Kekeringan di Madinah dan Doa Mustajab Rasulullah

ilustrasi ilustrasi

Muslimahdaily - Pernah suatu ketika di zaman Rasulullah, Madinah saat itu mengalami musim kemarau berkepanjangan. Sumur-sumur penduduk mulai kehilangan isinya. Unta dan domba mereka sedikit demi sedikit mati karena kehausan. Pohon-pohon mulai layu dan kurang buahnya. Saking keringnya, jalan-jalan di Madinah mulai retak. 

Suatu hari, seorang penduduk pun tergopoh-gopoh mendatangi Rasulullah seraya berkata, “Wahai Rasulullah, kami datang menemuimu karena binatang ternak kami telah mati kehausan dan jalanan sudah retak-retak.”

“Maka berdoalah kepada Allah agar menurunkan hujan kepada kami,” lanjut salah satu penduduk Madinah.

Rasulullah pun mengiyakan permintaan orang tersebut kemudian mengangkat tangan, seraya berdoa: “Allahummas qinâ, Allahummas qinâ, Allahummas qinâ” (Ya Allah, turunkanlah hujan kepada kami. Ya Allah, turunkanlah hujan kepada kami. Ya Allah, turunkanlah hujan kepada kami).”

Sebelumnya para penduduk tidak pernah melihat adanya awan mendung, gumpalan awan, atau apapun di langit selama berbulan-bulan. Tetapi setelah Rasulullah memanjatkan doa, muncullah awan mendung hitam dari belakang bukit Sala’. Awan tersebut bagaikan lingkaran bergigi. Ketika awan hitam sampai di tengah dan menyebar, hujan pun turun dengan lebatnya sampai hari Jumat.

Dengan derasnya hujan yang turun, kemarau memang hilang, tetapi hal lain muncul yaitu banjir. Tak sedikit rumah yang digenangi air dan merusakan harta benda penghuninya. Kondisi ini tentu saja menganggu aktivitas sehar-hari para penduduk Madinah. Penduduk yang sama pun kembali menemui Rasulullah untuk memintanya berdoa kepada Allah Ta’ala agar hujan segera dihentikan.

“Wahai Rasulullah, harta benda telah hancur, dan jalanan terputus karena banjir. Maka berdoalah kepada Allah agar menghentikan hujan ini,” pinta sang penduduk tersebut.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang kembali mendengar permintaan penduduknya, menengadahkan tangan lagi untuk berdoa: “Allahumma hawâlaynâ wa lâ ‘alainâ” (Ya Allah, [turunkanlah hujan] di sekeliling kami, bukan [azab] atas kami).”

Tiba-tiba, awan mendung mendadak hilang dari langit Madinah dan berpencar ke berbagai arah. Awan tersebut melingkari daerah Madinah layaknya mahkota.

Dari kisah ini pun kemudian dijadikan sebagai nama sebuah masjid di Madinah, yang digunakan Rasulullah saat melakukan shalat dan memanjatkan doa untuk memohon kepada Allah agar segera diturunkan hujan. Masjid tersebut dinamakan Masjid Al Ghamamah alias Masjid Awan yang terletak di sebelah barat daya Masjid Nabawi.

Kisah lengkapnya terdapat dalam hadis yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Zaid, dikatakan bahwa Nabi mengajak masyarakat pergi ke al-Mushalla (tanah lapang tempat sholat) untuk melakukan shalat istiqsa.

Kemudian Nabi Muhammad membalikkan selendangnya, dan shaolat dua rakaat mengimami masyarakat Madinah dengan mengeraskan bacaannya. Kemudian selesai melakukan shalat istiqsa, hujan pun turun. Begitu kisah lengkapnya yang diceritakan lengkap berdasarkan hadis riwayat Bukhari.

Last modified on Senin, 02 November 2020 14:57

Leave a Comment