Kisah yang Menyayat Hati, Saat Rasulullah Mengganjal Perut dengan Batu

ilustrasi ilustrasi

Muslimahdaily - Jika membayangkan sosok pemimpin dan penguasa, kita pasti akan membayangkan kehidupan yang lebih dari cukup, kenyamanan dan fasilitas istimewa lainnya. Mereka bahkan bisa makan enak setiap hari tanpa harus kelaparan.

Namun, hal ini sangat berbeda dengan junjungan kita, Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam. Beliau rela menahan lapar dan memastikan umatnya tidak akan merasakan apa yang ia rasakan. Inilah kisahnya.

Pada suatu hari, saat Rasulullah selesai mengimami shalat subuh berjamaah bersama para sahabat, Umar bin Khaththab menghampiri beliau dan menanyakan suatu hal. Kemudian para sahabat yang lain juga ikut berkumpul.

"Wahai Rasulullah, bolehakah aku bertanya tentang sesuatu yang membuatku bingung?" tanya Umar.

Kemudian Rasulullah kembali bertanya pada Umar, "Beritahukan kepadaku apa yang membuatmu bingung?"

Dengan sangat hati-hati, Umar pun menyampaikan pertanyaannya pada Rasulullah, "Sungguh aku berharap Rasulullah tidak tersinggung dengan pertanyaan kami. Kami merasa bahwa engkau kesulitan sewaktu berpindah rukun seakan-akan engkau sedang menanggung suatu penderitaan yang sangat berat. Apakah engkau sedang menahan suatu penyakit?"

Rasulullah kemudian tersenyum sambil memandangi sahabatnya dan menjawab, "Aku tidak apa-apa. Jika kalian perhatikan diriku, apakah aku seperti orang yang sedang sakit?"

Mendengar jawaban tersebut, Umar bin Khaththab merasa sedikit lega. Namun, ia memberikan pertanyaan lagi setelahnya tentang kondisi tubuh Rasulullah.

"Wahai Rasulullah, kenapa setiap kali engkau menggerakan tubuh, kami merasa seolah-olah mendengar sendi-sendimu berbunyi. Itulah yang membuat kamu menyangka engkau sedang sakit."

Setelah mendapat pertanyaan kedua dari Umar, Rasulullah merasa serba salah untuk menceritakan hal yang sebenarnya terjadi. namun akhirnya beliau mengangkat jubahnya ke atas sedikit. Disitulah para sahabat terkejut karena melihat perut beliau yang kempis.

Para sahabat menyaksikan saat itu bahwa perut Rasulullah dililit dengan sehelai kain yang berisi batu-batu kecil. Umar pun bertanya apa maksud dan tujuan Rasulullah menaruh itu di perutnya. Jawaban beliau pun membuat hati para sahabat miris dan bersedih.

"Aku melakukan hal ini untuk menahan rasa lapar. Adapun bunyi yang membingungkan kalian tadi adalah batu-batu ini," jelas Rasulullah.

Mendengar jawaban itu, Umar kemudian bertanya lagi kepada Rasulullah, "Wahai Rasulullah, apakah engkau merasa malu jika lapar dan menganggap kami tidak akan berusha untuk mendapatkan makanan untukmu?"

Rasulullah menjawab dengan lembut, tenang dan menyenangkan sahabatnya itu. Bahwa beliau sangat yakin para sahabat tidak akan membiarkannya kelaparan, tetapi ia memikirkan tanggung jawabnya sebagai pemimpin umat.

"Bukanlah demikian, wahai para sahabatku. Aku tahu, kalian tidak akan membiarkan aku kelaparan seperti ini. Aku tahu kalian pasti akan berbuat sesuatu untuk membantuku, namun apakah yang akan aku jawab di hadapan Allah nantinya? Aku adalah seorang pemimpin, jadi tidak selayaknya aku membebani orang yang aku pimpin," ujar Rasulullah.

Jawaban tersebut sungguh membuat Umar dan sahabat lainnya terkagum. Mereka mengakui bahwa Rasulullah memang benar-benar memiliki hati yang mulia. Pemimpin yang selalu mementingkan orang-orang yang dipimpinnya, tak seperti pemimpin-pemimpin lain saat itu yang selalu memikirkan dirinya sendiri.

Terakhir, Rasulullah mengucapkan kata-kata dan harapannya yang sangat menyayat hati. Salah satu bukti kecintaan beliau pada umatnya.

"Biarlah rasa lapar ini sebagai hadiah dari Allah untukku. Adapun yang menjadi harapanku adalah semoga tidak ada seorang pun dari umatku yang merasa kelaparan, baik di dunia maupun nanti di akhirat." ujar Rasulullah.

Masya Allah, betapa besar rasa cinta dan pengorbanan beliau kepada umatnya. Batu-batu kecil itu telah menjadi saksi atas pengorbanan Rasulullah yang luar biasa. Semoga kita bisa terinspirasi dari kisah ini dan menambah kecintaan kita pada Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam.

Sumber: Buku Kisah Inspiratif Teladan Rasul - Miftahul Asror Malik

Leave a Comment