

Begitu pun dengan Sumayyah beserta keluarga. Mereka disiksa terus meneris oleh Bani Makhzum. Rasulullah yang mengetahui hal tersebut bersedih hati dan bersabda, “Bersabarlah wahai keluarga Yasir, sesungguhnya tempat yang dijanjikan bagi kalian adalah surga”.

Tiba suatu malam, Abu Jahl mendatangi Sumayyah dan keluarga. Ia menjumpai Sumayyah kemudian melontarkan penghinaan yang sangat kotor kepada Sumayyah. Mendengar hal itu Sumayyah tetap bersabar, hingga akhirnya kemarahan Abu Jahl memuncak. Ia mengambil sebuah tombak lalu ditancapkan ke arah ke kemaluan Sumayyah hingga darahnya keluar memancar dan ia merasakan sakit hingga meninggal dunia.

Sumayyah menjadi muslimah pertama yang syahid di dalam Islam. Ialah wanita pertama yang meninggal karena membela agamanya.

Leave a Comment