Saat Rasulullah Tertawa Mendengar Kisah Lucu Nu’aiman

ilustrasi ilustrasi

Muslimahdaily - Perjalanan hidup Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam tentunya tak luput dari suka dan duka. Namun, dibalik banyaknya rintangan yang Rasulullah hadapi selama masa hidupnya, hiburan pun tak luput kerap hadir menghiasi hari-harinya.

Kisah tersebut datang dari salah seorang sahabat Rasulullah yang bernama Nu’aiman bin Amr bin Rafa'ah. Ia berasal dari kalangan Anshar, penduduk asli Kota Madinah. Pada jaman itu, ia dikenal dengan tingkah lucunya yang sering mengundang gelak tawa Rasulullah dan para sahabat lainnya.

Salah satu keusilan Nu’aiman kepada Rasulullah yaitu ketika Nu’aiman membawakan makanan kepada beliau dan para sahabat lainnya. Mereka makan dengan lahapnya hingga makanan habis tak tersisa. Setelah makanan tersebut habis, barulah Nu'aiman berkata, "Ya Rasulullah, inilah penjual makanan tadi, silakan Engkau yang bayar."

Melansir Muslim Okezone, perkataan Nu’aiman tersebut membuat Rasulullah Shalallahu ‘alaihi Wasallam dan para sahabat kebingungan. Disamping itu, mereka pun juga tak dapat menahan tawa. Akhirnya, mereka sepakat untuk membagi total biaya sama rata untuk membayarnya.

Tak hanya itu, Nu’aiman juga pernah membuat Rasulullah dan Abu Bakar tak habis pikir. Dikisahkan saat itu Abu Bakar mengajak Nu’aiman pergi ke Negeri Syam. Sebelum berangkat, Abu Bakar mengajak kedua sahabatnya Nu’aiman dan Suwaibith bertemu Rasulullah untuk meminta izin berdagang ke Syam.

"Ya Rasulullah! Saya ingin meminta izin untuk mengajak dua sahabat ikut berdagang ke Negeri Syam, yakni Nu'aiman dan Suwaibith bin Harmalah," kata Abu Bakar, kemudian diizinkanlah mereka oleh Rasulullah untuk bepergian.

Setelah mereka sampai di Negeri Syam, Suwaibith bin Harmalah ditugaskan untuk menjaga persediaan perbekalan. Sebab, Suwaibith dikenal sebagai orang yang amanah. Saat itu, Abu Bakar pergi untuk berniaga. Jadi, ia harus menjaga perbekalan sampai Abu Bakar kembali.

Pada jam makan siang, datanglah Nu’aiman kepada Suwaibith. Ia mengatakan bahwa dirinya lapar. Ia mengatakan, “Wahai Suwaibith, aku sudah lapar, maka berikanlah saya sepotong roti untuk saya makan saat ini," ujar Nu’aiman. Namun, permintaan tersebut tidak diwujudkan oleh Suwaibith, karena dirinya yang amanah itu memilih menunggu Abu Bakar datang.

Mendengar permintaannya tidak diwujudkan, Nu’aiman mengancamnya, "Berikan aku sepotong roti itu atau kau akan kuberikan pelajaran.” Namun, ancaman tersebut tidak menggoyahkan pendirian Suwaibith untuk terus menjaga perbekalan sampai Abu Bakar kembali.

Dengan segera, Nu’aiman pergi ke pasar dan bergegas mencari penjual hamba sahaya. Sebelumnya ia bertanya kisaran harga seorang hamba sahaya. Ternyata seorang hamba sahaya dihargai sebesar 100 sampai 300 dirham. Kemudian, ia mengatakan kepada penjual hamba sahaya itu, "Aku juga punya hamba sahaya, namun hanya saya jual 20 dirham, murah," katanya.

Penjual pun tidak percaya dengan tawaran murah Nu’aiman. Namun, Nu’aiman menjelaskan alasan hamba sahayanya dijual lebih murah, yaitu karena hamba sahayanya memiliki aib. Akhirnya, semua orang berkumpul untuk membeli hamba sahaya yang Nu’aiman dimaksud.

Siapa sangka? Ternyata hamba sahaya yang ia maksud adalah Suwaibith. Nu’aiman mengarahkan orang-orang ke Suwaibith. Dengan begitu, Nu’aiman berhasil mendapatkan 20 dirham. Suwaibith pun ditangkap oleh orang-orang yang merebutkannya. Ia berteriak, "Aku bukan hamba sahaya. Aku orang merdeka!” Ia pun dibawa ke pasar oleh orang-orang untuk dijual.

Disamping itu, Nu’aiman membeli makanan, minuman hingga hadiah untuk Rasulullah dengan uang yang ia dapatkan tadi. Tak lama, Abu Bakar pulang dan kebingungan karena tidak melihat keberadaan Suwaibith. Dengan mudahnya dan penuh kejujuran, Nu’aiman pun berkata, “Sudah saya jual, wahai Abu Bakar.”

Mengetahui hal tersebut, lantas Abu Bakar menanyakan apa yang sebenarnya terjadi dengan tawa yang tidak tertahankan. Nu’aiman pun menceritakan semuanya secara detail hingga titik di mana Suwaibith akhirnya dijual. Dnegan bergegas, Abu Bakar pergi ke pasar dan membeli kembali Suwaibith, hingga ia bebas kembali sebagai orang merdeka.

Cerita ini diceritakan kepada Rasulullah saat mereka kembali pulang ke Kota Madinah. Rasulullah benar-benar tertawa sejadinya. Bahkan, gigi geraham Nabi Muhammad terlihat di depan para sahabat. Hingga setahun berlalu dari kisah tersebut, Rasulullah masih menceritakan kisah Nu’aiman kepada siapapun tamu yang datang kepadanya.

Walaupun banyak tingkah konyol yang Nu’aiman lakukan, ia tetap dikenal sebagai mujahid sejati. Namanya tercantum jelas dalam Ashabul Badr karena keikutsertaannya dalam berjuang bersama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam dan para sahabat lainnya dalam Perang Badar.

Leave a Comment