Syiar Islam di Bumi Cenderawasih

Muslimahdaily – Provinsi Papua lebih dikenal dengan penduduknya yang mayoritas nasrani. Tetapi, siapa sangka di beberapa kabupaten sebagian besar penduduknya adalah umat muslim. Salah satu contohnya adalah Kabupaten Fakfak. Di kota yang memiliki 100 ribu jumlah penduduk itu mayoritas muslim, disamping ada juga mereka yang memeluk agama Protestan dan Katolik.

Di Fakfak banyak terdapat masjid tua peninggalan abad ke-17, salah satunya adalah masjid Patimbura yang terletak di Distrik Kokas. Hal tersebut menunjukan bahwa agama Islam telah masuk ke Papua sebelum abad ke-17, bahkan sebagian ahli memprediksikan Islam telah masuk sejak abad ke-15.

Masyarakat Kabupaten Fakfak sangat menjunjung tinggi nilai keagamaan, terbukti dengan terciptanya sebuah semboyan yang sudah ada sejak turun temurun di Fakfak yaitu Satu Tungku Tiga Batu.

Konsep tersebut mengacu pada para pemeluk tiga agama (Islam,Kristen dan Katolik) yang saling menjaga kerukunan beragama dan kehidupan sehari-hari. Prinsip tersebut amat dipegang teguh oleh penduduknya dan merupakan harga mati semboyan dari kota mereka. Terbukti, angka kejahatan di Fakfak nyaris minim jika dibandingkan dengan kota lain di Papua yang seringkali terlibat konflik.

Saat suasana ramadhan misalnya, ketiga pemeluk agama saling menghormati. Jika dilihat pada malam hari tidak akan terlihat gerombolan pemuda-pemuda yang mabuk-mabukan. Dibandingkan denga kabupaten lain, maka pemandangan tersebut akan banyak ditemui. Kita juga akan jarang sekali menemui warung atau toko makanan yang buka saat ramadhan, bukti toleransi lain di Fakfak.

Masuknya Islam di wilayah Papua seperti Fakfak mayoritas disebabkan oleh menyebarnya perdagangan. Mereka saling berinteraksi dalam perniagaan dengan para pedagang dari Sumatera, Sulawesi dan Maluku. Lalu, beberapa pedagang melakukan perkawinan dengan para penduduk setempat yang menyebabkan semakin tersiarnya agama Islam di beberapa kota di Papua.

Selain itu, penyebaran Islam di Fakfak tidak lepas dari pengaruh Kekuasaan Sultan Tidore di wilayah Papua. Pada abad ke-15, Kesultanan Tidore mulai mengenal Islam. Sultan Ciliaci adalah sultan pertama yang memeluk agama Islam. Sejak itulah sedikit demi sedikit agama Islam mulai berkembang di daerah kekuasaan Kesultanan Tidore termasuk Fakfak.

Yang paling khas saat ditemui di Fakfak salah satunya adalah Masjid Patimbura. Masjid yang konon telah berusia 200 tahun tersebut didirikan oleh seorang imam bernama Abuhari Kilian. Ukurannya pun tidak terlalu luas yakni hanya 100 meter persegi.

Namun, keunikan masjid ini terletak pada arsitekturnya yakni perpaduan antara bentuk masjid dan gereja. Kubah Masjid Patimburak mirip dengan kubah gereja-gereja di Eropa pada masa lampau. Atapnya berupa seng (seperti rumah-rumah di Papua) dan berwarna hijau, merah dan kuning.

Masjid itu menjadi salah satu pusat penyebaran Islam di Papua. Bentuk dan pembangunannya pun merupakan pelaksanaan konsep Satu Tungku Tiga Batu. Sebab, beberapa pekerja yang ikut membangun masjid tu itu adalah umat nasrani. Mereka turut andil dalam pembangunan masjid yang telah ditetapkan sebagai cagar budaya oleh Pemerintah kabupaten Fakfak tersebut.

Tidak hanya di Fakfak, Raja Ampat rupanya juga mayoritas penduduknya beragama Islam. Proporsinya sekitar 60:40 jika dibandingkan dengan dua agama lainnya yakni Kristen dan Katolik.

Di Raja Ampat memiliki dua lembaga yang memperkuat kerukunan umat beragama, yaitu FKUB (Forum Komunikasi Umat Beragama) dan FKDM (Forum Komunikasi Dini Masyarakat). Jika ada permasalahan sosial maka kedua lembaga tersebut berfungsi untuk mendamaikan.

Jadi, stigma yang masih menyebar bahwa Papua adalah tanah Nasrani itu tidak sepenuhnya benar. Memang ada beberapa wilayah yang masih memeluk agama Kristen, tetapi Islam di tanah Papua semakin berkembang. Mulai dari Raja Ampat hingga Fakfak.

Add comment

Submit